Trend komunitas saat ini bermunculan didasari oleh kesamaan hobby, karakteristik interaksi sosial, berbagai pengalaman atau budaya. Dan kecendrungan inilah yang melahirkan berbagai jenis Komunitas.
Komunitas terbentuk bisa saja karena kesamaan profesi, kegemaran dan berbagai jenis pekerjaan. Misalnya profesi guru yang telah menjadi guru penggerak, terbentuklah Komunitas Guru Penggerak.
Atau profesi guru secara umum sebagai pendidik, terbentuklah Komunitas pendidik. Kegemaran memancing, dibentuklah Komunitas mancing (Fishing Club).
Komunitas-komunitas literasi pun bermunculan. Berbagai ptarform digitalpun banyak memfasilitasi terbentuknya sebuah komunitas. Yang jadi pertanyaan, Apakah Komunitas yang terbentuk dan berjalan tersebut, dapat mewadahi anggotanya?.Â
Bisa memberikan edukasi bahwa sebuah komunitas terbentuk dengan latar belakang sama. Adanya keterikatan satu sama lain, dalam mengembangkan dan berkolaborasi satu sama lainnya sesama anggota komunitas.
***
Egosentris Admin Komunitas
Disebuah komunitas berbasis platform digital melalui whatsaap (WA),blog dan lainnya biasanya ada beberapa admin. Admin merupakan orang yang mengendalikan sebuah komunitas, bisa menerima dan menolak anggotanya.Â
Bahkan sebuah komunitas hanya menonjolkan kelebihan dan menjadi wadah kepentingan admin komunitas. Misalnya sebuah komunitas pendidik, tempat berbagi para pendidik, saling bertegur sapa sesama anggota. Kemudian dibatasi oleh adminnya, dengan cara adminnya saja yang bisa mengirim informasi dan berbagi berita, artikel yang ditulisnya.
Sementara anggota lainnya tidak bisa mengirim tulisannya, supaya dibaca anggota lainnya. Tidak bisa pula berkomentar atau memberikan penilaian pada tulisan tersebut.Â
Inilah yang disebut egosentris sebuah komunitas. Egosentris menurut KBBI adalah menjadikan diri sebagai titik pusat pemikiran (perbuatan). Berpusat pada diri sendiri.Â