Mohon tunggu...
Riduannor
Riduannor Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Citizen Journalism

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Guru Penggerak Bukan Zona Nyaman bagi Guru yang Ingin Nyaman

14 September 2023   17:28 Diperbarui: 15 September 2023   08:08 1104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Guru Penggerak. (Foto: KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN)

Belum lagi di saat ngumpul bersama keluarga di hari weekend, harus mengikuti lokakarya yang dilaksanakan secara luring seharian penuh.

Berbagi praktik baik, berdiskusi dengan sesama calon guru penggerak dibimbing oleh pengajar praktik yang dibagi beberapa kelompok.

Kemudian di saat malam hari, bekerja sampai jauh malam di depan laptop membuat powerpoint untuk presentasi tugas kelompok. Membuat jurnal dwi mingguan di blog yang disediakan di lms ataupun menerbitkan pada media sosial seperti di Kompasiana, atau blog pribadi dan berbagi yang dikelola oleh Komunitas guru.

Pendampingan ke sekolah oleh pengajar praktik saat calon guru penggerak berbagi praktik baik dengan sesama warga sekolah dan rekan sejawat di komunitas praktisi pendidikan.

Dan mengirimkannya dalam betuk video pada channel YouTube, Google Drive ataupun platform Merdeka Belajar sebagai tugas yang harus diselesaikan dan dinilai oleh fasilitator pendidikan Guru Penggerak.

Para peserta diseminasi IKM sedang mengikuti kegiatan selama 2 hari oleh K3S kecamatan di wilayah kerja penulis (Dokpri)
Para peserta diseminasi IKM sedang mengikuti kegiatan selama 2 hari oleh K3S kecamatan di wilayah kerja penulis (Dokpri)

Sesuai dengan slogan guru pengerak "Bergerak, Tergerak dan Menggerakkan", bukan hanya slogan saat mengikuti pendidikan saja. Tapi saat dinyatakan lulus menjadi guru penggerak. Bukan saja di ruang lingkup kelas dan sekolah, bahkan lebih luas lagi ke berbagai komunitas praktisi pendidikan.

Penulis sendiri, yang diberi amanat menjadi Kepala Sekolah oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Samarinda, terus memberi warna bagi berbagai komunitas pendidikan.

Baik di kelompok kerja kepala sekolah (K3S) wilayah kerja penulis, dengan mengadakan aksi nyata berupa desiminasi Implementasi Kurikulum dengan memberikan pelatihan, bimtek penyusunan Kurikulum Operasional di Satuan Pendidikan.

Bila ingin berada di zona nyaman, menjadi guru penggerak bukanlah tempat yang tepat. Dari sini penulis menyadari betul, mengapa seorang Guru Penggerak diprioritaskan menjadi Kepala Sekolah.

(*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun