Mohon tunggu...
Biyan Mbois
Biyan Mbois Mohon Tunggu... Bankir - Ngestoaken dhawuh ROMO, anut ROSO

Penjelalah ke dalam diri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sobek Amplop Sobek Pula Jantungku

26 Desember 2019   13:11 Diperbarui: 26 Desember 2019   13:27 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

DUAKK! Batu yang kulempar tepat mengenai bagian telinga Cimot. Cimot limbung dan lari terhuyung-huyung. Dengan kaki masih TELANJANG kukejar Cimot. Tapi Cimot memang kucing liar bertenaga besar. Dia berhasil lenyap entah kemana lewat lorong-lorong sempit di rumah-rumah dekat gantangan, sebelum sempat kutangkap dan kuhajar lagi.

Aku kembali ke Sunis dengan lemas. Tempat Sunis terkapar berantakan sekali. Bulu-bulu yang berserakan, milet yang tumpah, sangkar yang patah dan bercak-bercak DARAH  menjadi pemandangan yang mengerikan.

Dengan kain penutup mulut saat naik motor, tubuh Sunis yang penuh luka, berdarah dan lunglai tak bernyawa kutaruh di atasnya. Bulu-bulunya yang berserakan kupunguti satu per satu untuk kemudian kusatukan dengan tubuh Sunis di atas kain dan akhirnya kulipat.
Sebelum pulang, segera kubayar kopiku dan kopi orang-orang yang tadi bersamaku di warung. Namun pemilik warung menolak pembayaranku, termasuk orang-orang di warung juga tidak mau aku bayari.

Sampai di rumah tubuh Sunis kurebahkan di RANJANG balai-balai di belakang rumah. Kemudian kugali tanah seukuran tubuh Sunis. Selesai menggali kukubur Sunis dengan kupanjatkan doa. Di atas kuburan Sunis kutabur bunga-bunga seadanya yang ada di belakang rumahku, kuperciki air, kutaruh piala dan piagam di atas kuburan Sunis. Lima lembar uang Soekarno-Hatta akan kuberikan ke Yayasan Yatim Piatu esok hari.

" Damailah kamu Sunis. Ngekek terus kamu di sana ya. Terima kasih dan maafkan aku," bisikku parau sebelum kutinggalkan kuburan Sunis.

Sore menjadi terasa berat berjalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun