Mohon tunggu...
Riduannor
Riduannor Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Citizen Journalism

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pramuka, Perspektif Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib Menjadi Sukarela di Kurikulum Merdeka

1 April 2024   12:19 Diperbarui: 4 April 2024   09:24 947
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Siswa sedang memasak makanan, saat berkemah dialam terbuka diolah menggunakan Ai Bing | Dokpri

***

Ilustrasi Siswa sekolah Dasar berada didepan api unggun kecil, saat mengikuti Pramuka diolah menggunakan Ai bing | Dokpri
Ilustrasi Siswa sekolah Dasar berada didepan api unggun kecil, saat mengikuti Pramuka diolah menggunakan Ai bing | Dokpri

Alasan pencabutan Permendikbud sebelumnya, yang mewajibkan Pramuka sebagai kegiatan ekstrakurikuler di sekolah karena siswa dapat memilih sendiri, sesuai minat dan bakatnya. Sehingga siswa diharapkan dapat mengekspresikan dan mengaktualisasikan diri secara optimal melalui pilihannya sendiri.

Pada tabel alokasi waktu mata pelajaran tingkat SD hingga SMA juga tidak ada bagian jam pelajaran untuk Pramuka. Sementara mata pelajaran agama di dalam kurikulum diaturan Permendikbudristek terbaru tetap mencantumkan mapel agama, mendapatkan alokasi waktu wajib.

Pramuka tidak diletakkannya sebagai ekstrakurikuler wajib, bukan berarti tidak dilaksanakan lagi di dalam sekolah. Pramuka yang bersifat sukarela menjadi fleksibilitas dan juga dapat diintegrasikan dengan kreatif dalam pembelajaran di luar kelas (outdoor learning), berbentuk jelajah lingkungan dan latihan dasar-dasar kepramukaan lainnya.

Di Kurikulum Merdeka, memang memungkinkan siswa disekolah untuk berinovasi dalam pendekatan pembelajaran. Sehingga dengan pencabutan Pramuka dari wajib menjadi sukarela, sejalan dengan semangat Kurikulum Merdeka yang memberikan kebebasan dan pilihan kepada siswa.

***

Pro dan Kontra Pencabutan Pramuka sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib di Sekolah

Ilustrasi seorang siswa memasak makanan di kegiatan Pramuka diolah menggunakan Ai Bing | Dokpri
Ilustrasi seorang siswa memasak makanan di kegiatan Pramuka diolah menggunakan Ai Bing | Dokpri

Setiap sebuah kebijakan baru yang dikeluarkan oleh pemerintah, pasti ada menuai pro dan kontranya. Ada yang mendukung dan ada pula yang tidak. Seperti halnya beberapa aplikasi yang mendukung Kurikulum Merdeka, yang dinilai oleh beberapa pengamat mempunyai masalah.

Diakun media sosial X, misalnya telah ramai cuitan berkenaan penghapusan Pramuka menjadi ekstrakurikuler wajib. Mulai dari netizen biasa, sampai dengan tokoh parlemen juga ikut berkomentar.

Hidayat Nur Wahid, wakil ketua MPR RI 2009-2024 juga ikut mencuit. Ia menyayangkan penghapusan pramuka sebagai kegiatan ekstrakurikuler oleh Mas Menteri dari Kurikulum. Dulu katanya, saat di kelas 3 SD merasakan banyak manfaatnya bagi pembentukan karakter positif dan alternatif kegiatan yang visioner. 

Kebijakan ini memicu diskusi di media sosial. Diantara netizen juga berkomentar, kalau kebijakan Pramuka menjadi ekstrakurikuler pilihan, bukan dihapus sepenuhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun