Hampir semua orang tahu bahwa umat Islam di Indonesia adalah mayoritas.Tidak terkecuali di DKI Jakarta. Itu sebabnya banyak partai politik di Indonesia yang tergiur untuk memanfaatkan banyaknya umat Islam di Indonesia. Sebab dalam pemilihan umum ataupun pilkada, satu suara saja sangat berarti. Apalagi jika mampu mendapatkan suara mayoritas (umat Islam) ini bisa saja memenangkan partainya dalam pemilihan tersebut.
Upaya penggiringan umat Islam ke dalam pusaran politik di Pilkada DKI Jakarta sudah mulai dirasakan banyak orang. Umat Islam sendiri sebaiknya sudah mulai cerdas agar tidak terseret arus politik Pilkada DKI dan  tidak mudah dimanfaatkan oleh salah satu pihak peserta Pilkada DKI Jakarta.
Seperti yang kita ketahui, pada Pilkada DKI Jakarta 2017 terdapat 3 pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur.Pasangan itu adalah Ahok-Djarot yang di usung oleh PDIP, Nasdem, Golkar dan Hanura atau berjumlah 52 kursi di DPRD. Pasangan kedua, Agus Harimurti dan Sylviana Murni yang diusung oleh Partai Demokrat, PPP, PAN, dan PKB yang mempunyai jumlah 28 kursi di DPRD. Pasangan ketiga Anies Baswedan dan Sandiaga Uno yang di usung oleh partai Gerindra dan PKS memiliki jumlah 26 kursi di DPRD.
Tafsir Surat Al Maidah ayat 51
Penggiringan umat Islam ke dalam  pusaran politik Pilkada DKI kalau boleh di urutkan sebenarnya dimulai dari pembentukan opini tentang surat Al Maidah yang ditafsirkan oleh sebagian pihak sebagai ayat yang mengatur umat Islam dalam memilih pemimpin.Â
Seperti yang diungkapkan Nusron Wahid dalam Indonesia Lawyer Club tanggal 11 Oktober 2016 yang ditayangkan salah satu stasiun televisi bahwa, banyak upaya penggiringan opini yang berkembang di masyarakat dengan menggunakan surat Almaidah ayat 51 untuk menjegal salah satu pasangan calon.
Tidak cuma Nusron Wahid, banyak juga yang mengamini bahwa ada banyak sekali orang-orang yang menggunakan surat Al Maidah ayat 51 untuk membuat umat Islam tidak memilih calon yang beragama Nasrani ataupun Yahudi. Bahkan ada yang mengatakan haram hukumnya memilih pemimpin yang beragama Nasrani ataupun Yahudi. Mereka memaksakan bahwa arti AWLIYA pada surat Almaidah ayat 51 adalah pemimpin. Â Padahal Kementrian Agama Republik Indonesia sudah melakukan revisi pada tahun 2002 dan mengganti kata pemimpin menjadi teman setia.
Untuk pembahasan pada bagian ini nanti akan dijelaskan lebih rinci pada bagian akhir.
Â
Pidato Gubernur DKI Jakarta pada tanggal 27 September 2016 di Kepulauan Seribu.
Â