***
Cerita Komunitas di Era 90an
Sebuah komunitas yang hanya mewadahi egosentris adminnya menjadi sebuah komunitas yang tidak sehat. Dan lambat laun komunitas tersebut menjadi sepi dan ditinggalkan anggotanya.
Diera tahun 1990-an sebuah komunitas masih diwadahi media cetak sangat berkesan dan persahabatannya sangat erat sampai saat ini. Saya pernah bergabung dengan komunitas sahabat pena, yang anggotanya tersebar di seluruh Indonesia.
Koresponden dilakukan melalui surat menyurat. Dan anggotanya bisa memilih siapapun teman yang menjadi anggota komunitas untuk dikirimi surat.Â
Dan bila satu kota atau daerah, sesama anggota bisa melakukan kopi darat (Kopdar). Komunitas di era 90an memang tidak mengenal admin yang memegang kendali. Semua kendali dan sirkulasi anggota melalui redaktur surat kabar atau majalah cetak tersebut.
***
Insecure dan Overthinking Anggotanya
Sebuah Komunitas, tentunya terdiri dari berbagai latar belakang dan pola pikir anggotanya. Walaupun sebuah komunitas terdiri orang-orang yang mempunyai kesamaan hobby, dan interaksi sosial dan budaya.Â
Namun tingkat emosional dan cara menanggapi setiap anggota berbeda. Ada anggota yang sangat sensitif, cuek, bahkan baperan. Setiap admin komunitas harus bisa memahami keadaan tersebut.
Itu sebabnya menjadi seorang admin haruslah orang yang bisa memahami karakteristik anggotanya. Ada saja anggota yang berprilaku Insecure, dan sebaliknya overthinking. Membuat sebuah komunitas itu memang mudah. Tapi mengelola kesamaan dan kebersamaan anggotanya itu susah.
Apalagi sebuah komunitas hanya menjadi sarana dan memenuhi kepentingan adminnya saja, bisa dipastikan komunitas tersebut tidak akan berjalan lama, dan pada akhirnya akan bubar jalan!. (*)