Mohon tunggu...
Riduannor
Riduannor Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Citizen Journalism

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Taksi Terbang

15 April 2024   16:55 Diperbarui: 16 April 2024   08:05 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Danesh, celingak-celinguk, mencari kedua lelaki, pelaut tua yang tersesat di masa depan. Sehingga keduanya, sampai secangkir kopi kong Djie dihadapannya, mendingin.

Terlihat dua orang kakek tua, tertidur dibangku panjang, yang berada di bundaran komplek perdagangan ini. Bundaran tersebut merupakan pusat komplek perdagangan. 

Dan udara di sekitar bundaran tersebut, terasa sejuk seperti berada di ruangan ber-AC. Tidak terlihat atap, atau pembatas diatasnya, padahal matahari bersinar terik.

"Oh, disini mereka berdua!." 

"Pak, Pak, bangun Pak!." tegur Danesh sambil mengerakkan tangan, salah satu Pelaut tersebut. Keduanya tertidur pulas, karena merasakan nyamannya berada di bundaran tersebut.

"Ouhhmm, oh, siapa?." 

"Saya Danesh Pak, ayo Pak segera pulang. Segelas kopi Kong Djie, pengantar bapak berdua dari masa kini, kemasa depan sekarang sudah mulai dingin.

"Oh iya, astaga!."

"Daeng, Daeng, ayo bangun!, Kita harus segera kembali!." panggil Pelaut tua, membangunkan temannya. 

Keduanya bergegas menuju Kafe Kopi Kong Djie, diikuti oleh Danesh. Lelaki muda berkacamata tersebut, tersenyum melihat polah keduanya.

"Syukur, aku tidak terlambat." gumam Danesh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun