Mohon tunggu...
Biyanca Kenlim
Biyanca Kenlim Mohon Tunggu... Pekerja Mıgran Indonesia - Yo mung ngene iki

No matter how small it is, always wants to be useful to others. Simple woman but like no others. Wanita rumahan, tidak berpendidikan, hanya belajar dari teman, alam dan kebaikan Tuhan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jam Tangan Keparat

4 Oktober 2021   10:42 Diperbarui: 4 Oktober 2021   10:45 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar from Pixabay

Aku seperti orang linglung melihat situasi disekitarku. Apa yang terjadi dengan mereka. Semua mengenakan busana serba hitam.
 Kugoncang pundak ibu ku,  

"apa yang terjadi,bu?" Tersedu suara ibu memilu, kemudian lemas dalam dekapan kakak lelakiku.

Aku semakin bingung, kuguncang tubuh suamiku, 

"apa yang sedang terjadi, yank?"

Dia abaikan tanyaku sperti tak tersentuh olehku, kulihat suamiku juga menangis sambil memegang batu berbentuk kotak memanjang yang tertulis Citra Ratna Sari, aku terkejut kenapa namaku ada disana? Aku semakin tak mengerti.

Aku mundur dari kerumunan kerabat serta tetanggaku yang mengacuhkanku.
Dibawah pohon kamboja aku mengawasi mereka satu persatu pergi menjauhi gundukan tanah yang dipenuhi taburan bunga yang tampak segar.


Tersisa Bang Willy seorang yang masih tampak enggan meninggalkan tempat itu, mulutnya tampak komat kamit entah apa yang dia gumamkan.

Kuraba tubuhku sendiri masih  utuh, tapi kenapa mereka tak melihatku? Aku merenung mencoba mengingat apa sebenarnya yang telah terjadi.

Pagi itu seperti biasa kulepas Bang Willy suamiku pergi ke kantor.  Kecupan lembut mendarat di keningku "i love u" ucapnya tak pernah berubah sejak awal ketemu sampai usia pernikahan memasuki tahun ke tiga.

 Kucium punggung tanganya kemudian kupeluk tubuhnya sambil kubalas ucapanya " I love you too , yank"  

Hari itu, hari dimana suamiku untuk pertama kali melihat indahnya dunia, yah suamiku ulang tahun.
 Saya memang selalu ingin memanjakanya. Setelah semalam saya layani dia secara special, jauh jauh hari aku sudah merencanakan kejutan untuk nya.


 Saya tahu tiap ultah dia tidak suka dirayakan, maka diam diam atas referensi dari seorang teman aku memesan kue terbaik di Ibukota tempat tinggal kami saat ini beserta item lainya untuk dikirim ketempat kerjanya.

Saya lakukan dengan cara menyisihkan sedikit dari uang jatah belanja bulanan pemberianya. Saya berharap  Bang Willy bahagia ditengah tengah teman  pejuang nafkah lainya dengan surprise yang kulakukan, walau tak seberapa. Semua didasari rasa cinta dan sayangku pada suamiku.


Sembari mengerjakan tugas rumah tangga, aku tesenyum simpul membayangkan Bang Willy pulang kantor dengan wajah ceria dan menceritakan keseruan serta ekspresi dari teman-teman kantor nya.


Aku bersiap menyambutnya ketika terdengar suara kendaraan memasuki halaman rumah. Pasti akan kupeluk dan bergelayut manja dipundaknya seperti biasanya.


Langkahku baru memasuki  ruang tamu ketika terdengar suara  keras daun pintu yang dibanting. Belum sempat aku bertanya apa yang terjadi Bang Willy menghampiriku dan melayangkan tamparan keras yang tak pernah kuduga.


"Hei bodoh apa yang kamu lakukan ?" Kau pikir aku suka dengan apa yang kamu lakukan?
Jangan sok pintar yah!!"


 "Aku cuma ingin buat surprise,  yank" ucapku membela diri.


"Aku tidak suka caramu,kenapa kamu tidak minta ijin dulu denganku,  suamimu hahh?!


Keras dia mendorong tubuhku ke sofa. Aku terjrembab dan air mata tak terbendung.  Sakit sekali aku diperlakukan kasar seperti ini.
Entah iblis darimana yang merasukinya hingga membuat suamiku yang biasanya perlakukanku dengan lembut bisa berubah sperti ini.


"Apa yang salah dengan Semua ini, yank? Parau suaraku mencari kejelasan.


"Apa yang salah? Hahh apa yang salah? Kamu buta yah, kamu juga sudah pekak yah? Kamu tahu jamku sudah rusak kan? Kamu dengar aku ingin jam tangan itu kan? Kamu malah hambur hamburkan uang untuk hal yang tidak saya suka?!  


"Aku gak punya uang, yank !


 " Masih bilang gak punya uang katamu? Terus yang kamu buat beli itu daun? Iya daun?!"  Hardiknya kasar sekali.

"Maafin aku, yank".


Dalam situasi kalut dan pasrah aku tetap memanggilnya sayang. Namun itu tidak meluluhkan hatinya. Saya tahu Bang Willy punya sifat keras tapi baik hatinya. Sambil melotot dan wajah merah padam dia cengkeram bajuku sambil berkata

"Dengar yah bodoh, jika kamu tidak nurut aku lebih baik kamu pergi dari rumah ini, pergi sana sekarang! Wanita tak guna!" Umpatnya tajam.

Serasa disambar petir aku mendengar ucapanya. Sakit, sakit sekali. Tanpa berucap apapun kecuali derai air mata yang menderas aku berlari keluar rumah .


Aku ingin segera pergi dari hadapanya, aku berlari sekuat tenaga hingga ....


Brrraakk..., sesuatu yang sangat keras dan cepat menghantam tubuhku hingga terpental menghantam jalan raya depan rumahku, kemudian gelap dan entah.

Dua sosok putih melambaikan tanganya mengisyaratkan aku untuk mengikuti mereka. Dengan langkah ringan kuikuti kedua sosok berjubah putih itu.


Sekilas kulirik suamiku yang masih terpekur memeluk batu yang tertancap diujung gundukan tanah merah itu.
Aku tersenyum, melewatinya kusempatkan berbisik ditelinganya,

 "Aku sayang abang dan dengan cara ini mungkin akan membuat Abang lebih bahagia. Kita belum dikasih keturunan, hingga seringkali kau bilang "leave me alone " dan kini kau mendapatkan apa yang kau harapkan. Selamat tinggal sayang benar katamu, biarkan takdir yang bicara"!


Yank, cintamu selayak embun pagi
Menguar lenyap tertepa sang mentari. 

Pokfulam Gardens awal October 2021 (part 2)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun