Â
Melakukan Perubahan dengan Berpikir Berbasis Aset
Ketika menghadapi kondisi kelas yang serba terbatas, banyak orang yang lebih memilih untuk mengeluh dan menyerah tidak melakukan perubahan apa-apa. Orang-orang yang demikian kerangka berpikirnya masih menggunakan kerangka berpikir berbasis masalah atau berbasis kekurangan. Istilah kerennya deficit based thinking.
Akan tetapi yang dilakukan oleh guru dalam tayangan tadi berbeda. Guru itu menggunakan kerangka berpikir berbasis aset atau asset based thinking. Orang yang berpikir berbasis aset akan mendayagunakan segala sesuatu yang ada di sekitarnya untuk mencapai tujuan.
Sebagai contoh, dalam tayangan video itu, guru menggunakan modal manusia dengan melibatkan guru lain sebagai rekan diskusi dalam merumuskan prakarsa perubahan. Selain itu, guru tersebut juga melibatkan para murid untuk diajak membenahi kelasnya. Para murid yang membuat pajangan kelas, mengatur meja, dan membuat rak buku sederhana dari meja yang ditata.
Guru tersebut juga menggunakan modal fisik  yang berupa bangunan atau gedung sekolah, kelas lain beserta isinya, serta sarana kelas seperti meja dan kursi. Sementara itu kebiasaan anak-anak yang sering bekerja dalam kelompok, suka membantu satu sama lain, itu adalah  modal sosial yang tidak bisa diremehkan.
Sekali lagi, pelajaran berharga dari analisis video tersebut adalah perubahan dalam dunia pendidikan bisa dimulai dari hal-hal kecil. Tidak perlu gengsi karena hanya melakukan perubahan kecil. Meskipun hanya perubahan kecil yang dilakukan namun jika dilaksanakan secara konsisten, niscaya perubahan besar akan terjadi suatu ketika nanti. Itu harapan kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H