Bagian dari kemungkinan itu, Ahok pun mengadu dengan Mega. Begini dialog imajiner keduanya.
“Bagaimana nih Bu? TA desak terus.”
“Sudah, kasih tinggal saja, you saya jamin (di PDIP), sudah ada Nasdem, masih kurang? teman yang lain gampang. Tapi belum sekarang, kita di injuri time. Sambil tunggu ular-ularnya muncul duluan.”
“Ya, saya nggak enak juga sama mereka (TA), bagaimanapun sudah berjuang begitu, ntar kalau balik lawan saya, gawat juga. Itu kan anak-anak muda yang gampang sakit hati.”
“Gampang Dek. You jalan saja dengan mereka dulu. Jangan kepala batu, Yusril itu ada benarnya lho, waktu kan kian mepet, you tahulah jalan keluarnya. Paham kan, kebangetan kalau nggak.”
“Baik Bu. Saya ngerti, saya pikir itu juga, hanya minta restu.”
De javu. Kejadiannya mengulang legenda terjadinya candi roro jongrang. Ahok memberi TA tugas maha berat, mengumpulkan kembali KTP dengan persetujuan warga akan pasangan Basuki-Heru. Kalau Roro Jonggrang ingin mission imposible itu selesai dalam satu malam, maka Ahok ingin kelar dalam dua bulan. “Saya juga sudah berkorban, kalau tidak dapat maka saya sampai Oktober saja,” kata Ahok setengah mengancam. Dan Bandung Bondowoso pun (baca: TA) pun menyanggupi. Mengumpulkan KTP 500 ribu dalam tiga bulan tidak gampang lho. Coba hitung sendiri kalau dirata-rata, perhari harus berapa? Minimal lima ribuan.
Bayangkan, untuk mengumpulkan KTP 700 ribu saja dibutuhkan setahun. Secara matematis, relawan Ahok akan gagal mengumpulkan KTP 500 dalam tiga bulan. Dalam kisah Candi Roro Jongrang, Bandung Bondowoso sampai mengerahkan jin lho, tapi akhirnya gagal lewat muslihat sang putri. Apakah Ahok akan bertindak seperti Roro Jonggrang? Entahlah, tapi endingnya mungkin sama: gagal. Lalu jangan lupa, DPR RI juga berencana merevisi UU Pilkada dengan memperberat syarat bagi calon Independen sama dengan syarat bagi partai politik. Jika rencana berjalan, bisa dipastikan tamat riwayat Ahok.
Nah, setelah dipastikan Ahok gagal lewat jalur independen, waktunya Mega bermain. Di kala para penantang sudah bersukaria, Ahok gagal maju, seperti biasa, di “last minutes” Megawati akan mengeluarkan titah saktinya. “Panggil Ahok, panggil Djarot”, dan SK keduanya pun terbit dari Teuku Umar.
Pertanyaan berikutnya, Heru Hartono dikorbankan? Jawabannya tidak. Ia sudah tahu semuanya dari awal. Ahok dan Heru adalah sahabat dekat, sehobby menembak.
Lagian, Ahok tak pernah menyinggung calon lain sampai nama Heru muncul. Setelah gagal maju jadi wagub, Heru kembali dengan karir birokrasinya yang kinclong, dengan sukaria. Dia kan belum mengundurkan diri.