***
Komunitas yang semacam ini lambat laun akan ditinggalkan anggotanya. Karena Admin hanya memikirkan kepentingan dirinya dan admin lainnya. Hanya beberapa admin saja yang bisa meramaikan komunitas tersebut. Sementara anggota lainnya hanya membaca, jadi tim hore sesuai keinginan admin komunitas.
Ketika akun Kompasiana saya mendapatkan kesempatan untuk membuat sebuah Komunitas, belum saya gunakan. Mengapa saya tidak membuat komunitas?.Â
Mungkin untuk saat ini belum. Ada beberapa teman menyarankan saya untuk membuat komunitas di kompasiana yang ada hubungannya dengan guru penggerak.Â
Komunitas itu bisa menjadi tempat bagi sesama anggota membuat tulisan yang bisa memperkenalkan apa dan bagaimana guru penggerak di setiap sekolah masing-masing. Termasuk berbagai event yang dilakukan oleh sebuah komunitas guru penggerak.
***
Di kompasiana saja sampai artikel ini ditulis sudah ada 125 an komunitas yang mewadahi berbagai latar belakang hobi, kesamaan karakteristik anggotanya, dan interaksi sosial dan budaya.Â
Dari sekian banyak komunitas tersebut baru 2 komunitas yang saya ikuti yaitu perkumpulan pencita cerpen (pulpen) dan Kompak'O. Keduanya merupakan komunitas yang mewadahi penulis fiksi dan non fiksi dengan visi dan misi yang sama menyuguhkan hasil tulisan yang terbaik.
Diluar komunitas Kompasiana yang ada diblog, lebih banyak lagi komunitas. Misalnya melalui whatsaap group (WAG). Saya pun tergabung dibeberapa group komunitas yang ada di wa.Â
Bergabung menjadi anggota komunitas saya memang sangat selektif. Jangan sampai sebuah komunitas hanya menjadi group yang memenuhi ram atau memori handphone. Apalagi sebuah komunitas yang mengunci anggotanya, dan hanya admin yang bisa memposting sesuai keinginannya. Bisa dipastikan saya akan keluar dari group komunitas tersebut.