Mohon tunggu...
Riduannor
Riduannor Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Citizen Journalism

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Bjorka dan Alarm Sistem Perlindungan Keamanan Data

16 September 2022   13:00 Diperbarui: 16 September 2022   15:58 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tima Miroshnochenko (pexels.com)

Beberapa hari terakhir, ulah hacker Bjorka cukup menyita perhatian publik. Kemunculannya mengagetkan media sosial terutama twitter karena menyerang pemerintah dengan cara membocorkan berbagai data penting mengenai negara.

Cuitan bjorka di media sosial, hal tak biasa Hacker?

Biasanya, seorang hacker hampir tidak pernah berinteraksi di media sosial, seakan berbalas pantun merespon reaksi yang terjadi dengan pembocoran data. 

Profil seorang hacker cenderung menutupi identitas dirinya dan bekerja diam-diam karena seorang hacker mengetahui apa yang dilakukannya adalah ilegal dan melanggar hukum.

Dengan ulahnya, sering mencuit di twitter dan memberikan informasi terbaru tentang data-data pejabat tertentu yang dibocorkan, seakan memberikan pesan rentannya kebocoran data, walaupun pemerintah telah membantahnya.

Bjorka yang katanya seorang hacker yang berada di Polandia, dan mengaku mempunyai teman seorang Indonesia di Warsawa, Polandia yang menjadi korban ketidakadilan di masa Orde Baru yang terjadi pasca 1965.  Namun banyak orang meragukan pengakuannya. 

Dari klaimnya, bjorka mengatakan ia telah mencuri miliaran data penting milik pemerintah dan perusahaan. Sengatan hacker bjorka muncul bersamaan dengan pembahasan draf Rancangan UU Perlindungan data pribadi (RUU PDP) dan pengkajian draf RUU PDP yang dilakukan oleh DPR RI.

***

Bjorka sebenarnya Orang Indonesia?

Keraguan dari banyak pihak kalau sosok hacker Bjorka bukan berasal dari Warsawa, Polandia, tapi berasal dari Indonesia. Keraguan ini cukup beralasan, dari cuitan twitter yang di postingnya terkesan menggunakan bahasa inggris yang baku. 

Asumsi bermunculan, mengenai siapa Bjorka. Bisa jadi orang Indonesia, bisa juga orang indonesia bekerjasama dengan jejaring Bjorka yang bukan satu orang tapi terdiri beberapa orang dan ada warga negara asing.

Siapapun bjorka, yang jelas merupakan alarm mengenai rentannya sistem perlindungan data di Indonesia. Masalah besarnya adalah bagaimana pemerintah bisa melindungi semua data pribadi warga negara Indonesia.

Mudahnya diakses NIK setiap orang untuk persyaratan data untuk berbagai urusan, juga membuat data pribadi yang tersimpan di dalamnya mudah diketahui oleh orang lain yang tidak berkepentingan. 

Dan celakanya, data pribadi tersebut diperjualbelikan untuk kepentingan motif ekonomi dan bisa juga digunakan untuk berbuat tindak kriminal lainnya. 

Misalnya duplikasi kartu kredit, untuk pinjaman online (pinjol), penyalinan data dan informasi kartu ATM nasabah (skimming) dimana pelaku skimming bisa melakukan penarikan dana orang lain.

Kerentanan penyalahgunaan data makin terbuka, seiring dengan kemajuan dunia teknologi. Metadata berupa data pribadi yang diberikan untuk berbagai kepentingan misalnya ketika berurusan di perbankan, e-commerce, dan lainnya. 

Data diserahkan secara sukarela dan disimpan sebagai data digital oleh pelaku usaha. Sehingga banyak faktor penyebab kebocoran data pribadi, diakibatkan pencurian (hack) pihak ketiga dan terbuka untuk disalahgunakan.

***

Hacker Bjorka di tangkap?

Sekitar sebulan ini sosok Bjorka membuat publik penasaran. Pemerintah dan aparat membentuk tim gabungan yang terdiri dari badan Intelijen Negara (BIN) dan Polri melakukan pelacakan persembunyian dan tempat beradanya hacker Bjorka.

Menyangkut tim gabungan ini diungkapkan oleh Menko Polhukam Mahfud MD, yang beliau katakan tim gabungan dibentuk untuk mencari dan melacak keberadaan bjorka dengan menggunakan alat khusus.

Tidak berapa lama beredar kabar dari beberapa media online, kalau hacker bjorka sudah ditangkap. Seorang pemuda berinisial MAH (21) berasal dari Desa Banjarsari Kulon, di duga sebagai peretas Bjorka.

Berita masih simpang siur, apa benar yang ditangkap tersebut adalah seorang Bjorka, yang sosok dibalik topeng Anonymous membuat publik di tanah air bertanya penasaran. 

Dari tampilan profil pemuda tersebut diketahui kesehariannya adalah berjualan es. Bahkan kabar terakhir yang beredar di dunia maya, sudah muncul dua orang yang dicurigai sebagai sosok dibalik topeng Anonymous Bjorka.

Bola liar tentang Bjorka, membuat kekuatiran baru, terjadinya salah tangkap. Sebuah akun instagram @Volt_anonym menerasikan seorang pemuda berusia 17 tahun berinisial MSF sebagai sosok Bjorka yang telah membuat heboh warganet Indonesia.

***

Bjorka dan pentingnya keamanan data pribadi

Fenomena Bjorka yang menjelma sebagai sosok kontraversial, hanyalah sebagai alarm sistem keamanan data pribadi setiap warga negara. Data yang tersimpan di berbagai aplikasi, masih rentan untuk di curi dan disalah gunakan.

Dan yang riskan, data pejabat, dan pemerintah pun ikut dibocorkan. Beberapa pejabat berkomentar bahwa data yang bocor diklaim tak penting. Tapi benarkah demikian?

Dari berbagai data yang dibocorkan dari unggahan di situs berbagi breachead.to, berisi data pelanggan tokopedia yang dibobol pada April 2020. Yang berisi data user ID, password hash, email, dan nomor telepon.

Pembobolan 26 juta data pelanggan Indihome, yang memuat data dasar pelanggan yang terdiri dari nama lengkap, email, gender, NIK, IP Andress, hingga kebiasaan pemilik akun, situs apa yang biasa dikunjungi.

Kebocoran data 1,3 milyar data registrasi SIM Card, yang diklaim berasal dari Kominfo, yang berisi data dasar yang sama. Dan yang terakhir, kebocoran data pejabat penting setingkat menteri, gubernur, Ketua Partai hingga presiden, dikutip dari berbagai media berita online. 

Pemerintah melalui Kepala Badan Siber dan Sandi Negara Hinsa Siburian, mengatakan bahwa data yang dibocorkan oleh Bjorka masih katagori intensitas rendah.

Namun dari yang sepele, dan dianggap receh, bisa menjadi masalah besar kalau tidak cepat dibenahi. Sebuah data individu yang disebar luaskan dan diperjualbelikan akan mendatangkan kerugian bagi perseorangan.

Misalnya data pribadi disalahgunakan untuk tindakan kejahatan seperti pinjaman online (pinjol) ilegal hingga judi online, dan lainnya. Pada akhirnya, yang rugi dan menjadi korban adalah masyarakat. 

Bagi para pejabat yang di bobol mungkin tidak berdampak berarti, tapi bagi masyarakat lapisan bawah bisa saja mengalami berbagai masalah tindakan kejahatan. 

Di akhir tulisan, apa yang telah di lakukan Bjorka dengan ulahnya membocorkan data pribadi, merupakan alarm masih lemahnya sistem perlindungan data pribadi. Dan perlunya pembenahan sistem keamanan yang lebih kuat dan tidak mudah di retas (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun