Panas air yang ada di botol karet sudah mulai memudar. Rasa sakit diperutku tak kunjung berkurang. Aku menatap kelambu dijendela kamar yang bergoyang kencang. Dari berita televs yang ada dikamar mengabarkan akan ada badai topan hari ini. Malas sekali rasanya beranjak dari tempat tidur. Kupaksakan turun dan menutup rapat jendela yang sedikit terbuka. Kembal aku naik ke tempat tdur dengan harapan kram diperutku mereda.Â
Aku mengambil dawai yang terselip diantara selimut tebalku. Beberapa detik kemudian suara barito Aybars suamiku terdengarÂ
 "Ada apa sayang, saya sedang ada beberapa pelanggan yang harus saya tangani , jangan lama lama ya "
"Aahhh perutku sakit sayang" Â suaraku lirih merajuk. Â Kalau Aybars ada di rumah pasti dia yang akan sibuk mengurus dan mengusap ngusap pinggang belakang ku.
"Hmmm pasti si merah datang ya sayang, ya sudah nikmati dan syukuri saja sayang. Mas akan pulang dua hari lagi, minta tolong Bi Astri suruh nginep disitu kalau perlu sayang" Aybars mencoba menghiburku.Â
"Bi Astri tidak bisa datang Mas, di luar hujan angin  semoga semua baik baik saja"Â
" Iya Mas tahu, semoga semua aman. Sudah ya sayang Mas harus melanjutkan kerja, nanti malam Mas telefon kembali jaga diri baik baik ya kabari Mas terus, Assallamuallaikum sayang, i love you"
"Waallaikumsalam sayang, Mas juga jaga diri disana. I love you too Mas Aybars"Â
Aybars suamiku seorang teknisi di sebuah perusahaan besar suku cadang otomotive. Seringkali dia ditugaskan ke luar kota beberapa hari. Saya sendiri  hanya seorang ibu rumah tangga, karena Mas Aybars tidak mengijinkanku untuk bekerja.Â
"Kalau kita menikah nanti saya minta kamu menjalankan tugasmu sebagai seorang istri yang dirumah mengurus anak, suami dan urusan keluarga, biarkan aku yang bertanggung jawab mencukupi semua kebutuhan keluarga. Â Kita jalankan peran masing masing agar rumah tangga kita langgeng. Saling terbuka dan saling percaya itu kunci utama. Menerima kekurangan dan kelebihan juga selalu memupuk rasa cinta kasih agar selalu merasa saling memiliki"!