Sejak tahun 2022 ini, Kurikulum Merdeka menjadi salah satu opsi kurikulum yang disediakan pemerintah dalam rangka pemulihan pembelajaran akibat dampak pandemi Covid-19.Â
Tahun sebelumnya, kurikulum ini sebenarnya sudah mulai diimplementasikan, namun terbatas pada sekolah-sekolah penggerak.Â
Implementasi kurikulum ini tidak dilaksanakan secara masif dan serentak karena disesuaikan dengan kesiapan sekolah. Mulai dari kesiapan sarana dan prasarana, sumber daya manusia, keuangan, dan lain-lain.
Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan harus menuntun setiap kodrat yang dimiliki murid yang harus dikembangkan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.Â
Selaras dengan pandangan tersebut, Kurikulum Merdeka juga mengarahkan agar pembelajaran  berpihak pada murid. Artinya, guru harus bisa menciptakan lingkungan belajar yang bisa mengakomodasi berbagai kebutuhan murid.Â
Bagi para guru yang sudah mengikuti Pendidikan Guru Penggerak, tentu sangat paham dengan hal ini karena sudah dijabarkan secara mendalam di dalam modul tentang paradigma dan visi guru penggerak.
Dalam mengimplementasikan paradigma, pemikiran, atau pendangan tentang pendidikan yang berpihak pada murid tersebut, satu-satunya cara yang bisa ditempuh adalah dengan pembelajaran diferensiasi.Â
Dengan pembelajaran berdiferensiasi, guru dituntut untuk selalu memikirkan dan memenuhi kebutuhan setiap murid.Â
Di titik ini ada hal yang perlu digarisbawahi, memenuhi kebutuhan murid bukan berarti harus menyediakan segala sesuatu yang berbeda sesuai jumlah murid di kelas.Â
Pembelajaran berdiferensiasi bukan pembelajaran yang semrawut, kacau, melainkan pembelajaran yang tetap menggunakan manajemen kelas yang tertata.