Bahkan sempat viral, dan masuk media masa lokal. Warga masyarakat yang mengambil barang kirimannya sampai antre berjam-jam sampai sore untuk mendapatkan kirimannya. Memang pengiriman barang mengalami puncaknya, karena mendekati penghujung tahun.
Akibat pengurangan dan PHK karyawan
Sebagai pengguna layanan jasa ekspedisi yang mengirim barang saya tersebut, sempat jengkel dengan keterlambatan. Tapi dari cerita Karyawan ekspedisi yang bersebelahan kantornya. Perusahaan tersebut melakukan banyak PHK pada kurir yang bertugas pengantaran barang.Â
Akibatnya kurir yang masih bekerja kewalahan, dan barang kiriman jadi menumpuk tidak terantar tepat waktu di pergudangan. Kata karyawan ekspedisi lain yang bercerita ke saya, untuk wilayah Kota Samarinda yang terkena imbas dari dampak evaluasi kerja perusahaan tersebut adalah para kurir ekspedisi.
Inipun saya saksikan sendiri, ketika berada dipergudangan mencari barang saya yang tak kunjung sampai. Hanya ada satu kurir yang saya temukan, dan membantu mencari barang tersebut. Namun hasilnya nihil.
Saya dibawa ke ruang manajemen jasa ekspedisi, setelah dilacak melalui komputer kantor juga barang kiriman tidak ditemukan, siapa yang membawa atau mengantar barang tersebut.Â
Pihak manajemen meminta saya untuk menunggu, dan mencarikan barang tersebut. Dan nanti dihubungi kembali kalau sudah ditemukan. Saya yang merasa sudah cape, berkeliling mencari kantor ekspedisi tersebut merasa kecewa karena barang tidak ditemukan, dan harus menunggu lagi.
Akhirnya saya memutuskan komplain kepada marketplace yang mewadahi e-commerce, antara seller dan pembeli. Dan saya mempersilahkan jasa ekspedisi sambil mencari barang tersebut, dan melakukan penyanggahan. Dan oleh marketplace, komplain saya diberi rentang waktu 7 hari kerja untuk investigasi ke perusahaan ekspedisi. Bila tidak ada sanggahan uang akan dikembalikan sepenuhnya seratus persen.