Mohon tunggu...
Bisyri Ichwan
Bisyri Ichwan Mohon Tunggu... Dosen - Simple Man with Big Dream and Action

Santri Pesantren Darussalam Blokagung Banyuwangi dan Alumni Universitas Al-Azhar Mesir. Seorang yang kagum dengan Mesir karena banyak kisah dalam Al Qur'an yang terjadi di negeri ini. Seorang yang mencoba mengais ilmu pengetahuan di ramainya kehidupan. Seorang yang ingin aktif kuliah di Universitas terbuka Kompasiana. Awardee LPDP PK 144. Program Doktor UIN Malang. Ketua Umum MATAN Banyuwangi. Dosen IAIDA Banyuwangi. Dan PP. Minhajut Thullab, Muncar, Banyuwangi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Skrupisasi Ansor

5 Februari 2021   00:15 Diperbarui: 5 Februari 2021   00:39 1056
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
H. Ikhwan Arief sedang menyampaikan Visi Misi di acara Skrupisasi Ansor & Pagar Nusa (Foto : Tim PCNU)

"Inspirasi istilah skrupisasi itu berawal seperti halnya skrup yang berfungsi untuk mengencangkan sesuatu yang kendor. Ibarat onderdil mobil, ketika ada yang kendor, maka di skrup memakai baut, sehingga menjadi kencang lagi. Ibarat pintu atau jendela yang hendak copot, diskrup lagi, sehingga tidak copot. Nah, harapannya, adanya skrupisasi Ansor & Pagar Nusa ini menjadikan organisasi bergerak terpimpin dan terkomando. PCNU Banyuwangi dinamakan bergerak, ketika semua lembaga dan banom bergerak semuanya, bukan one man show", begitulah pesan yang bisa aku tangkap dari pesan dari Gus Makki sebagai ketua PCNU Banyuwangi saat acara skrupisasi Ansor & Pagar Nusa di Pesantren King Abdul Aziz 4 Februari pukul 13.00 hingga 17.00 tadi.

Rapat perdana telah selesai dilaksanakan di kantor PC GP Ansor kabupaten Banyuwangi, dilanjutkan dengan suksesnya rapat kerja yang dilaksanakan di vila kantor desa Tamansari yang dikepalai oleh Mas Rizal dan dipanitiai oleh Mas Alex. 

Sebagaimana yang disebutkan oleh Gus Awi dan H. Ikhwan pada saat sambutan raker yang posisi tempatnya berada di belakang kantor desa, "Tidak seperti kepengurusan sebelumnya, yang biasanya raker di hotel, kita raker di vila dengan suasana yang syahdu dan pemandangan yang asri dan terpenting kekeluargaan dengan duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan lesehan". Ditambah lagi camilan yang dibawa oleh Ndan Agus Romadlon atas pesanan Cak As'adi berupa belalang goreng 1 kg yang langsung ludes termakan.

Hasil raker akan disampaikan pada saat acara Sekrupisasi. Sekrupisasi pertama dilaksanakan siang tadi di Pondok Pesantren King Abdul Aziz yang berada di wilayah kecamatan Siliragung. Yang diundang hadir di acara ini adalah setiap pimpinan PAC Kecamatan Siliragung, kecamatan Pesanggaran, Kecamatan Bangorejo dan Kecamatan Purwoharjo. Termasuk rantingnya. Termasuk juga Satkoryon Banser dari masing-masing kecamatan tersebut hingga Satkorkelnya. Pagar Nusa juga diundang dengan konsep yang sama.

Hari Rabo, aku bersama tim Waka Deradikalisasi PC GP Ansor kabupaten Banyuwangi shilaturahim ke kantor Kasat Interkam Polresta kabupaten Banyuwangi. Sorenya, kami bersantai ngopi dan nyisha di pinggir pantai Boom Banyuwangi sembari membahas kehadiran di Skrupisasi Ansor yang akan diadakan pada hari kamis. "Mas Alex, Pak Thatet dan Gus Rizki bisa hadir?", tanyaku sambil asyik menyedot syisha dengan ditemani hujan sangat deras sekali.

Ketiganya memiliki jawaban yang berbeda. Mas Alex hari kamis memiliki agenda bertemu dengan koleganya yang berada di perusahaan Djarum termasuk urusan pekerjaan di PNPM Mandiri, sehingga bisa dipastikan tidak bisa hadir. Pak Thatet balik bertanya, "Jam berapa sampai jam berapa Gus?", "Mulai jam 1 siang hingga sore hari", jawabku. "Mohon maaf Gus, besok agendanya kordinasi dengan teman-teman panitia Diklatsar Banser Kecamatan Muncar dan siang menjelang sore, pembubaran panitia Harlah NU di kantor MWC Muncar". "Oke Pak". Gus Rizki menjadi satu-satunya yang bersedia bisa hadir setelah pulang dari mengajar di SMP.

Hari kamis jam 7 pagi, seperti biasa, aku mengirim meme informasi Rutinan Ngaji Kemisan di Pondok Pesantren Robithotul Islam dengan Pengasuh Gus Dillah. Kitab yang dikaji masih tetap "Khoshoish Ummah Muhammadiyah". Mengajak teman-teman dari MATAN Banyuwangi untuk selalu setia ikut hadir mengaji bersama jajaran pengurus PCNU Banyuwangi. Sudah sejak 2018, aku  bersama teman-teman MATAN menjadi provokator mengajak siapa saja untuk bergabung ikut mengaji, terkadang ramai yang ikut, terkadang juga hanya wajah itu-itu saja. Terpenting, tidak pernah lelah untuk mengajak dan berusaha untuk konsisten.

Pada saat pengajian dimulai jam 09.00 pagi, sebagaimana kamis-kamis sebelumnya, seringnya Gus Makki menjadi pembaca pertama. Membaca kitab karangan Abuya Sayyid Alwi Al-Maliki yang tepat pada bab tentang keutamaan Shodaqoh. Hingga sekitar hampir 1 jam beliau membaca, lalu dilanjutkan membaca kitabnya oleh Kyai Habib dari Kalibaru. Biasanya yang membaca giliran kedua setelah Gus Makki adalah Gus Dillah. Erwin yang berprofesi sebagai dukun pijat dan sedang ramai di Banyuwangi tentang didirikannya PERDUNU (Persatuan Dukun Nusantara) dan dia hendak daftar dan menjadi bagian di dalamnya memberikan kabar bahwa Gus Dillah sedang berada di Malang, sehingga pagi ini yang membaca kitab setelah Gus Makki adalah Kyai Habib langsung hingga sampai penutup dan doa sekitar jam 11 pagi.

"Saya langsung pamit Gus", aku menyalami Gus Ulil, Gus Naim, Irham, Syem, Mas Anas dan masih banyak teman-teman MATAN Banyuwangi yang lain yang sedang asyik ngobrol setelah mengaji. "Tumben pamitan Gus, hendak kemana?", tanya Gus Naim. "Menghadiri acara Skrupisasi Ansor Gus. Nyusul Gus Makki", jawabku. Tadi Gus Makki, setelah selesai membaca kitab, beliau langsung pamit undur diri dan kabarnya, beliau hendak menghadiri skrupisasi Ansor & Pagar Nusa yang perdana ini.

Rasa kantuk masih aku rasakan. Tadi di tengah pengajian, beberapa kali mata tidak bisa diajak kompromi karena kurang tidur. Awalnya aku berkeinginan untuk langsung berangkat dari Genteng ke Siliragung menghadiri acara Skrupisasi, namun akhirnya aku putuskan pulang dulu saja, sekalian mengajak Gus Rizki untuk bisa ikut hadir bersama. "Ayo ikut sarapan bersama Kyai Muwafiq Gus", tiba-tiba Erwin mengajakku usai pengajian kamis pagi. "Maaf Mas, sudah ada janji acara menghadiri sekrupisasi, lain waktu saja ya", aku meminta maaf kepadanya.

Sampai rumah, sekitar jam 12 siang, aku mencoba menelpon Gus Rizki yang masih mengajar di sekolah. Hingga beberapa kali telpon belum diangkat. Sampai sekitar 12.30, aku putuskan untuk datang langsung shilaturahim ke rumahnya yang berada di wilayah Kedunggebang. Ada Bapaknya yang sedang bekerja menata sesuatu di samping rumahnya, aku datang menyalaminya. "Mau keluar bersama Mas Rizki Pak, saya tunggu di teras rumah saja", ucapku setelah menyapa basa basi. "Silakan Gus".

"Mohon maaf Gus, tidak sesuai prediksi, ternyata bisa keluar dari sekolah sekitar jam setengah dua nanti", Gus Rizki mengangkat telponku dan memberitahukan waktu yang lumayan molor. "Mohon maaf Gus, absen dulu aja ya, lain waktu kita sambung lagi", ucapku. Aku mencoba menghubungi Pak Thatet menanyakan posisinya. "Saya sedang bersama Ndan Solikin dan Ndan Frendi Gus", kata Pak Thatet. "Saya ingin bicara dengan Ndan Solikin", ucapku. "Bisa saya culik Ndan? Menghadiri acara Skrupisasi. Dimana bisa saya jemput?", dengan gaya Banser, aku langsung menembaknya untuk mengajak.

"Siap Gus. Kita ketemu di kantor MWC Muncar", dengan tegas Ndan Solikin mengiyakan ajakanku. Aku langsung meluncur ke kantor MWC Muncar dan suasana lumayan ramai. Di depan kantor terparkir 10 motor Honda Vario baru. Ndan Edi sedang sibuk membantu ibu-ibu muslimat yang sedang asyik mengambil foto dengan motor-motor itu yang ternyata ketika Mas Tarkiman muncul, dia bercerita bahwa motor-motor itu adalah hibah dari Bu Ma'mulah anggota DPR untuk seluruh ranting Muslimat yang ada di Kabupaten Banyuwangi termasuk diantaranya seluruh ranting di kecamatan Muncar. "Ansor gimana Mas?", tanyaku. "Kan anda pengurus PC Gus, kok tanya saya", jawab dia malah dibalik. Haha. Aku hanya menertawakannya saja.

Bersama Ndan Solikin dan Ndan Frendi, aku berangkat. Aku duduk di belakang, mereka berdua asyik ngobrol selama perjalanan. Sampai lokasi di PP. King Abdul Aziz sekitar pukul 13.30, pada saat seluruh peserta yang hadir dari Ansor, Banser dan Pagar Nusa sedang menyanyikan lagu Ya Lal Wathon, Mars Ansor dan Banser. Aku turun dari mobil, terlihat ada yang tersenyum dari kejauhan, ketika semakin mendekat, ternyata dia adalah Gus Fathan yang menjadi bendahara Ansor, bahkan bendahara dibanyak organisasi NU, termasuk MATAN Banyuwangi. Aku datang dan memeluknya.

Sambutan pertama diberikan kepada Gus Makki. Beliau bercerita awal mula sejarah kenapa dinamakan Sekrupisasi. Ibaratnya, sekrupisasi adalah alat yang digunakan untuk menskrup semangat para sahabat Ansor, Banser dan Pagar Nusa. Ketika ada semangat yang kendor, harus diskrup lagi, biar bisa kencang lagi dan akhirnya bergerak maju bersama. Beberapa kali Gus Makki menggaris bawahi, bahwa Ansor dan Pagar Nusa adalah organisasi yang terpimpin dan terkomando. Tidak boleh berjalan sendiri-sendiri. Ranting harus taat kepada PAC dan PAC harus taat kepada PC. Satkorkel harus taat kepada Satkoryon, dan Satkoryon harus taat kepada Satkorcab, begitu seterusnya. Karena Ansor dan Banser Terpimpin dan Terkomando.

Selanjutnya waktu diberikan kepada H. Ikhwan Arief sebagai Ketua PC GP Ansor kabupaten Banyuwangi. Beliau menjelaskan kembali visi misinya, mengutarakan hasil rapat kerja yang dilaksanakan pada hari kamis satu minggu yang lalu di Tamansari. Aku yang awalnya duduk di samping kanan pentas dan sedang santai, dipanggil oleh Mas Badawi, yang menjadi Waka bidang Hukum di PC GP Ansor Banyuwangi, "Gus, disuruh Gus Makki mendekat di samping ketua". "Siap Mas". Duduk di samping kiri H. Ikhwan adalah Gus Awi, Cak As'adi, Gus Fathan, Mas Badawi, di belakangnya ada Mas Herwin, Mas Huda, aku dan Mas Heri.

Satu persatu H. Ikhwan juga memperkenalkan jajaran kepengurusan PC Ansor yang hadir. Seperti tebakanku, karena aku ditempatkan di Waka Deradikalisasi, selalu saja branding "Eks HTI" selalu diulang-ulang oleh H. Ikhwan. Ya tidak masalah, itulah kenyataannya. Haha. Masa lalu yang tidak bisa dirubah dan aku merasa beruntung pernah merasakan bagaimana bisa berada di beberapa organisasi sayap kanan dan sayap kiri dan pada akhirnya bisa kembali ke pangkuan rumah besar Nahdlatul Ulama' lewat Ansor dan Matan. Bagiku, NU adalah organisasi yang paling menarik dan paling nyaman.

"Habis ini Pagar Nusa dulu", Gus Makki memberikan arahan setelah H. Ikhwan selesai presentasi, giliran pihak Pagar Nusa yang sambutan. Gus Syifa maju mewakili ketua Pagar Nusa; Mas Angga. Beliau memaparkan banyak program Pagar Nusa selama satu tahun ke depan, termasuk hampir semua PAC sudah mendapatkan SK. Setelah dirasa cukup. Gus Awi melanjutkan presentasi tentang program masing-masing Wakil ketua dengan agak mendetail.

Aku ke belakang. Bersantai bersama Cak As'adi. Rasa kantuk sudah tidak bisa aku tahun. Sambil tiduran, aku menyimak pemaparan dari Gus Awi. Tiba-tiba dengan nada agak tinggi, Gus Makki memanggil kami, "Kalau tidak siap jadi Ansor, apa saya saja yang jadi Ansor?!", kata beliau. Dengan sigap, aku, Cak As'adi, Gus Fathan yang juga ada di sampingku berlari mengambil formasi siap di dekat Gus Awi dan H. Ikhwan yang berada di samping Gus Makki. Kami khusyuk mendengarkan pemaparan visi misi Ansor dan Pagar Nusa hingga acara berakhir.

Sebelum memimpin doa penutup, Gus Hadi Solihan diberikan waktu untuk sambutan. Mendengar sambutan yang diberikan, seakan aku sedang mendengar KH. Marzuki Mustamar. Persis seperti foto copinya. Gaya beliau menyampaikan, materi yang disampaikan, hingga ketegasan beliau, menjadi kepanjangan tangan KH. Marzuki Mustamar. Pantas saja, beliau diberikan izin untuk memberikan nama pesantren yang sama yang diasuh oleh KH. Marzuki, bernama PP. Sabilur Rosyad dan beliau juga menjadi komandan dari Densus 1926 di Banyuwangi yang diinisiasi oleh KH. Marzuki.

"Siapa kita?", "NU", dengan kompak seluruh hadirin menjawabnya. Bahkan, sebelum berdoa, kami semua secara bersama dengan mengacungkan satu jari menirukan kata-kata dari Gus Hadi yang intinya adalah kami siap berkhidmah untuk NU sampai kapanpun dan dalam kondisi apapun. Ikut organisasinya para ulama. Ingin mendapat berkahnya para ulama'. Kami ini ibarat buah timun yang pahit dan tidak lurus. Ia tidak akan laku ketika dijual sendiri. Tapi ketika dijual bersamaan dengan timun yang manis dan bagus, maka yang terjadi adalah "yuji yubeh" yang berarti "payu siji payu kabeh", laku satu, maka laku semua. Berkah dari para ulama'.

"Gus nitip banner skrupisasi ya, anda kasihkan Gus Aan", Gus Awi membuka percakapan saat acara selesai sambil menikmati makanan. "Sekalian minta tolong shilaturahim ke KH. Nur Hadi, Pengasuh PP. Futuhiyah, mewakili Pengurus PC GP Ansor Banyuwangi untuk acara Skrupisasi yang kedua hari sabtu besok", H. Ikhwan menambahkan tugas kepadaku. "Siap", jawabku singkat. Setelah mengucapkan kata yang dibimbing oleh Gus Hadi tadi dan penjelasan Skrupisasi oleh Gus Makki, hanya kata "Siap" yang bisa aku katakan dan harus dibuktikan. Berharap ridlo dari para pendiri NU dan mendapat keberkahan dari beliau semua. Aamin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun