Musim layang-layang berlalu, datang musim wayang, kemudian muncul musim kelereng. Permainan anak, sepanjang tahun silih berganti. Berbagai permainan, mewarnai masa kecil.Â
Musim kelereng, membuat anak-anak di kampungku bermain saat istirahat sekolah, waktu libur. Terutama di hari minggu, sehari-harian, aku bermain kelereng, bersama teman-teman sebaya.
Main kelereng, ditemui di samping rumah, yang mempunyai pekarangan yang luas. Aku, biasa bermain kelereng, di gang sukaramai, atau gang pelita, tempat biasa anak dikampungku berkumpul dan mencari peruntungan permainan kelereng.
Yang bidik, menuju kelereng lawan permainan, dan mengena, dia yang mengambil kelerengnya. Si Madi, teman bermain kelereng yang bidik, sampai kentong baju kokonya penuh kiri dan kanan akibat, menang permainan kelereng.
Aku sendiri, tidak pintar-pintar betul dalam bermain kelereng. Lebih banyak kalahnya daripada menang. Kalau musim kelereng berlalu, kelereng tersebut disimpan disebuah tempat sabun plastik. Semua bahan bermain, semua disimpan di bawah ranjang besi. Seperti kelereng, wayang, karet, dan juga layang-layang. Untuk dimainkan kembali bila musimnya tiba.
***
Penyewaan Komik
Dipertengahan tahun 1985, penyewaan komik di kampung makin kian banyak. Disetiap tempat penyewaan komik, dipenuhi penyewa, bahkan sampai berjubel. Bukan hanya di tempat kai utar, namun mulai tersebar ditiap RT.
Komik, merupakan cerita bergambar. Walaupun tidak bisa membaca, anak-anak bisa melihat gambar-gambar yang terdapat dibuku komik yang sangat bagus. Beberapa komik yang laris di sewa, yaitu cerita petruk dan gareng, si buta dari goa hantu, golok setan, panji tengkorak, dan beberapa jenis komik lainnya.