" Betul pak, kondisi tadi tak terkendali. Hampir terjadi gegeran lagi. Karena ada warga kita yang tidak kebagian.," Jelas Pak Bejo.
" Kok bisa tidak kebagian?," tanya Pak Kepala Kampung heran.
"Jangan warga kampung Pak, saya saja tidak sempat membeli minyak goreng yang dijual oleh ibu-ibu dan stap kampung, " jawab Pak Bejo.
Memang ada yang aneh, setelah para pembeli migor yang berjubel mengantre mendapatkan jatah migor 5 liter, langsung pergi. Dan warga yang bergerombol banyak tadi lenyap, tinggal hanya sedikit. Dan yang masih tinggal di balai desa, setelah mendapatkan jatah 5 liter migor adalah warga kampung harapan maju.
Bahkan agak siangan, masih banyak warga kampung harapan maju yang datang ingin mendapatkan migor curah meriah yang dijual di Balai Desa. Sementara migornya 3 drum sudah ludes tidak bersisa. Pak Hansip mencoba mencari tau, darimana warga yang banyak tadi mengantre minyak.
Warga kampung harapan maju pun tidak ada yang tahu, apa itu warga kampung atau bukan. Faktanya masih banyak  warga kampung harapan maju yang belum dapat. Pak Kepala kampung, sekkam, dan personel stap, serta hansip-hansip pada bingung semua. Diluar perkiraan. Semua jadi misteri.
Hanya menebak-nebak saja, apa warga yang mengantre tadi sebagian  adalah jaringan mafia migor dari kampung lain, yang sengaja disuruh ikut mengantre. Semua warga jadi " Gegeran," gara-gara minyak goreng curah yang dijual tidak kebagian. Pak Kepala Kampung pun berusaha menenangkan warganya, dan berjanji akan mendatangkan lagi migor. Dan menggunakan sistem kartu untuk mendapatkan 5 liter migor murah. (*)
Kosakata :
Gegeran : keributan
Drum: sejenis gentong besar, untuk menaruh benda cair, seperti minyak, menyimpan air.
Nama dan tokoh yang ada di dalam cerita hanya rekaan, dan kebetulan. Bukan nama sebenarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H