Mohon tunggu...
Biyanca Kenlim
Biyanca Kenlim Mohon Tunggu... Pekerja Mıgran Indonesia - Yo mung ngene iki

No matter how small it is, always wants to be useful to others. Simple woman but like no others. Wanita rumahan, tidak berpendidikan, hanya belajar dari teman, alam dan kebaikan Tuhan.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Secuil Cerita Nostalgia: Desaku Dulu, Riwayatmu Kini

9 September 2014   23:08 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:10 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_379137" align="aligncenter" width="480" caption="prapatan tengah.sum ft mba annie. maaf gak ijin"]

1417251415894630328
1417251415894630328
[/caption]

Desaku Desamu Desa yang Indah permai.  Air Mengalir Jernih . Udara Segar Bersih......

Itu sepengggal lagu Nasidaria yang sangat familiar era 70 an.   Tak banyak yang bisa saya ceritakan kini tentang Desaku yang indah permai, kecuali senyum selalu  mengembang jika mengingat akan desaku dulu.  yaaaah... kebahagiaan masa kecil yang natural, jauh dari hiruk pikuk kota, jauh dari ambisi yang sampai ribut sama tetangga misalnya.

Rutinitas orang tua kami sebagian besar petani dan beberapa jadi pegawai negeri,  kami tak merasa kekurangan materi , hajat hidup kami cukup dari hasil sawah, karena kami hidup tak mewah.  Kami tak butuh AC jika panas terik siang hari menyengat,  pohon yang rimbun, angin sepoi yang bebas keluar masuk rumah, sungguh menyejuk kan suasana, selain pintu dan jendela yang selalu terbuka masih banyak lobang ventilasi lainya, tanpa takut akan ada orang jahat yang akan masuk,  apa yang akan di curi?  kami tidak punya  barang antik atau elektronik berharga, radiopun numpang punya tetangga yang di setel keras keras dengan musik dangdut Rhoma Irama. Yang pasti kami semua warga punya senter alat penerangan darurat saat di butuhkan, itupun kalau ada baterainya, karena kami lebih sering pakai obor ..hehe.   Saat itu belum ada listrik masuk desa, yang ada AMD ( ABRI Masuk Desa), berbaur dengan warga, bersama sama membangun desa, membuat para gadis berbunga bunga menaruh harapan tersandung cinta,  dan menjadi Nyonya Tentara hahaha.

Walau di desa, kami mempunyai klub sepakbola bernama OSABAYA  yang menggetarkan   jagad persepakbolaan di kawasan daerah kami. Beberapa nama yang masih saya ingat jelas :mas Tobi'et, mas Nurtianto , mas Santoso,  mas Sutrisno,  mas Onno,  mas Wanudi, mas Tarmudi,  mas Cartono, mas Wartono, mas Kadio, dan penjaga gawang yang handal mas  Mudio.  Bahkan mas Tobi'et sempat masuk kualifikasi pemain Propinsi PSIS.

Selain klub sepakbola,  Desa kami juga mempunyai Grup Band dangdut INTAN MUSICA yang keren yang selalu mendominasi setiap acara keramaian di sekitar daerah kawasan kami. Dengan kemampuan yang tak di ragukan dan personil2 yang sangat cool pada waktu itu.  Terdiri dari mas Suwardo, mas Zedi,  mas Zoko, alm mas Wihono di Bas dan Gitar, mas Koro di kendang , mas Mugi/ Yudi peniup seruling,  organ di pegang mas Mu'adi dengan vokalis mas Sutrisno dan biduan langganan Sofie, Neneng Murwati serta tak ketinggalan yang super sexi dan hot Ambar Asmara. (saat mengetik nama nama di atas, saya berdo'a, semoga mereka selalu sehat bahagia dalam lindungan Alloh SWT)

Sungguh menyenangkan  dan terasa hidup desa kami.  Kegiatan posyandu, PKK , Karang taruna yang aktif, masjid dan surau yang ramai menjelang saat ibadah terutama waktu mahgrib tiba.  Semaraknya bulan puasa bersambung lebaran, juga semarak dan meriahnya agustusan atau moment2 yang tak kalah seru.  Merefleksikan rasa kekerabatan dan gotong royong yang erat antar sesama yang di miliki warga.  Begitu juga anak anak yang mudah di temui berkumpul bermain bersama di halaman warga yang luas dan terbuka, sarana interaksi antar mereka entah siang atau malam hari saat bulan purnama.

Permainan tradisional nan alami mewarnai keceriaan hari hari kami,  " junjang umpet, patel lele, jilungan, jengklek, Borem,  sim,  umbulan,  rok ubeng,  rok klenthung,   lepetan,  kasti,  ledekan,  gaprakan,  pasar2 an(bukan pacaran ya),  sitheng (bisa pake karet, kerikil atau cengkih),  pit jeng ki,  bahkan permainan Pit jeng ki ini di lakukan di atas pohon kelengkeng bagi yang bernyali . ( semua nama permainan asli dalam bahasa kami) . Atau beramai ramai ceburan di kali petung.

SEKIAN TAHUN BERLALU.

Listrik telah menerangi ke pelosok Negeri.  Pembangunan insfrastruktur,  sarana transportasi telah masuk sampai gang gang kecil.  Barang2 tehknologi, electronik mewabah masuk ke setiap rumah,  Tempat tinggal bak istana kecil tumbuh bagai jamur di musim hujan.   Ekonomi telah jauuh lebih baik.  Banyak kemajuan di sana sini, di segala bidang.  Turut bangga, turut bahagia.

Namun ada sisi lain yang terasa hilang.  Mungkin karena perubahan jaman.  Suasana menjadi hampa dan gersang.  Tak ada lagi teriakan ramai khas anak anak kecil bermain.  Bahkan tempat bermain itu kini menjadi rimbun,  tak ramah  dan terkesan seram.   Anak anak remaja lebih senang ber ha ha hi hi dengan komunitasnya di dunia maya.  Dampak dari gadget yang canggih di tangan para remaja, jika  tidak bijak dalam pantauan orang tua, akan menjerumuskan mereka pada ha hal yang tidak seharusnya dan belum waktunya.

Seakan melengkapi cerita,  Kali Petung yang dulu sarana penyejuk raga, bisa berendam tak tampak kepala . Pada Januari 1991, di terjang banjir tak terkira .  Air berwarna coklat pekat mengamuk, meluluh lantak kan sawah2 yang di lewatinya , menghancurkan jembatan satu satunya penghubung antar Desa.

Di balik musibah, ada manfaat dan hikmah . Para warga sibuk mencari kayu2, batu , kerikil dan pasir dari bekas banjir. alhamdullillah....       KINI.. Kerontang gersang, bongkahan batu batu besar sepanjang mata memandang . Panas layaknya gurun terbuka.

*Salam Kangen Untuk  Desaku*  (mohon maaf jika ada kalimat yg kurang berkenan)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun