Mohon tunggu...
Riduannor
Riduannor Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Citizen Journalism

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Teror Malam Nenek Jamah

17 September 2023   09:37 Diperbarui: 17 September 2023   09:47 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Napas nenek Jamah mulai satu-satu. Konon, nenek Jamah juga mengindap penyakit manggah (Asma). Bisa jadi karena bulu kucing yang dipeliharanya. Mungkin juga karena selalu berada di pinggir sungai Mahakam saat malam hari, membuatnya paru-paru basah.

"Cepat Julak Shaleh!, nenek jamah sudah sakaratul maut." ujar Acil Inor, sambil melambai Julak Shaleh dan Haji ilung yang setengah berlari. Ia buru-buru memasuki rumah nenek Jamah. Warga kampung yang menyaksikan nenek jamah yang tengah sekarat, dengan napas yang berat. Menambah suasana mencekam.

Rumah nenek tua itu, dipenuhi warga yang berdesakan didepan pintu rumah. Mereka menepi, dan memberi jalan julak shaleh dan Haji Ilung memasuki pintu rumah.

***

"Ayo Pak Haji, dan bapak-bapak bantu saya menyingkirkan dan menjauhkan kucing-kucing Nenek Jamah." Ujar Julak Shaleh berbicara pelan serasa berbisik.

"Iya Julak. Apa yang harus kami lakukan?." Tanya Amat Tali mendekat dan berada di samping Julak Shaleh.

Akhirnya kucing-kucing hitam bisa dijauhkan dari nenek Jamah. Para Bapak berhasil mengusirnya. Kucing hitam nenek Jamah berkumpul seakan tak mau jauh dari tubuh majikannya.

Julak Shaleh berada tepat disamping nenek Jamah. Nenek Jamah matanya melotot menatap julak Shaleh. Ia merasa tak senang dengan kehadiran julak Shaleh. 

“Sudahlah nek, saya akan membantu nek jamah.Beingat nek?, Ayo Nek, ingat Tuhan.” 

“Heeeh..heeeh, suara keluar dari mulut menek Jamah terdengar berat. Ia seakan menolak apa yang dikatakan Julak Shaleh.

***

Tiba-tiba tubuh nenek Jamah bergetar hebat. Napasnya seperti ayam yang digorok. Matanya melotot keatas. Sesaat tubuh renta itu diam. Dan tidak bergerak lagi. Lalu Julak Shaleh menutupnya dengan sarung bahalai. 

Tak berapa lama tubuh nenek Jamah bergerak-gerak dibalik sarung bahalai. Julak memberi isyarat mata ke Haji Ilung. Sejurus kemudian Haji Ilung menancapkan jarum emas diujung kaki nenek Jamah.

Nenek tua itu seakan meraung hebat, saat jarum emas menancap dijari tengah kakinya. Ritual jarum emas dilakukan untuk membuang  ilmu hitam yang dianut oleh nenek Jamah.

***

Tubuh Nenek Jamah ingin bangkit lagi dari kematiannya. Namun upaya itu diredam oleh Julak Shaleh dibantu Haji Ilung.

Sambil merapal mantra dibantu haji Ilung menancapkan jarum emas dijari kaki nenek Jamah, Julak Shaleh berusaha membuang ilmu hitam nenek renta itu.

Tubuh nenek jamah yang sudah duduk, kembali jatuh kelantai.

“Gedebuk!,” tubuh nenek Jamah kembali terbaring kaku dikasur lusuhnya. 

“Syukurlah Pak Haji, nenek Jamah sekarang sudah meninggal.  Haji Ilung, Amat tali, dan beberapa Bapak yang berjaga  dirumah nenek Jamah bernapas lega.

***

Yasinan digelar dirumah nenek Jamah, sambil berjaga menjelang pagi. Para warga terdiri anak muda dan orang tua, duduk-duduk berjaga didepan rumah nenek Jamah. 

Jasad nenek Jamah harus dijaga. Walaupun aura mistis mengiringi kematian nenek tua itu. Warga kampung bahu-membahu berjaga, sesuai pesan Julak Shaleh. 

"Jangan dibiarkan jenazah Nenek Jamah sendiri. Bisa saja kekuatan jahat merasuk ketubuh nenek itu. Sehingga ia kembali hidup. Dan membuat suasana kampung kian mencekam.

***

Nenek berumur seabad itu sudah dikuburkan oleh warga, dipekuburan umum yang berada di ujung desa. Suasana kampung yang masih dikeliling hutan tersebut terlihat tenang. 

Namun menjelang sore dan mendekati magrib. Aura ketakutan menghinggapi warga kampung. Setelah ba'da Magrib jalan-jalan kampung sudah sepi. Warga enggan berada diluar rumah.

Di hari pertama kematian nenek Jamah, membuat warga cemas. Apakah nenek itu sudah meninggal dengan tenang?. Dan tidak akan mengganggu warga sekitar. Konon, penganut ilmu hitam biasanya akan berkeliling kampung selama 40 hari mendatangi orang-orang yang pernah dikenalnya semasa hidup.

Kata Julak Shaleh, nenek Jamah sudah disyarati. Ia tidak akan bisa bangkit lagi melakukan teror ketakutan pada warga. Jarum emas pemati ilmu hitam nenek Jamah. 

Dulu nenek Jamah parasnya cantik sekali, berkat ilmu hitam pemikat yang dimilkinya. Banyak laki-laki kampung yang sebaya dengannya terpikat dan tergila-gila.

Imbas ilmu yang dimilikinya juga membuat nenek Jamah bisa hidup kembali. Setidaknya dua kali nenek Jamah bangkit dari kematiannya. Dan orang kampung mengenal betul siapa nenek Jamah.

***

Teror baru dimulai. Acil Inor yang rumahnya tidak jauh dari rumah nenek Jamah, orang pertama yang didatangi arwah nenek tersebut. Dinding rumah Aci Inor diketok pelan dari luar, tepat dibawah jendela kaca kamar tidurnya.

"Inor..Inor.., bukakan pintu nor, aku mau belanja?," terdengar suara parau dari balik jendela kaca rumah Acil Inor. 

"Siapaaaa?," Acil bertanya sambil menggigil ketakutan. Sementara suami Acil Inor yang tidur disebelahnya juga mengigau. 

"Jangaaaan..jangaaan, nek??,, jangaan ganggu..," kata suami acil Inor.

Acil Inor tambah ketakutan. "Nenek Jamahkah?, jangan ganggu kami nekkk?, saya sudah memaapkan nenek, saya juga minta maap bila ada salah dengan nenek...." dengan suara bergetar Acil Inor menjawab suara tersebut.

Ia yakin itu suara nenek Jamah. Wanita tua itu berjalan menjauh dari jendela kaca rumah acil Inor. Ia mencoba mengintip dari balik jendela. Tidak ada siapa-siapa diluar. Sepi.

Suami Acil terbangun. Keringat dingin membasahi badannya saat terbangun. Napas suami Acil Inor tersengal-sengal seperti berlari jauh.

"Kenapa Bah?, piyan habis bemimpi? ujar Acil Inor bertanya.

"Tadi, aku didatangi Nenek Jamah, ia datang meminta maap. Katanya selama ini sering berbuat jahat dengan keluarga kita. Pernah menaruh pembanci di warung kita." ujar suami Acil Inor.

Pambanci adalah jampi-jampi yang sengaja dipasang pada suatu tempat, rumah atau warung dengan tujuan membuat pemiliknya sial atau sepi pembeli. Ilmu ini digunakan karena rasa dengki pemiliknya, tidak senang melihat orang lain berhasil. (Bersambung)

Kosakata Bahasa Banjar :

Piyan : Anda, kamu (Bahasa halus kepada orang yang lebih tua, atau dihormati).
Julak : sapaan buat orang yang dituakan. Bisa juga menyapa saudara Ayah dan Ibu yang lebih tua.
Acil : Sebutan bibi dalam bahasa banjar.
Pambanci  : Pembenci, ilmu membuat orang lain sial, tidak senang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun