Episode pertama berjudul Oukasho (Bunga Sakura Mekar).
Jadi ceritanya Takaki Kono (laki) dan Akari Shinohara (cewe) adalah sama-sama jadi murid baru di sekolahan tingkat SD. Karena sama-sama anak baru mereka jadi mudah akrab dan saling mengenal. Selain itu mereka juga punya banyak kesamaan mulai dari sikap, sifat sampai kebiasaan. Mereka berdua sama-sama memiliki kebiasaan menghabiskan waktu di perpustakaan saat sedang istirahat. Hal itu disebabkan oleh karena mereka berdua mudah terkena penyakit apabila main di luar ruangan.
Kesamaan-kesamaan itu membuat mereka berdua semakin lengket seperti ketan. Saking akrabnya mereka berdua saling menyapa tanpa menambahkan kata panggilan. Bagi budaya Jepang hal seperti ini hanya lazim dilakukan apabila seseorang sudah merasa sangat dekat.
Selanjutnya kebersamaan mereka harus terpisah jarak setelah lulus SD. Akari harus pindah ke Tochigi karena pekerjaan orangtuannya, sedangkan Takaki melanjutkan sekolahnya di Tokyo. Mereka kemudian melanjutkan komunikasi dengan sering berbalas surat.
Di usia 13 tahun Takaki harus berpindah kembali ke Kagoshima tempat yang lebih jauh. Takaki memutuskan untuk menemui Akari sekali lagi sebelum keduanya benar-benar terpisah jarak. Takaki sadar seberapapun kata-kata bisa tersampaikan melalui surat tanpa adanya percakapan semua akan sia-sia. Maka rendenfouz-nya hari itu akan mengukuhkannya setidaknya dengan adanya pertemuan itu Takaki dan Akari akan sama-sama tahu bahwa ada rasa yang tak biasa antara keduanya. Meski besar kemungkinan mereka berdua tidak akan pernah bertemu lagi. Jika pun bertemu tidak ada jaminan mereka akan bertemu dalam kondisi yang sama. Mereka berdua sadar hidup akan membawa mereka melalui suasana ke seuasana yang terus bergulir dan menggerus zaman.
Takaki pergi menemui Akari menggunakan kereta. Sialnya waktu itu bertepatan dengan musim badai salju yang buruk. Hal tersebut menyebabkan keterlambatan jadwal kereta yang cukup parah. Takaki merasa cemas dengan kemungkinan yang dapat membuat Takaki gagal menemui Akari. Hari itu adalah pertemuan terakhir untuk memutuskan tali komunikasi pada jangka waktu yang entah. Itu pula yang membuat pertemuan ini menjadi sangat penting.
Takaki sudah menyiapkan surat terakhirnya sebagai penutup cerita indah yang sudah lama terjalin. Namun surat yang sudah disiapkan itu malah hilang diterjang angin entah kemana (konyolnya si Takaki bukan berusaha mengejar surat yang dihempas angin, dia malah mewek, heran). Kehilangan surat terakhir menyebabkan Takaki benar-benar harus berhasil menemui Akari jika tidak ingin pertemanan spesialnya dengan Akari berlalu begitu saja.
Larut malam Takaki baru sampai di Tochigi. Takaki sempat putus asa, khawatir Akari tidak mau menunggunya. Ternyata kekhawatiran Takaki tidak terbukti Akari masih setia menunggunya sampai larut malam. Mereka kemudian menghabiskan malam bersama di bawah pohon sakura lalu berciuman.
Pagi hari Takaki harus segera pulang kembali. Takaki mungkin sedikit kecewa tidak bisa memberikan surat terakhir yang telah dibuatnya. Mereka berdua akhirnya benar-benar berpisah. Ketika kereta semakin menjauh Akari mengeluarkan sepucuk surat berwarna merah muda dari tas kecilnya. Surat untuk Takaki yang akhirnya tak pernah tersampaikan.
Episode kedua berjudul Cosmonaut
Takaki melanjutkan hari-harinya di Kagoshima tempat yang sangat jauh dari Akari. Takaki kali ini bersekolah di Tanegashima dekat dengan Space Center. Di sana Takaki memiliki teman baru bernama Kanae Sumida. Kanae dan Takaki selalu pulang sekolah bersama. Mereka pulang menggunakan sepeda motor masing-masing tidak berboncengan (aneh). Di dalam perjalanan pulang mereka memiliki kebiasaan untuk selalu mampir di sebuah minimarket untuk membeli susu. Kanae lebih lambat saat memilih susu yang akan dibeli hal tersebut mengakibatkan Takaki harus menunggu. Sambil menunggu Kanae, Takaki selalu terlihat memegang handphone dan mengetik sesuatu. Kanae beranggapan Takaki sedang berkirim pesan dengan seseorang di suatu tempat.
Hal tersebut membuat Kanae sedikit cemas karena sebetulnya Kanae memiliki perasaan yang spesial terhadap Takaki. Takaki terlihat istimewa dibanding orang lain di mata Kanae, tapi Kanae tidak pernah mampu untuk mengatakannya. Kanae terlalu takut untuk mengungkapkannya. Sudah sejak dari SMP sampai menjelang lulus SMA Kanae tidak juga berani untuk bicara. Sampai akhirnya Kanae bernazar apabila berhasil menaklukan ombak saat berselancar, dia akan memberanikan diri untuk mengatakan perasaanya di hadapan Takaki.
Beberapa lama kemudian Kanae berhasil menaklukan ombak. Setelah itu Kanae bersiap untuk mengutarakan perasaannya pada Takaki sepulang sekolah setelah membeli susu seperti biasa. Kesempatan itu pun datang. Kanae tinggal membulatkan niatnya dan mulai bicara. Ketika Takaki sudah siap mendengarkan bertepatan dengan itu sebuah roket terbang menuju antariksa. Mereka berdua teralihkan perhatiannya sejenak. Sambil memandang roket yang bergerak menembus langit Kanae malah terpikir kenapa manusia begitu ingin tahu sesuatu yang ada di luar sana. Kanae kemudian mencoba mengait-ngaitkan pikirannya dengan Takaki. Kanae beranggapan bahwa keingintahuan manusia terhadap apa yang ada di luar sana sama seperti keingintahuan Takaki. Takaki selalu terlihat berkirim pesan ketika menunggunya memilih susu. Sudah tentu ada orang di luar sana yang sedang dipedulikan oleh Takaki. Pikiran itu pun semakin menguat mengalahkan keyakinan untuk bisa menyampaikan isi hatinya. Sampai momentum itu lewat Kanae mengurungkan niat pengungkapan tersebut. Kemudian waktu kembali bergerak. Kesempatan pun menjauh.
Kanae jelas melakukan kesalahan. Karena Kanae tidak tahu betul apa yang sebenarnya sedang terjadi. Kanae hanya menyimpulkan asumsi-asumsi pribadi yang hanya ada di pikirannya. Hal tersebut menyebabkan Kanae kehilangan kesempatan. Bahkan Kanae tidak pernah tahu bahwa apa yang diketik Takaki pada handphonenya ketika sedang menunggu Kanae membeli susu hanyalah sebuah pesan yang tidak pernah dikirim kemana-mana. Takaki sedang mengisi waktu dengan mengetikan kata-kata yang entah harus dikirimkan kemana.
Episode tekahir, Byosoku 5 centimeter
Takaki, Akari, serta Kanae sudah beranjak dewasa. Mereka sudah hidup dengan jalannya masing-masing. Persilangan ingatan di masa lalu di antara ketiganya hanya akan menjadi kenangan yang terkubur dalam-dalam.
Takaki menjadi seorang programer yang sibuk di Tokyo, sedangkan Akari sedang mempersiapkan pernikahannya, sementara Kanae tidak diketahui kabarnya. Takaki sempat berpapasan dengan Kanae di sebuah perlintasan kereta. Takaki tidak langsung menyadari itu Kanae. Takaki tersadar setelah beberapa detik kemudian, ketika Kanae sudah berada di sebrang persimpangan bertepatan dengan kereta yang lewat. Takaki terus memandang ke arah sebrang perlintasan sampai kereta berlalu Kanae sudah tidak terlihat lagi.
Takaki sekarang sebenarnya sudah punya pacar bernama Mizuno. Namun itu bukan berarti Takaki sudah melupakan Akari. Akari masih sangat membekas di hatinya kendati sudah sangat lama tidak berjumpa. Tekanan pekerjaan dan ingatan tentang Akari yang masih menganggunya membuat Takaki meninggalkan pekerjaannya.
Sedangkan di lain tempat Akari yang sedang berkemas merapikan barang-barangnya menemukan sepucuk surat merah muda yang dulu pernah dia buat. Surat tersebut adalah surat yang seharusnya diberikan pada Takaki. Menemukan surat tersebut memaksa Akari untuk kembali mengingat masa-masa indah bersama Takaki di masa lalu. Satu picu kenangan meletup bermunculanlah kenangan lainnya berpilin sedemikian rupa.
Euuuuu....
Takaki, Akari, maupun Kanae adalah orang-orang yang merawat angannya dengan sangat apik. Mereka bertiga bertahan dengan jalan yang ada di dalam pikirannya masing-masing. Bagi mereka mungkin biarlah jika perasaan yang sebenarnya tidak tersampaikan setidaknya dengan tidak menyatakannya kita masih berhak berasumsi bahwa dia seseorang yang kita sukai juga memiliki perasaan yang sama. Mereka bertiga tidak ingin asumsi-asumsi itu dihancurkan apabila kenyataan tidak sesuai harapan. Mereka tidak mau menerima risiko tersebut. Karena kita tahu, kita sama-sama tahu, meski Sutan Sjahrir pernah bilang “Hidup yang tak dipertaruhkan tak kan pernah dimenangkan.” Bukankah itu juga berarti yang dipertaruhkan memperbesar kemunginan untuk jadi terkalahkan. Sejatinya sesuatu yang dipertaruhkan itu memiliki kemungkinan kemenangan dan kekalahan yang sama besarnya. Jadi jika tidak ingin menerima jawaban yang dapat diartikan kekalahan boleh jadi kita akan memilih untuk tidak bertaruh. Dalam cerita di anime ini baik Takaki, Akari, maupun Kanae memilih jalan yang sama untuk tidak mempertaruhkan perasaannya dengan cara tidak mengungkapkannya. Mereka menyerahkan segala kemungkinan kepada waktu yang terasa bergerak lebih cepat dari bunga yang jatuh berguguran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H