Mohon tunggu...
Ebit Frista
Ebit Frista Mohon Tunggu... Pegawai swasta -

ebitfrista.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

3 Episode di Film 5 Centimeter per Second

27 November 2016   20:28 Diperbarui: 27 November 2016   20:30 1059
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Beberapa lama kemudian Kanae berhasil menaklukan ombak. Setelah itu Kanae bersiap untuk mengutarakan perasaannya pada Takaki sepulang sekolah setelah membeli susu seperti biasa. Kesempatan itu pun datang. Kanae tinggal membulatkan niatnya dan mulai bicara. Ketika Takaki sudah siap mendengarkan bertepatan dengan itu sebuah roket terbang menuju antariksa. Mereka berdua teralihkan perhatiannya sejenak. Sambil memandang roket yang bergerak menembus langit Kanae malah terpikir kenapa manusia begitu ingin tahu sesuatu yang ada di luar sana. Kanae kemudian mencoba mengait-ngaitkan pikirannya dengan Takaki. Kanae beranggapan bahwa keingintahuan manusia terhadap apa yang ada di luar sana sama seperti keingintahuan Takaki. Takaki selalu terlihat berkirim pesan ketika menunggunya memilih susu. Sudah tentu ada orang di luar sana yang sedang dipedulikan oleh Takaki. Pikiran itu pun semakin menguat mengalahkan keyakinan untuk bisa menyampaikan isi hatinya. Sampai momentum itu lewat Kanae mengurungkan niat pengungkapan tersebut. Kemudian waktu kembali bergerak. Kesempatan pun menjauh.

Kanae jelas melakukan kesalahan. Karena Kanae tidak tahu betul apa yang sebenarnya sedang terjadi. Kanae hanya menyimpulkan asumsi-asumsi pribadi yang hanya ada di pikirannya. Hal tersebut menyebabkan Kanae kehilangan kesempatan. Bahkan Kanae tidak pernah tahu bahwa apa yang diketik Takaki pada handphonenya ketika sedang menunggu Kanae membeli susu hanyalah sebuah pesan yang tidak pernah dikirim kemana-mana. Takaki sedang mengisi waktu dengan mengetikan kata-kata yang entah harus dikirimkan kemana.

Episode tekahir, Byosoku 5 centimeter 

Takaki, Akari, serta Kanae sudah beranjak dewasa. Mereka sudah hidup dengan jalannya masing-masing. Persilangan ingatan di masa lalu di antara ketiganya hanya akan menjadi kenangan yang terkubur dalam-dalam.

Takaki menjadi seorang programer yang sibuk di Tokyo, sedangkan Akari sedang mempersiapkan pernikahannya, sementara Kanae tidak diketahui kabarnya. Takaki sempat berpapasan dengan Kanae di sebuah perlintasan kereta. Takaki tidak langsung menyadari itu Kanae. Takaki tersadar setelah beberapa detik kemudian, ketika Kanae sudah berada di sebrang persimpangan bertepatan dengan kereta yang lewat. Takaki terus memandang ke arah sebrang perlintasan sampai kereta berlalu Kanae sudah tidak terlihat lagi.

Takaki sekarang sebenarnya sudah punya pacar bernama Mizuno. Namun itu bukan berarti Takaki sudah melupakan Akari. Akari masih sangat membekas di hatinya kendati sudah sangat lama tidak berjumpa. Tekanan pekerjaan dan ingatan tentang Akari yang masih menganggunya membuat Takaki meninggalkan pekerjaannya.

Sedangkan di lain tempat Akari yang sedang berkemas merapikan barang-barangnya menemukan sepucuk surat merah muda yang dulu pernah dia buat. Surat tersebut adalah surat yang seharusnya diberikan pada Takaki. Menemukan surat tersebut memaksa Akari untuk kembali mengingat masa-masa indah bersama Takaki di masa lalu. Satu picu kenangan meletup bermunculanlah kenangan lainnya berpilin sedemikian rupa.

Euuuuu....

Takaki, Akari, maupun Kanae adalah orang-orang yang merawat angannya dengan sangat apik. Mereka bertiga bertahan dengan jalan yang ada di dalam pikirannya masing-masing. Bagi mereka mungkin biarlah jika perasaan yang sebenarnya tidak tersampaikan setidaknya dengan tidak menyatakannya kita masih berhak berasumsi bahwa dia seseorang yang kita sukai juga memiliki perasaan yang sama. Mereka bertiga tidak ingin asumsi-asumsi itu dihancurkan apabila kenyataan tidak sesuai harapan. Mereka tidak mau menerima risiko tersebut. Karena kita tahu, kita sama-sama tahu, meski Sutan Sjahrir pernah bilang “Hidup yang tak dipertaruhkan tak kan pernah dimenangkan.” Bukankah itu juga berarti yang dipertaruhkan memperbesar kemunginan untuk jadi terkalahkan. Sejatinya sesuatu yang dipertaruhkan itu memiliki kemungkinan kemenangan dan kekalahan yang sama besarnya. Jadi jika tidak ingin menerima jawaban yang dapat diartikan kekalahan boleh jadi kita akan memilih untuk tidak bertaruh. Dalam cerita di anime ini baik Takaki, Akari, maupun Kanae memilih jalan yang sama untuk tidak mempertaruhkan perasaannya dengan cara tidak mengungkapkannya. Mereka menyerahkan segala kemungkinan kepada waktu yang terasa bergerak lebih cepat dari bunga yang jatuh berguguran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun