"Kalo gitu sini !!"
Maka tanpa ba bi bu lagi Ari menyeretku ke Ruang Meeting. Begitu sampai dia langsung menyaut remote control dan langsung menyetel tv.
"Liat tuh di tivi. Ada apa dengan Jakarta sejak kemarini !" perintahnya sambil mendorong aku duduk.
Lalu kulihat di salah satu stasiun televisi berita swasta di Indonesia : mobil-mobil, motor-motor, kasur, lemari, pohon dan masih banyak lagi lainnya dihanyutkan oleh luapan air. Ya! Rupanya sejak fua hari kemarin Jakarta dilumpuhkan oleh banjir besar.
"Aduh, maaf banget man. Asli gue nggak tau kalo Jakarta banjir besar dan gue lebih ngga tau lagi kalo rumah lo juga kena ," kataku penuh penyesalan dan keprihatinan.Â
"Gue sekarang bisa ngerti kenapa pagi-pagi lo ngga ceria kayak biasanya. Gue juga ngerti banget perasaan lo yang baru saja punya bayi," lanjutku.
Pelan-pelan kudekati Ari yang duduk lesu. Kupegang pundaknya sebagai ungkapan rasa simpati dan dukunganku.Â
"Sebaiknya lo pulang saja ke Jakarta. Gue yakin Perusahaan bisa ngerti."
"Gue nggak enak Yan. Kemarin gue udah cuti hampir sepuluh hari karena istri ngelahirin. Jatah cuti gue udah habis,"
"Yaelaah Ri..Ri. Ini kan masalah keselamatan keluarga lo yang lebih penting dari sekedar jatah cuti yang udah habis,"
"Aduh gimana baiknya ya Yan," tanya Ari kebingungan.