Semenjak pandemi peranan gadjet begitu mengambil alih semua lini. Termasuk peranan guru. Karena pandemi membatasi jarak, membatasi pertemuan, dan akhirnya proses belajar pun diserahkan pada gedjet.
Alhamdulillah pandemi  telah berlalu, pembelajaran kembali tatap muka. Peranan guru yang sementara digantikan oleh gadjet semasa pandemi, sudah kembali sesuai fungsinya. Bapak dan Ibu guru dapat kembali bertatap muka dengan murid-murid kesayangan.
Effek pandemi digadang-gadang kehadiran AI (Artificial Intelligence/Kecerdasan Buatan) akan menggantikan peranan manusia dalam semua sektor. AI adalah  salah satu bagian dari ilmu komputer yang mempelajari bagaimana mesin dapat melakukan pekerjaan sebaik yang dilakukan oleh manusia bahkan dapat lebih baik daripada yang dilakukan manusia. Sistem kerja AI lebih cepat dan efisien sehingga dapat membantu manusia dalam pekerjaan dan menghasilkan produktivitas lebih meningkat. Secara bertahap peranan itu sudah didiberlakukan oleh pemerintah.
Siapa penemu Artificial Intellegence (AI) atau Kecerdasan Buatan? Dia adalah John McCarthy. John McCarthy tidak hanya dianggap penemu AI. Namun dia sebagai orang yang menciptakan istilah Kecerdasan Buatan atau Artificial Intelligence (AI).
Kecerdasan buatan bukan berarti seperti robot mekanik yang dapat berpikir dan bergerak sendiri, melainkan asisten virtual. Contohnya: filter instragram, keyboard virtual, layanan hiburan, layanan konsusmen virtual,dll.
Dampak kehadiran AI sudah mulai tampak yaitu dengan berkurangnya lahan pekerjaan karena tugas manusia sudah digantikan oleh mesin yang memilki kecerdasan jauh lebih cerdas dari manusia. Banyak perusahaan yang sudah memanfaatkan AI sehingga hal tersebut meningkatkan pengangguran.
Kehadiran AI (Artificial Intelligence) menimbulkan kekhawatiran juga di lingkungan pendidikan. Disinyalir  bahwa peranan guru akan diambil alih oleh AI. Sejak masa pandemi murid-murid dapat bertanya langsung terhadap goegle tentang apapun pengetahuan yang mereka inginkan. Semua tugas yang diberikan oleh guru dapat dijawab dengan sempurna oleh mesin pencari data dari internet.
Kondisi demikian tak dapat dipungkiri. Murid-murid sekarang lebih banyak tahu daripada gurunya. Mereka adalah generasi Z yang pandai berselancar di dunia digital. Sedangkan gurunya adalah generasi X yang gaptek dengan perkembangan teknologi. Alhasil murid lebih pinter daripada gurunya.
Hal tersebut menjadi tantangan buat guru-guru zaman sekarang. Guru-guru mau tidak mau dan suka tidak suka harus mengikuti arus untuk menjadi agen perubahan. Arus digitalisasi begitu deras menerpa zaman. Bila kita tidak dapat mengikuti perubahan itu maka akan tergerus zaman. Bisa jadi bila guru-guru sekarang masih menggunakan metode jadul akan ditinggalkan muridnya.
Demi kemajuan zaman dan mengimbangi perkembangan yang ada guru dituntut untuk melek digital. Kehadiran Artificial Intelligence (AI) bukan dijadikan ancaman bahwa peran guru akan digantikan AI. Namun harus dijadikan alat mempermudah proses pembelajaran sehingga guru tidak perlu lelah memberikan ilmu pengetahuan. Biarkan murid-murid mencari sendiri jawaban dari pengetahuan yang mereka inginkan. Namun tentunya peran guru ada dibalik kesibukan mereka mencari informasi tersebut. Makanya guru harus lebih paham dan mengerti cara mengoperasikan mesin pintar tersebut.
Murid-murid boleh jadi mereka lebih pintar dalam berselancar, tanpa harus bertanya pada guru. Mesin kecerdasan buatan (AI) boleh jadi dapat memberikan semua pertanyaan mereka. Tapi satu hal yang tidak dapat diberikan Artificial Intelligence (AI) yaitu sentuhan kalbu. Hanya seorang guru yang dapat memberikan pengetahuan dengan dibarengi sentuhan kalbu melalui komunikasi yang ramah, kelembutan, kesabaran, kehangatan, kepedulian. Itu semua tidak dapat diberikan oleh AI.
Jadi buat Bapak/Ibu guru tidak perlu khawatir perannya akan digantikan AI. Posisi Bapak/Ibu guru akan tetap dibutuhkan oleh murid-murid asalkan mampu mengimbangi perubahan zaman dengan  melek digital. Karena kemampuan Bapak/Ibu guru takkan terkalahkan oleh Artificial Intelligence (AI). Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan,"Kecerdasan buatan atau Artificial Intelegence (AI) tak bisa mengalahkan manusia.
#Kuningan,7 Januari 2023
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI