Mbak Sri sedang ngulek sambel untuk lontong pecel ketika terdengar suara dari si gembul..
."kireeeekk ...kireeekkk"
Sigap tangan mbak Sri meraih selembar kain yang sudah di persiapkan untuk menutup cobek dan peralatan di depanya, kemudian tanganya bersedakep dan pura pura ngobrol serius dengan para tamunya yang duduk di lesehan .Â
Iya...dari jarak 20 meter tampak dua orang Pakhde berseragam sedang berjalan memeriksa ketertiban, mengawasi jika ada mbak2 yang beralih profesi berjualan, itu menyalahi aturan!
Pakdhe melenggang berlalu, tak di temukan bukti transaksi. yang di temui, kumpulan kelompok kelompok mbak mbak yang berlibur, bertemu sesama teman atau keluarga dan makan bersama.
Kali ini mbak Sri boleh bernafas lega, selamat dari garukan juga denda ribuan dolar, itu konsekuensi jika tertangkap Pakdhe. Kerja sama sesama teman yang melakukan bisnis ilegal di sepanjang pinggir jalan raya itu memang sangat solid agar tetap aman terkendali.
 Mbak Sri tersenyum puas melihat dolar yang menumpuk dalam tas pinggangnya.
Profesi sambilan ini sudah di jalani selama beberapa tahun, dia tau bahwa dia melanggar peraturan, melanggar hukum,  tapi bisnis jualan makanan ini sangat menggiurkan, walau pun harus kucing kucingan dengan  para petugas polisi ketertiban yang mereka beri nama sebutan Pakdhe.
***
Hari minggu pagi ini agak sedikit "momo yi" , seperti hari minggu hari minggu lainya, jam 9 pagi, terpal sudah tergelar. dan segala sesuatunya sudah tertata rapi di atas terpal birunya.
Kembali berbagi tugas, karena di setiap grup jualan sudah ada tim nya masing masing. Ada yang melayani pesanan, ada yang menawarkan dagangan dan ada yang mengintai keadaan.