Mohon tunggu...
Riduannor
Riduannor Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Citizen Journalism

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Membaca Kenangan "Ada Banyak Rindu di Bandung," (Bagian-2)

14 Juni 2022   16:00 Diperbarui: 15 Juni 2022   04:53 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sampul novel, diolah menggunakan aplikasi canva (Dokpri)

Akupun, selama mereka KKN, selalu menginap disana. Kadang dijemput, Pak Masir dengan motor bututnya. Terkadang, aku jalan kaki, menuju kesana. Cerita mistis, dan sunyinya ditempat mereka KKN, bila lampu telah dipadamkan. Bagiku dan Pak Masir, hal yang biasa. 

Seiring waktu, keakraban tercipta diantara kami. Temannya bercerita, tentang Ht. Dia terlahir, dilingkungan keluarga yang berada. Mapan, dari segi ekonomi. juga dimanja dilingkungan keluarga, karena anak bungsu dari tujuh bersaudara, semua prempuan.

Seakan, cerita tujuh bidadari, dan dia adalah yang ketujuh. Sebagai anak yang terbiasa serba ada, di tengah kota, harus bisa menyesuaikan keadaan di desa pendekat, dan juga desa sunyi, yang serba keterbatasan. 

Sekitar enam bulan mereka KKN didesa pendekat, dan desa sunyi, yang merupakan wilayah kerjanya. Tapi kegiatan lebih banyak di desa pendekat, mereka membuat nama-nama jalan desa, membantu kegiatan posyandu yang diadakan ibu bidan desa. selebihnya mengajar di sekolahku. Sampai masa KKN mereka berakhir. 

Setelah, 11 tahun, segalanya berubah. Ht, mahasiswa KKN yang kukenal dulu, kini sudah bekerja sebagai PNS di kantor syahbandar, perhubungan laut. 

Sabtu sore, awan hitam menggelayut dilangit. Serasa tak sanggup lagi menahan, untuk menurunkan hujan. Aku tahu, ini adalah pertemuan pertamaku dengan Ht, setelah 11 tahun tak mendengar kabarnya. Aku berharap cuaca tetap cerah, dan tidak turun hujan malam ini. 

Namun, hujan turun dengan derasnya. Suara guntur pun bersahutan, di tengah kilatan petir malam ini. Aku jadi bimbang, apakah tetap berangkat kerumah ht, atau tidak. 

Tapi, aku tidak ingin mengecewakan ht, untuk kedua kalinya. setelah 11 tahun yang lalu, aku sudah membuat langkah yang salah. Ternyata ht, tetaplah ht yang bersahaja, perbedaan status yang menjadi halangan buatku, baginya itu bukanlah penghalang, untuk saling mengenal lebih dekat lagi.

Akupun memutuskan, tetap berangkat ditengah derasnya hujan malam ini, apapun yang terjadi diperjalanan. Selepas waktu magrib, aku berangkat menerobos derasnya hujan. Menggunakan mantel jas hujan, aku menuju rumah ht.

Sekitar, 15 menit perjalanan menuju rumah ht, akhirnya sampai juga. Rumah yang ditinggali sekarang, dari luar tampak sederhana saja. Dia tinggal, ditengah perumahan pegawai Dinas Kehutanan.  

Berbeda, kontras, dengan rumah yang kudatangi dulu, 11 tahun yang lalu yang berada di jalan P. Sebuah rumah mewah, yang dikelilingi pagar besi, dengan berjejer mobilnya di dalamnya. Layaknya rumah seorang pejabat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun