Pasti ramadan tahun ini akan terasa sangat berbeda, banyak momen sakral yang terpaksa harus dilaksanakan di rumah. Kalau biasanya kita salat tarawih dan "tadarusan" berjamaah di masjid, sekarang harus dilaksanakan di rumah masing-masing.
Bagi yang suka berburu "takjilan" di masjid atau di pasar, harap maklum cukup berbuka puasa di rumah saja. Kalau punya agenda reuni dan berbuka puasa bersama, lebih baik diurungkan dulu. Bersiaplah untuk menghirup nuansa ramadan yang berbeda tahun ini.
Sebagai seorang muslim ramadan adalah bulan yang penuh dengan kemuliaan. Bulan terbaik untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt, melalui ibadah puasa dan ibadah lainnya. Bulan ini juga dikenal sebagai bulan ujian lahir dan batin.
Lahiriahnya kita harus menahan diri dari rasa lapar, dahaga, dan nafsu syahwat selama terbit fajar hingga terbenam matahari. Batiniyahnya, kita harus menghindarkan diri dari keburukan sikap dan perilaku, seperti; menjaga etika berbicara, menghapus rasa dendam, menguatkan kesabaran dan ketabahan, tidak mudah iri-dengki, Â tidak sombong, kikir, dan lainnya.
Bukan hanya itu, kita juga harus berjuang lahir dan batin menghadapi ancaman wabah covid-19. Ramadan yang akan  dijalani tentu akan dirasakan berbeda oleh saudara-saudara kita yang terdampak covid-19. Mereka tidak bisa menikmati puasa bersama keluarga dengan nyaman dan tenang.
Bahkan sebagian besar dari mereka harus menjalani ibadah puasa di rumah sakit.  Belum lagi saudara-saudara kita yang tergolong kurang mampu dan berprofesi sebagai pekerja informal seperti; kuli bangunan, buruh serabutan, pedagang asongan, tukang ojek, dan lainnya. Pasti perjuangan lahir batin yang  mereka jalani sungguh amat berat.
Menikmati ramadan dengan kondisi pembatasan sosial seperti saat ini, harus diterima dengan sabar dan penuh ketabahan. Namun jangan pasrah dengan keadaaan! Esensi ramadan tidak mengajarkan kita untuk berpasrah diri dan menerima nasib ini apa adanya. Meski dalam segala keterbatasan ekonomi dan sosial, kita tetap harus berjuang lahir-batin.
Ramadan mengajarkan kita untuk bersatu dalam kebaikan dan menjunjung tinggi solidaritas perjuangan. Ramadan juga menggugah kita untuk membangun semangat kepedulian dan  berbagai kebaikan, pasti ganjaran dari Allah Swt. berlipat ganda.
Bagi orang yang mampu, ia harus berjuang melalui hartanya, nasihat agama mengatakan "sedekah yang paling baik adalah disaat ramadan". Batiniyahnya dituntut untuk memiliki nilai kedermawanan yang tinggi. Siapa lagi yang bisa membantu saudara kita yang tidak mampu kalau bukan kita yang mampu secara materil.
Sekali lagi saya katakan, ramadan adalah bulan perjuangan lahir batin. Kalau kita mampu dan diberikan rejeki yang berlebih, cobalah tengok tetangga di sebelah rumah kita. Barangkali diantara mereka ada yang lagi membutuhkan bantuan kita.
Kita bisa saja namakan gerakan ini dengan tagar "#peduli-tetangga". Pasti sulit dan berat melakukannya, apalagi terkait dengan materi. Di sinilah kerelaan dan keikhlasan kita akan diuji.
Dalam skala yang lebih besar kita bisa memberdayakan komunitas sosial untuk membuka donasi. Bisa dilakukan secara offline maupun online. Kita pasti percaya banyak orang yang akan peduli dan ikut berbagi. Lihat saja bagaimana para artis ikut terlibat dalam donasi bahkan secara langsung membagikannya kepada masyarakat.
Begitu juga perjuangan lahir batin Didi Kempot dengan Sobat Ambyar melalui konser amal dari rumah, yang akhirnya berhasil meraih donasi sekitar 5,3 milyar. Itulah salah satu potret dari perjuangan lahir batin yang nampak, kemenangannya pun dirasakan lahir batin.
Ramadan mendidik kita untuk menjadi pribadi yang berempati tinggi. Ramadan bukan hanya persoalan ibadah personal saja tapi juga ibadah sosial. Bukan melihat siapa yang kuat menahan lapar dan haus saja, tapi melihat siapa yang rela berjuang membelanjakan hartanya untuk memberi makan orang lain. Momentum wabah covid-19 di bulan ramadan bukan untuk menjauhkan nilai kemanusian kita, tapi justru menguatkan akhlak dan moralitas kita.
Selamat berjuang lahir batin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H