Mohon tunggu...
Biyanca Kenlim
Biyanca Kenlim Mohon Tunggu... Pekerja Mıgran Indonesia - Yo mung ngene iki

No matter how small it is, always wants to be useful to others. Simple woman but like no others. Wanita rumahan, tidak berpendidikan, hanya belajar dari teman, alam dan kebaikan Tuhan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

[LombaPK] Restorasi Film Tiga Dara, Kini dan Nanti

10 September 2016   15:58 Diperbarui: 10 September 2016   17:18 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kenapa harus tiga dara

Kerja keras yang dimotori  oleh sineas  muda dari SA Film,  Alex Sihar, Lisabona Rahman, serta Lintang Gitomartoyo ini memang patut dibanggakan. Film tiga dara tidak hanya sekedar film biasa. Film ini mengandung sejarah dan pesan moral dan nilai budaya. Tiga Dara juga  menunjukkan bagaimana Indonesia pernah mempunyai Film yang berkelas pada zaman itu. Dimana teknologi perfilman di Indonesia belumlah canggih. Namun di tangan dingin sineas Usmar Ismail, lahirlah film tiga dara yang dirilis pada tahun 1956. Saat itu film tiga dara menjadi box office, trendsetter , bahkan sempat melanglang dunia, diputar di beberapa kota di Italia Roma , Yugoslavia dan kemudian menyabet penghargaan piala Citra kategori tata musik terbaik pada festival film Indonesia 1960.

Usmar Ismail dan Kini

Indonesia patut berbangga hati, memiliki sineas sekaliber Usmar Ismail. Nama beliau tidak hanya masyhur di Indonesia, namun juga dikenal dipenjuru dunia terutama negara negara Asia setelah menyutradarai Film Pedjuang pada tahun 1961 yang mendokumentasikan kemerdekaan Indonesia dari Belanda. Pria bekas tentara kelahiran 20 maret 1921 di Bukittinggi Sumatera Barat ini meninggal pada 2 Januari 1971 diusia yang relatif muda, 49 tahun. Setelah berkarya menelurkan puluhan judul Film, salah satunya Tiga Dara, film dengan konsep drama musikal yang mempesona, dimana banyak terdapat adegan menyanyi dan menari dan mampu melambungkan nama pemain dari tiga dara yakni Mieke Wijaya , Chitra Dewi, dan Indriati Iskak .

Sekilas tentang film tiga dara, mengisahkan tentang keluarga  Sukandar (Hassan Sanusi) seorang duda, dengan tiga anak gadisnya Nunung (Chitra Dewi) Nana (Mieke Wijaya) dan Neni ( Indriati Iskak) dan seorang nenek yang merawat mereka , diperankan oleh Fifi Young. Keluarga bahagia ini tampak menghangat ketika sinenek yang mulai khawatir dengan kondisi ketiga cucunya yang sudah berusia cukup untuk berumah tangga namun masih juga belom punya pasangan, terutama bagi Nunung cucu terbesar. Dimana  pada saat itu sangatlah tabu seorang gadis hampir memasuki usia kepala tiga belom bersuami.

Nenek mulai menyusun rencana agar ayah dari ketiga dara yang kerja kantoran tersebut memperkenalkan rekan rekan atau anak temannya. Nenek berharap dengan berkenalan dengan mereka, akan ada pria yang berminat sama ketiga dara cucunya. Namun kelakuan ketiga cucunya ribet dan beda karakter, Nunung yang pendiam, Nana yang ceria, dan Neni yang suka bikin ulah, membuat pusing Nenek yang mengasuh mereka. Keadaan semakin ruwet ketika hadir beberapa  nama pria dalam kehidupan mereka dan ketiga dara dilanda asmara disaat yang bersamaan.

Harapan Nanti

Suksesnya restorasi film tiga dara, membuat dunia perfilman harusnya belajar banyak dari masa lalu, masa dimana seorang Usmar Ismail dengan segala keterbatasan fasilitas tidak terkekang semangat kerja dan kreatifitas jiwa seninya.  Maka para sineas Indonesia dituntut untuk menghasilkan karya yang seharusnya lebih bagus. Agar kelak 50 tahun yang akan datang , dari segi fisik dan isi lebih berkualitas dan berbobot.

Jadi tidak perlu lagi melakukan  restorasi yang memakan banyak biaya, walaupun kini teknik ilmu restorasi sudah mulai dikuasai oleh anak negeri. Angkat nilai nilai budaya lokal,  kultur serta keindahan asli alam Indonesia. Tak perlu pergi ke tembok Cina atau gedung mewah di Perancis untuk mendapatkan setting pemandangan dan alur cerita yang indah.

Sebagai sineas anak negeri , explore dan berani tunjukan pada dunia kelebihan alam Indonesia. Indonesia yang kaya akan legenda , kerajaan dan cerita rakyat , selain kisah cinta remaja masa kini. Jika diangkat menjadi sebuah film yang berkualitas, entah digali dari sisi kehidupan dalam kerajaan atau dibuat semacam kolosal yang melibatkan mungkin ratusan peran figuran, jika dilakukan dengan sungguh sungguh, pasti tidak akan kalah dengan film kolosal dari negeri luar, sepertiThe Lord Of The Ring, Brave Heart, Red Cliff , The Last Samurai, Dragon Bade, The Hobbitdan film film kolosal lainya yang mampu menguasi layar bioskop diseluruh dunia.

Mungkin masih pada ingat beberapa Film laga/legenda yang berjaya di tahun 80/90 an, sepertiTutur Tinular, Si Buta Dari Gua Hantu, Panji Tengkorak, Wito Sableng, Saur Sepuh.Bahkan saking suksesnya, Saur Sepuh yang berawal dari sandiwara radio ini , diangkat kelayar lebar sampai beberapa episode. Satu keniscayaan Film kolosal berbasic kisah kejayaaan dengan segala intriknya di kerajaan kerajaan yang ada pada jaman dahulu, akan pula menjadi box office di dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun