"Sabar ya Ndri sabaar..yang ikhlas yaa.."
Sambil sesenggukan Pakdhe memapah ku masuk ke dalam rumah. Tampak Ibu dan adik ku tergugu di samping seseorang yang terbujur berselimut kain jarik batik solo kesayangan nenek.
Ada Ibu, ada Adik.....berati ??!!...Nenek?!!
Aku segera menghambur menghampiri jasad Nenek yang sudah menjadi mayat.
"Neneeekk.....!"
Aku menangis sejadinya, ku guncang guncang tubuh nenek.
"Neneeekk ..bangun neek..lihat Andri sudah lulus Nek, banguun Neek..nenek harus lihat Andri kuliah, Andri dapat beasiswa Nek...banguun!"
“Jangaan tinggalin Andri neek...Andri mau , nenek lihat Andri jadi pemimpin !”
“Banguun neek banguun..dengar kabar dari Andri neek..”
“Neneek..jangan tinggalin Andri neek” ratapku pilu
Tangisan histeris Andri menambah suasana semakin pilu. Semua yang hadir tak sanggup membendung airmata. Turut merasakan kehilangan yang mendera Andri.