Mohon tunggu...
Bunda Hartini
Bunda Hartini Mohon Tunggu... Guru - Guru BK/SMPN 1 Kadugede

Bunda Hartini adalah sebagai guru BK di SMP Negeri 1 Kadugede Kabupaten Kuningan Jawa Barat. Seorang motivator, people helper, certificate Grapholog.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dia Lagi, Dia Lagi

1 November 2022   21:24 Diperbarui: 1 November 2022   21:37 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak kelas VIII anak ini sudah sering melakukan pelanggaran tata tertib dan sering bolos sekolah. Pada waktu kenaikan kelas dipertimbangkan. Dia naik bersyarat dengan masa percobaan tiga bulan.

Wali kelasnya yang baru sudah mendapat catatan dari wali kelas yang lama. Anak tersebut dalam masa percobaan sehingga terus dikontrol sikap dan perilakunya. Di kelas IX dia mendapatkan wali kelas yang sangat ketat disiplinnya.

Awal masuk kelas IX dia baik-baik saja. Seiring waktu mulai muncul laporan-laporan kecil dari guru mata pelajaran. Dia tidak suka mengerjakan tugas. Dia bergurau saja saat belajar di kelas. Laporan-laporan tersebut langsung ditindaklanjuti oleh wali kelas. Wali kelas mulai memberikan peringatan terhadap anak tersebut.

Wali kelas telah memberikan peringatan minggu lalu. Namun sudah datang lagi laporan. Anak tersebut bersama tiga anak lainnya tidak ada di kelas saat pelajaran jam ke-3. Ada informasi bahwa mereka biasa berkumpul di warung langganan anak-anak yang suka bolos sekolah. 

Saat itu juga Pembina OSIS langsung menyisir tempat yang dimaksud. Dia tertangkap basah sedang main game di warung tersebut. Bersama sircle-nya membolos sekolah dan mangkal di warung itu.

Mereka langsung ditangani pembina OSIS dan guru BK. Saat itu juga para orang tuanya ditelpon untuk datang ke sekolah. Tidak menunggu lama orang tua mereka datang ke sekolah. Ada amarah di wajah para orang tua mereka. Tentunya marah dan malu kedapatan anaknya melakukan pelanggaran disiplin sekolah.

Anak-anak diberi pembinaan dan dibuatkan surat perjanjian yang ditandatangani oleh orang tua mereka. Diharapkan dengan tindakan tersebut membuat efek jera terhadap mereka.

Seminggu kemudian wali kelas mengecek presensi kelasnya. Dari rekap data kelas ternyata dia bersama sircle-nya jumlah alphanya sudah mendekati ambang batas. Akhirnya dipanggil lagi para orang tua mereka. Untuk kelas IX masalah presensi menjadi bagian penting dalam pengambilan keputusan kelulusan. 

Maka dari itu wali kelasnya sudah memberikan peringatan dari awal. Jumlah yang sama dengan para orang tua yang sama kembali berhadapan dengan pihak sekolah.

Buat para orang tua siswa, merupakan hal yang memalukan bila sering dipanggil ke sekolah atas kasus anaknya. Buat siswa sendiri, panggilan orang tua ke sekolah merupakan peristiwa yang paling menakutkan.

Setelah pemanggilan orang tua ke sekolah atas kasus-kasus tersebut, ada perubahan sikap walau sesaat. Ada saja ulahnya yang membuat dia kembali menjadi sorotan guru-guru. Hari kemarin dia kedapatan melakukan tindakan kurang terpuji. 

Menurut dia mungkin aman kondisi sekolah sepi. Dia memotong selang air yang biasa digunakan menyiram taman belakang   sekolah. Ternyata ada seorang guru yang melihat perilakunya. Alasan dia memotong selang air itu karena kepepet tugas yang sudah dua minggu belum dikumpulkan. Jalan pintas yang dia tempuh berakibat jatuh ke lubang yang  sama. Kembali tersandung kasus.

Dia lagi...dia lagi... kata guru-guru begitu tahu laporan dari guru yang mengetahui kejadian kemarin. Guru-guru sudah bosan dengan laporan kejadian yang dilakukan anak tersebut. Dia langsung dimental oleh guru mapel yang dijadikan alasan memotong selang air sekolah demi mengumpulkan tugas pelajarannya. 

Dia dimainkan untuk meminta maaf pada tim adiwiyata penanggung jawab selang air yang dia rusak. Dia wara-wiri mencari tim adiwiyata sambil membawa selembar kertas bertuliskan permohonan maaf. Tampak wajahnya kusut kemusut. Setelah sekian lama wara-wiri dan tampak kelelahan barulah dia diterima oleh tim adiwiyata. 

Diberikan nasihat-nasihat dan ditutup dengan perjanjian mengganti kerusakan selang air yang dia potong.

Untuk sementara guru BK hanya memonitor dari kejauhan. Biarkan hari ini dia menjalani proses mental dari Pembina OSIS dan guru lainnya. Kelelahan mental dan fisik hari ini biarkan menjadi detoks psikologisnya. Biarlah besok lagi diberikan sentuhan dari guru BK.

Melihat perkembangan perilaku dia yang seperti itu pastinya ada tangki cinta yang kosong. Dia butuh pemenuhan tangki cinta. Proses pendewasaan harus dia lalui dengan berbagai hal yang membingungkan. Dia dihadapkan pada perasaan serba salah. 

Namun yakin proses penggemblengan mental yang dia alami saat ini ke depannya akan membuat dia menjadi lebih matang. Tentunya harus diimbangi dengan arahan yang dapat membangun harga dirinya.

Anak seperti itu butuh perhatian dan butuh diakui. Hanya saja mereka tidak tahu cara yang baik untuk dihargai dan diakui. Anger manager dia belum bagus sehingga yang muncul adalah tindakan maladjusted.

Anak seperti itu butuh sentuhan kalbu. Bila hanya menggunakan sentuhan logika akan mental. Berikan proses penggemblengan mental dengan tugas dan tanggung jawab yang dapat menumbuhkan rasa percaya dirinya. Berikan reward sekecil apapun prestasi dia. Pengakuan dan dukungan yang dia butuhkan.

Demikian pemaparan hari ini,semoga bermanfaat.

#Kuningan,1 Nopember 2022

#D-10

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun