Wisata lokal yang hadir dengan sendirinya (alami), ataupun yang dibuat oleh masyarakat setempat untuk menarik perhatian khalayak ramai, saat ini banyak diterapkan di banyak daerah.Â
Wisata lokal saat ini menjadi salah satu penggerak ekonomi masyarakat daerah tersebut. Program pemerintah pusat yang menggelontorkan dana bagi setiap desa juga menjadi sarana untuk mengembangkan desa.Â
Dengan adanya program dana desa, hal ini memiliki dampak positif. Banyak desa yang saat ini baik secara pelan atau cepat mulai berkembang dan menghasilkan banyak inovasi kreatif.
Di Desa Srikaton, Kec. Tanjung Bintang, Lampung Selatan ada sebuah wisata lokal yang hadir secara alami. Wisata itu berupa susunan bebatuan yang menjulang tinggi atau bisa disebut dengan bukit.Â
Orang-orang di sana biasanya menyebutnya dengan "Gunung Batu". Gunung batu sudah sejak lama dikenal oleh masyarakat setempat untuk melihat keindahan baik melihat sunset dan sunrise.Â
Biasanya pada waktu libur sekolah atau bulan Ramadhan tempat ini ramai dikunjungi oleh anak-anak dan juga masyarakat desa tersebut. pada hari minggu Gunung Batu juga ramai dikunjungi oleh kawula muda.
Masyarakat di sana mempercayai bahwa batu-batu yang ada di sana berasal dari letusan Gunung Krakatau. Batu-batu yang sama dengan batu yang ada di gunung Batu banyak juga ditemukan di sekitar daerah gunung batu.Â
Hanya saja batu-batu yang ada di gunung batu itu tersusun secara alami yang menampilkan sebuah keindahan, dan tempatnya yang berada di ketinggian.Â
Sehingga hal itu yang dapat menjadi sebuah daya tarik bagi masyarakat di sana. Pada saat itu tempat ini belum dirawat secara baik oleh masyarakat desa, mereka lebih memanfaatkan sebagai tempat bertani.
Sejak pemerintah membuat program dana desa, dan juga minat masyarakat untuk mencari tempat wisata untuk mengisi akhir pekan cukup tinggi. Situasi yang dapat dikatakan menjadi peluang bagi pertumbuhan ekonomi desa sungguh dimanfaatkan dengan serius oleh pengurus desa dan aparatur daerah di sana.Â
Sehingga pada tahun 2019 pembangunan Gunung Batu sebagai tempat wisata mulai dikerjakan. Pembangunan infrastruktur pelan-pelan mulai dibangun.Â
Batu-batu yang tersusun dengan sendirinya juga mulai dimanfaatkan sebagai sport foto dan permainan. Dan pembangunan gazebo-gazebo untuk bersantai. Ini semua ditujukan untuk menarik wisatawan. Â
Memang tidak semua program pembangunan dilakukan dengan dana desa. Sebagian dana yang digunakan untuk membangun wisata itu berasal dari dinas pariwisata. Tetapi hal ini bukan menjadi soal, yang terpenting yakni penggunaan dana dari pemerintah yang tepat itulah yang utama.Â
Perlu diketahui, sebelum adanya pembangunan yang dilakukan di Gunung Batu, wisata ini sudah dikelola dengan sederhana oleh para pemuda di sana.Â
Mereka sudah menarik biaya bagi setiap pengunjung yang datang sebesar Rp. 5.000,00 sebagai uang parkir. Uang yang didapatkan dari menunggu wisata itu digunakan untuk kas karang taruna dan sebagian digunakan untuk kebutuhan selama berjaga.Â
Hal ini di respon baik oleh kepala desa di sana sebab mereka secara tidak langsung memberikan rasa aman dan juga mengenalkan wisata itu kepada khalayak ramai.
Gunung batu saat ini sudah berubah menjadi tempat yang lebih menarik untuk dikunjungi. Pembangunan yang dilakukan membuat semakin indah tempat wisata itu.Â
Desa Srikaton tidak hanya memiliki wisata gunung batu, tetapi desa ini memiliki alun-alun desa yang juga memiliki tempat untuk bersantai menunggu sore.Â
Dua destinasi lokal ini menjadi sumber mata pencarian masyarakat Srikaton. Banyak dari mereka yang mencoba untuk berjualan makanan, tentu harga makanan yang disajikan di sana tidak semahal makanan yang ada di kota-kota besar. Barangkali harga makanan di sana dapat dijangkau dengan mudah oleh pengunjung dan juga masyarakat di sana.Â
Dua tempat wisata yang dibangun oleh desa Srikaton menjadi tempat pertumbuhan ekonomi dan perbaikan ekonomi masyarakat di sana. Sebelum adanya dua wisata tersebut banyak orang yang bekerja sebagai pekerja buruh di pabrik atau di ladang. Saat ini pe  kerjaan itu sudah mulai berkurang peminatnya.Â
Saat ini mungkin orang lebih memilih berjualan di tempat-tempat wisata itu, karena lebih mudah dan tidak terlalu menguras tenaga dan barang tentu penghasilan lebih baik.Â
Hal ini tidak hanya berdampak baik bagi pelaku usaha kuliner, perajin (pemoles) batu bungur juga berdampak. Dengan adanya dua objek wisata yang ramai diminati banyak orang, ini juga menyediakan cindera mata asli desa juga akan mendapatkan dampak.Â
Batu bungur adalah sejenis batu akik yang asli berasal dari desa Srikaton. Banyak orang yang juga bekerja menjadi pencari batu akik tersebut, orang di sini menyebutnya dengan ngukrek.Â
Lokasi untuk mencari  batu akik ini tidak jauh dari wisata gunung batu. Geliat batu akik memang menjadi pembatu pertumbuhan ekonomi masyarakat di sana sebelum dibangunnya wisata gunung batu. Sebab, harga batu bungur tersebut mencapai puluhan juta.
usaha pemerintah baik desa maupun daerah menjadikan penggerak roda perekonomian masyarakat saat ini. banyak dari mereka yang saat ini sungguh merasakan sebuah berkat yang berlimpah dari sebuah kesempatan yang sungguh dimanfaatkan dengan baik oleh pihak pemerintah. semoga apa yang baik bagi masyarakat desa juga mampu juga menjadi berkat bagi masyarakat di luar desa itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H