Dari Sjahrir, secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi Chairil dalam aktivitas politik, filsafat, dan kebangsaan.
Ihwal chairil Anwar, dan jalan kemerdekaanÂ
Chairil anwar, pernah berjualan barang bekas, dengan modal yang didapatkan dari sjahrir. Dan, salah satu barang bekas yang dibelinya adalah sebuah radio. Kemudian, radio bekas tersebut, digunakan Sjahrir, memantau siaran BBC London atau Voice of America (VOA).Â
Walaupun Radio, merupakan barang terlarang di jaman pendudukan jepang, Sjahrir menyembunyikannya di dalam lemari, dikamar tidurnya.
Pada 10 Agustus 1945, dari radio bekas yang diberikan Chairil, Sjahrir mendapatkan berita penting, di bomnya Nagasaki, dan ultimatum dari sekutu yang menyatakan jepang segera menyerah.
Kemudian, sjahrir, memberikan arahan kepada Chairil, untuk memberikan informasi dari sjahrir, yang ia dapatkan kepada para pemuda, dan pergerakan lainnya.Â
Dalam buku Soebadio Sastrosatomo (1995), chairil Anwar datang ke Komite Bahasa Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur No.23 pukul 10.00 WIB. Ia, menemui Soebadio dan menyampaikan pesan Sjahrir.Â
Soebadio, meneruskan pesan Sjahrir kepada para pemuda, dan berujung peristiwa Rangasdengklok, dan Proklamasi kemerdekaamn 17 Agustus 1945.
Dari sini, dapat disimpulkan ihwal Chairil Anwar, bukan hanya seorang penyair, tetapi juga seorang pejuang yang membuka jalan kemerdekaan.Â
Karya Chairil Anwar, yang tak lekang oleh waktu
Benarlah, Chairil Anwar dalam puisinya "Aku", membuatnya hidup seribu tahun, dalam tulisan dan puisi-puisinya yang tidak pernah mati sampai saat ini. Saat ini, kalau chairil hidup, usianya sudah menginjak 100 tahun.Â
Sosoknya yang fenomenal, selain seorang penyair, juga merupakan penterjemah karya-karya asing ke dalam bahasa Indonesia, menjadi penyiar radio, menjadi redaktur Gema Suasana, redaktur Rubrik Kebudayaan siasat "Gelanggang",dan juga pendiri "Gelanggang Seniman Merdeka".