Saat Danesh tiba di kafe kopi Kong Djie, terlihat kerumunan disekitar meja yang bisa membawa pengunjung kedimensi waktu masa lalu. Pengunjung mengeliling meja tersebut.Â
Dimeja kafe kopi, yang biasa digunakan kembali kemasa lalu, dua orang laki-laki tua duduk terpaku, tak bergerak. Didekat mereka, si Rendi tampak gelisah.Â
"Mas Danesh, tolong mas!. Sebentar lagi kopi kong djie didepan mereka dingin. Tapi mereka belum ada tanda-tanda kembali mas." jelas Rendi, waiter kafe kopi.
Kedua laki-laki tua itu, merupakan pelaut tua yang mempunyai kemampuan seperti Danesh, bisa kembali ke masa lalu. Danesh melihat wajah kedua pelaut tua, terlihat ada yang lain.
"Sepertinya, keduanya tersesat mas Rendi. Coba siapkan secangkir kopi Kong dje, saya mau mencari mereka." kata Danesh.
"Baik mas, saya siapkan." buru-buru Rendi menuju konter, untuk membuat secangkir kopi rahasia Kong Djie.
para pengunjung jadi bertanya-tanya, apa yang terjadi dengan kedua para pelaut tua tersebut. Apakah mereka pingsan?. Tapi kok mereka berdua, berpegangan tangan.Â
***
Rendi diikuti seorang waitress kafe kopi membawakan secangkir kopi pesanan Danesh. Lelaki muda berkacamata tersebut menjelaskan, apa yang terjadi pada pelaut tua.Â
"Bapak, ibu, saudara pengunjung, serahkan pada saya. Kedua bapak ini, tidak terjadi apa-apa. Saya mencoba mengembalikan mereka. Keduanya hanya tersesat.Â
Para pengunjung kembali kebangku kafe masing-masing. Hanya beberapa pelayan kafe yang berdiri disamping Danesh.Â
"Ah, sepertinya kedua pelaut ini, tidak berada di masa lalu!."
"Lalu dimana mereka Mas?." tanya Rendi.
"Entahlah, aku masih mencoba mengirim telepati kepada mereka. Mencari tahu dimana mereka tersesat!." jawab Danesh sambil membetuli kacamatanya.
"Astaga, mereka berada di masa depan!." ucap Danesh. Wajahnya terlihat tegang, sambil memandang kearah pohon kayu besar yang tumbuh didekat Kafe kopi tersebut.
"Hah..!!, jadi bagaimana mas Danesh?." tanya Rendi kebingungan. Biasanya orang yang ke kafe ini, hanya ingin ke masa lalu. Kok ini malah ke masa depan." lanjut Rendi bicara sendiri.Â
"Baiklah, Aku mencoba ke masa depan, dimana mereka saat ini berada. Tolong mas Rendi, dijaga tubuh kami bertiga."
"Baik mas, mudahan tidak ada masalah." Rendi ikut duduk juga di meja tersebut. Danesh memegang tangan kedua pelaut tua tersebut. Sesaat, memejamkan matanya, selanjutnya diam tak bergerak.Â
***
Saat Danesh membuka matanya, dia terkejut. Disekelilingi, terlihat kompleks pertokoan tersebut sangat mewah. Dan yang membuatnya terkesima dan mematung, disekitar jalan raya tersebut terparkir mobil yang tidak pernah dilihatnya sebelumnya.Â
Mobil sangat mewah dan modern terpakir didekat kafe kong djie, yang berornamen Kuno, dan mudah dikenalinya.
" Pak saya mau ke IKN (Ibu kota Negara) Nusantara?, Apa bisa mengantarkan kesana?."
"Bisa Pak, siap!." Jawab sang sopir taksi.
Danesh yang mendengar percakapan itu jadi bingung sendiri. IKN Nusantara sangat jauh. Perlu waktu 2-3 jam perjalanan menempuh kesana, bila melalui jalan tol balsam.
Belum habis rasa bingungnya, tiba-tiba mobil itu bergemuruh. Setelah penumpangnya berada dimobil. Ban  mobil masuk kedalam secara otomatis. Dan mobil itu terlihat, tak mempunyai roda.Â
Tiba-tiba dari arah belakang keluar cahaya memanjang, dan mobil tersebut terangkat. Dan terbang dengan kecepatan tinggi.
"Astaga!, dimana aku ini sekarang?." tanya danesh pada dirinya, diselimuti kebingungan. Untuk menghilangkan penasarannya, ia bertanya seseorang yang sepertinya menunggu taksi.
" Mohon maap bu, ini tahun berapa ya?." Tanya Danesh pada seorang ibu yang berdiri didekat trotoar jalan raya.
" Tahun 2045 dik, kok adik bertanya?.Memangnya dirumah tidak punya kalender?." Tanya Ibu itu merasa aneh.
Danesh menjawab, dengan mengangkat bahunya. Dan segera berlalu, sebelum Ibu itu terlalu banyak bertanya dengannya.Â
Si Ibu terlihat bingung, melihat tingkah Danesh yang dilihatnya, seperti orang asing dengan keadaan sekitar komplek perdagangan.
***
Belum habis kebingungan Danesh, ketika, dia mendongak keatas, terlihat lintasan yang melengkung, memanjang, dan berliuk-liuk diatas komplek perdagangan tersebut.Â
Terlihat kendaraan panjang, sejenis kereta cepat di daerah Pulau Jawa. Hanya saja, kereta tersebut, berjalan sangat cepat dan terbalik.
Apa yang dilihatnya, membuat Danesh terkagum-kagum. Belum lagi pengunjung di sekitar jalan menggunakan kacamata biasa, dengan bantalan muka.
"Bukankah ini kacamata virtual Reality?. Wow, kacamata tersebut, di 2045, bisa digunakan untuk menelepon dengan penggunanya meraba-raba . Canggih sekali!." ujar Danesh.
Bahkan, ada yang sedang menelepon melalui hologram dan proyeksi 3 dimensi. Ada juga yang menelepon, membuka seperti lembaran kertas. Kemudian dilipat-lipat. Dan dimasukkan kedalam tas atau saku celana.Â
"Rupanya, apa yang di gambarkan di masa kini, di masa depan menjadi kenyataan, luar biasa!." sergahnya.
Danesh berkeliling kompleks pertokoan, yang terlihat mewah dengan desain serba modern. Suasana yang nyaman dirasakannya, saat berkeliling komplek perdagangan di sekitar berdirinya kafe Kopi Kong Djie.Â
Hanya yang berbeda, walaupun komplek perdagangan sangat modern, kafe Kopi Kong Djie tetap berornamen Kuno. Sehingga terlihat kontras dengan toko-toko, dan tempat berbelanja lainnya.
***
Danesh, celingak-celinguk, mencari kedua lelaki, pelaut tua yang tersesat di masa depan. Sehingga keduanya, sampai secangkir kopi kong Djie dihadapannya, mendingin.
Terlihat dua orang kakek tua, tertidur dibangku panjang, yang berada di bundaran komplek perdagangan ini. Bundaran tersebut merupakan pusat komplek perdagangan.Â
Dan udara di sekitar bundaran tersebut, terasa sejuk seperti berada di ruangan ber-AC. Tidak terlihat atap, atau pembatas diatasnya, padahal matahari bersinar terik.
"Oh, disini mereka berdua!."Â
"Pak, Pak, bangun Pak!." tegur Danesh sambil mengerakkan tangan, salah satu Pelaut tersebut. Keduanya tertidur pulas, karena merasakan nyamannya berada di bundaran tersebut.
"Ouhhmm, oh, siapa?."Â
"Saya Danesh Pak, ayo Pak segera pulang. Segelas kopi Kong Djie, pengantar bapak berdua dari masa kini, kemasa depan sekarang sudah mulai dingin.
"Oh iya, astaga!."
"Daeng, Daeng, ayo bangun!, Kita harus segera kembali!." panggil Pelaut tua, membangunkan temannya.Â
Keduanya bergegas menuju Kafe Kopi Kong Djie, diikuti oleh Danesh. Lelaki muda berkacamata tersebut, tersenyum melihat polah keduanya.
"Syukur, aku tidak terlambat." gumam Danesh.
***
Akhirnya, kedua Pelaut Tua tersebut terbangun. Diikuti oleh Danesh. Seorang wanita berumur, mendekati dan memeluk pelaut tua, yang disebut Daeng.Â
"Sudah Pak, sudah tua, jangan macam-macam.". Kata wanita berumur tersebut, yang ternyata isterinya.
"Ia Pak, hampir saja Bapak lewat!." timpal seorang anak perempuan. Anak tersebut, anak terakhir Daeng. Dia, datang bersama Ibunya, karena diberi tahu oleh Rendi. Kedua Pelaut Tua tersebut, sangat dikenal oleh waiter dan waitress di kafe Kopi Kong Djie.
Cuman mengherankan saja, keduanya bisa tersesat ke masa depan. Dimana Kota ini, di tahun 2045 mempunyai kendaraan mobil sejenis taksi kemana-mana bisa terbang layaknya pesawat.
Menjadi kenyataan. Apa yang diberitakan tentang Ibu kota Negara (IKN) Nusantara, yang merupakan Ibu kota negara baru, pengganti Jakarta.
Ketiganya, bersepakat tidak akan menceritakan, apa yang telah mereka lihat di masa depan. Biarlah, katanya menjadi rahasia mereka bertiga.Â
Dan biar juga, orang lainnya mengetahui, seperti dulu, tidak ada telepon genggam, tapi sekarang ada. Berbicara tanpa menggunakan kabel, bisa dibawa kemana-mana. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H