Mohon tunggu...
Riduannor
Riduannor Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Citizen Journalism

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Trilogi | Lorong Waktu Masa Kecil (2)

29 Juli 2022   19:19 Diperbarui: 29 Juli 2022   19:30 1534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi nonton televisi baru hitam putih |Sumber poto : Hendry Kurniawan

Dikampungku, bila ada pemutaran layar tancap, sebuah kain putih besar, yang dikasih tiang. Dipasang ditengah lapangan, hampir semua isi kampung datang, memenuhi lapangan bola. Mulai dari anak-anak, sampai dengan orangtua.

Sampai ada yang membawa karpet dari rumah, kemudian di hampar ditengah lapangan, yang diduduki oleh satu keluarga. Orang kampung, setelah magrib, sudah memenuhi lapangan. Datang lebih awal, supaya bisa duduk paling depan.

***

Ketika, Aku datang kelapangan, separuh lapangan bagian depan sudah penuh, manusia menyemut memenuhi lapangan bola. Para penjual makanan dan minuman, berada di depan lapangan bola. Penjual kacang rebus, singkong goreng, sampai dengan Pakle penjual mainan anak-anak, memenuhi pojok-pojok lapangan, tempat strategis berjualan.

Setelah waktu isya, flm pun mulai diputar, iklan seputar Keluarga berencana (KB) menghiasi layar lebar. Anjuran pemerintah mempunyai anak cukup dua, merupakan program yang digenjarkan Pemerintahan Soeharto, sampai ke pelosok-pelosok kampung, yang belum tersentuh lampu penerangan PLN, maupun masih tahap perkembangan pembangunan.

Lapangan bola, yang sangat luas sudah dipenuhi manusia. Sampai dipojok lapanganpun, orang berjejal, ingin menyaksikan layar tancap. Film Roma irama, begadang sedang diputar. Baik anak-anak, tua, muda, terbawa alur cerita flm Roma. Bila lucu, semua tertawa, seperti koor disebuah paduan suara. Bila sedih, ada yang sampai menyeka air mata.

Sampai akhirnya, pukul 12.30 Wita, pemutaran flm berakhir. Penonton, berangsur-angsur pulang, meninggalkan lapangan bola. Aku, bersama teman sekelas, yang juga nonton, pulang kerumah masing-masing. lagu-lagu Roma yang syahdu, terngiang-ngiang ditelinga, sampai terbawa mimpi.

***

Musim kelereng

Bulan Januari 1985, musim wayang, dan musim layang-layang sudah berlalu. Musim layang-layang, biasa di bulan Oktober-Desember, karena perubahan cuaca, dan bertiupnya angin, sangat baik buat bermain layang-layang. 

Musim layang-layang, bukan hanya anak kecil memainkannya, tapi orang dewasa juga banyak yang ikut bermain layang-layang di waktu sore hari. Hampir di tiap jalan kampung, yang masih pengerasan, dan tanah merah. Anak-anak, orang tua yang senang bermain layang-layang, berkumpul di satu titik jalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun