Mohon tunggu...
Blangkon Jowo
Blangkon Jowo Mohon Tunggu... -

penulis, pemikir, pengkritik, anti korupsi

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

TMP: Tedjo Mega Paloh

26 Januari 2015   21:09 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:20 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kasus terus berlanjut, Kubu TMP tidak belajar dari masa lalu, KPK banjir dukungan, tekanan kepada Jokowi untuk membebaskan BW hari itu juga terus mengalir. Jokowi kembali butuh waktu, KPK dan Polisi dipanggil ke istana Bogor. Pernyataan persnya singkat, kelihatan sedang mengulur waktu untuk memahami persoalan. BG mengajukan gugatan kepada KPK kepada Jaksa Agung yang nota bene adalah kader Nasdem. Tentu Jaksa Agung tinggal menunggu waktu untuk memenangkan BG, sayang gugatan salah alamat. Skenario itu gagal.

Lalu mengapa Abraham Samad meminta bantuan TNI? Karena AS tahu benar bahwa Moeldoko sang Panglima TNI masih bersih dari tangan-tangan Trio TMP. Hanya TNI yang bisa menggertak Polisi agar tidak mengerahkan pasukan untuk menyerbu kantor KPK. Ketika itu target Polisi dibawah komando Kabareskrim, calon besan BG, adalah masuk ke kantor KPK untuk menghilangkan barang bukti.

Bagaimana dengan SBY, sang target TMP? SBY segera mengirim orang-orangnya untuk mendukung KPK. Denny Indrayana diutus untuk nongkrong di KPK. Namun tentu hanya untuk mengawasi jalannya skenario ini. Karena SBY hampir tidak lagi memiliki kekuatan untuk mengontrol keadaan. Di media sosial, orang-orang SBY yang terbiasa bekerja di media sosial, mulai mengangkat isu bubarkan PDIP dan Nasdem.

Tedjo sang mantan KSAL (sebenarnya lebih banyak berkarir sebagai penerbang AL ketimbang Navy murni) memang menyenangi popularitas. Seringkali pernyataannya blunder, mulai sejak kasus konflik Golkar, hingga kasus KPK vs Polri dengan menyebut “Rakyat Tidak Jelas.” Pertanyaannya, mengapa Paloh mendorong Tedjo sebagai Menkopolhukam?. Sebenarnya Paloh sendiri tidak begitu senang dengan Tedjo, dulu Tedjo pernah dibuang menjadi Ketua DPD Nasdem Jawa Timur, agar tidak lagi berkantor di Gondangdia. Namun Palih tahu betul, Tedjo orang yang mudah dia kendalikan.

Bersyukur Jokowi mulai memahami persoalan, tujuh tokoh dipanggil ke istana untuk dimintai pendapat. Jokowi berencana membentuk tim tujuh, untuk mengawasi jalannya konflik KPK vs Polri. Namun semua orang tahu, bahwa ketujuh tokoh tersebut tentu akan menyelamatkan KPK dari upaya kriminalisasi. Jokowi sudah siuman, begitu kata Syafii Maarif. Kemungkinan besar skenario TMP akan gagal ditangan Jokowi. Sang Presiden ternyata tidak mudah dipaksa untuk melakukan sesuatu yang melawan hukum. Jokowi bukan lagi anak manis, Tedjo ditegur keras, Mega Paloh nampaknya mulai melihat JK sebagai pilihan aman, kelak ketika Jokowi semakin tidak bisa dikontrol. Impeachment? Tidak ada yang tahu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun