Mohon tunggu...
Riduannor
Riduannor Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Citizen Journalism

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru Penggerak Tidak Mengenal Lulusan Terbaik, Senior dan Junior Lulusannya. Kok Bisa, Memang Harus Segitunya Ya?

10 Februari 2024   10:35 Diperbarui: 10 Februari 2024   10:44 910
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis melakukan pendampingan dan Praktik baik dan Aksi nyata Diskusi Persiapan pelaksanaan Observasi Kelas (Dokpri)

Bila ada seorang lulusan dari pendidikan guru penggerak (PGP) yang mengaku dirinya menjadi lulusan terbaik di satu Angkatan, perlu dipertanyakan. Memang tidak ada sistem rangking, nilai tertinggi maupun lulusan terbaik layaknya wisuda di sebuah perguruan tinggi atau Universitas.

Disertifikat kelulusan Guru penggerak juga tidak mencantumkan nilai berupa angka. Hanya sebutan baik atau sangat baik. Karena Program Pendidikan Guru Penggerak (PGP) sejalan dan selaras dengan Kurikulum Merdeka.

Kurikulum merdeka juga tidak menggunakan sistem rangking kelas dan lulusan terbaik. Tapi terkadang ada saja orang tua murid mempertanyakannya. "Kok tidak ada lagi rangking kelasnya?. Atau mempertanyakan dengan guru kelasnya saat pembagian rapor. "Siapa yang mendapat rangking 1,2, 3 dan seterusnya Pak guru?," kok tidak diumumkan?."

Begitupula dengan pengukuhan guru penggerak, ada saja sesama rekan guru penggerak mempertanyakan " Siapa ya, lulusan terbaik diangkatan kita?". Saya yang mendengar celetukan teman tersebut hanya tersenyum saja. 

Seorang guru CGP yang akan menyandang label "Guru Penggerak" saja masih bertanya seperti itu, apalagi orang tua murid. Sesuatu yang wajar dan beralasan. Karena dalam penilaian kita terbiasa nilai tertinggi, rangking kelas, lulusan terbaik, dan sebagainya. Lalu menjadi bangga dengan sebutan tersebut.

***

Mengapa Guru penggerak tidak mengenal Lulusan terbaik?

Penulis melakukan pendampingan dan Praktik baik dan Aksi nyata Diskusi Persiapan pelaksanaan Observasi Kelas (Dokpri)
Penulis melakukan pendampingan dan Praktik baik dan Aksi nyata Diskusi Persiapan pelaksanaan Observasi Kelas (Dokpri)

Pendidikan Guru Penggerak memang di semangati oleh Kurikulum Merdeka. Di kurikulum merdeka menghargai keberagaman dan keunikan peserta didik, serta mengedepankan proses pembelajaran yang bermakna dan berdampak. Begitupa sebaliknya dengan program pendidikan guru penggerak.

Penguatan profil Pelajar Pancasila menjadi ruh keduanya, baik program guru penggerak dan Kurikulum Merdeka. Setiap orang mempunyai keunikan, kelebihan dan potensi diri yang berbeda-beda. 

Yang jelas bagi guru yang mengikuti seleksi CGP dan dinyatakan lulus mengikuti program pendidikan guru penggerak. Mengikuti pendidikan sampai selesai CGP, merupakan guru-guru terbaik dari sekian ratus peserta yang mempunyai kesempatan yang sama. Pencapaian tersebut bukankah lulusan terbaik semuanya dari setiap angkatan?.

***

Itulah uniknya guru penggerak!. Ketika pendidikan berjalan, semuanya berkolaborasi. Didampingi oleh seorang fasilitator dan pengajar praktik setiap guru penggerak mengeksplorasi kemampuan diri masing-masing. Tanpa merasa diri lebih hebat, lebih pintar dari satu dengan yang lainnya.

Semua adalah guru-guru hebat. Sehingga kasta-kasta yang sering ada yaitu guru senior dan junior, lulusan CGP senior dan junior juga tidak berlaku di guru penggerak. Apa faktanya?.

Semua diukur berdasarkan keberagaman dan keunikan masing-masing guru calon guru penggerak di saat mengikuti pendidikan. Berbagi tugas dalam sebuah kelompok diskusi maupun saat lokakarya yang dilaksanakan secara luring. 

Dalam berdiskusi pun selalu diputar dan dipasangkan dengan berbagai kelompok yang berbeda kelas, sehingga CGP bisa mengenal peserta satu sama lain dari kelompok dan kelas lain di saat lokakarya dan google meeting kegiatan CGP.

Guru senior dan Junior tidak dikenal di Guru penggerak

Penulis menggerakkan Komunitas Belajar di sekolah berdiskusi bersama guru dan Kepala Sekolah (Dokpri)
Penulis menggerakkan Komunitas Belajar di sekolah berdiskusi bersama guru dan Kepala Sekolah (Dokpri)

Adanya budaya positif di pendidikan guru penggerak tidak mengenal istilah guru senior dan junior. Semua membaur menjadi satu dengan tujuan yang sama yaitu meningkatkan profesionalisme guru dan kompetensi yang berkelanjutan.

Saya sendiri dari segi masa kerja menjadi guru bisa dikatakan katagori guru senior dengan masa kerja 26 tahun. Namun dari segi angkatan kelulusan guru penggerak saya adalah angkatan junior, karena di angkatan ke-3. 

Ada angkatan guru penggerak yang pertama dan kedua di Kota Samarinda yang terkabung dalam satu Komunitas Guru penggerak yang usianya lebih muda dari saya. Dan senioritas disini tidak berlaku, semua adalah sama.

***

Penulis melakukan pendampingan dengan aksi nyata di Komunitas Belajar sekolah setelah mengajar di Hari Sabtu (Dokpri)
Penulis melakukan pendampingan dengan aksi nyata di Komunitas Belajar sekolah setelah mengajar di Hari Sabtu (Dokpri)

Diakhir tulisan ini saya ingin mengatakan tidaklah penting bagi guru penggerak memberikan label lulusan terbaik, guru senior dan junior, lulusan senior dan junior. Yang terpenting adalah bagaimana seorang guru penggerak mengaktualisasikan dirinya sebagai agen perubahan.

Menjadikan Guru Penggerak sebagai pemimpin pembelajaran yang menerapkan merdeka belajar dan menggerakkan seluruh ekosistem pendidikan untuk mewujudkan pendidikan yang berpusat pada siswa.

Guru penggerak bisa memberikan pengalaman belajar yang bermakna, holistik, aktif, dan proaktif bagi siswa. Pada akhirnya seorang guru penggerak bisa menjadi teladan dan agen transformasi yang mendorong tumbuh kembang siswa sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila. (*)

Cover story Kegiatan Diskusi Persiapan Observasi kelas di PMM (Dokpri)
Cover story Kegiatan Diskusi Persiapan Observasi kelas di PMM (Dokpri)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun