Mohon tunggu...
Bisyri Ichwan
Bisyri Ichwan Mohon Tunggu... Dosen - Simple Man with Big Dream and Action

Santri Pesantren Darussalam Blokagung Banyuwangi dan Alumni Universitas Al-Azhar Mesir. Seorang yang kagum dengan Mesir karena banyak kisah dalam Al Qur'an yang terjadi di negeri ini. Seorang yang mencoba mengais ilmu pengetahuan di ramainya kehidupan. Seorang yang ingin aktif kuliah di Universitas terbuka Kompasiana. Awardee LPDP PK 144. Program Doktor UIN Malang. Ketua Umum MATAN Banyuwangi. Dosen IAIDA Banyuwangi. Dan PP. Minhajut Thullab, Muncar, Banyuwangi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Skrupisasi Ansor

5 Februari 2021   00:15 Diperbarui: 5 Februari 2021   00:39 1056
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
H. Ikhwan Arief sedang menyampaikan Visi Misi di acara Skrupisasi Ansor & Pagar Nusa (Foto : Tim PCNU)

Sampai rumah, sekitar jam 12 siang, aku mencoba menelpon Gus Rizki yang masih mengajar di sekolah. Hingga beberapa kali telpon belum diangkat. Sampai sekitar 12.30, aku putuskan untuk datang langsung shilaturahim ke rumahnya yang berada di wilayah Kedunggebang. Ada Bapaknya yang sedang bekerja menata sesuatu di samping rumahnya, aku datang menyalaminya. "Mau keluar bersama Mas Rizki Pak, saya tunggu di teras rumah saja", ucapku setelah menyapa basa basi. "Silakan Gus".

"Mohon maaf Gus, tidak sesuai prediksi, ternyata bisa keluar dari sekolah sekitar jam setengah dua nanti", Gus Rizki mengangkat telponku dan memberitahukan waktu yang lumayan molor. "Mohon maaf Gus, absen dulu aja ya, lain waktu kita sambung lagi", ucapku. Aku mencoba menghubungi Pak Thatet menanyakan posisinya. "Saya sedang bersama Ndan Solikin dan Ndan Frendi Gus", kata Pak Thatet. "Saya ingin bicara dengan Ndan Solikin", ucapku. "Bisa saya culik Ndan? Menghadiri acara Skrupisasi. Dimana bisa saya jemput?", dengan gaya Banser, aku langsung menembaknya untuk mengajak.

"Siap Gus. Kita ketemu di kantor MWC Muncar", dengan tegas Ndan Solikin mengiyakan ajakanku. Aku langsung meluncur ke kantor MWC Muncar dan suasana lumayan ramai. Di depan kantor terparkir 10 motor Honda Vario baru. Ndan Edi sedang sibuk membantu ibu-ibu muslimat yang sedang asyik mengambil foto dengan motor-motor itu yang ternyata ketika Mas Tarkiman muncul, dia bercerita bahwa motor-motor itu adalah hibah dari Bu Ma'mulah anggota DPR untuk seluruh ranting Muslimat yang ada di Kabupaten Banyuwangi termasuk diantaranya seluruh ranting di kecamatan Muncar. "Ansor gimana Mas?", tanyaku. "Kan anda pengurus PC Gus, kok tanya saya", jawab dia malah dibalik. Haha. Aku hanya menertawakannya saja.

Bersama Ndan Solikin dan Ndan Frendi, aku berangkat. Aku duduk di belakang, mereka berdua asyik ngobrol selama perjalanan. Sampai lokasi di PP. King Abdul Aziz sekitar pukul 13.30, pada saat seluruh peserta yang hadir dari Ansor, Banser dan Pagar Nusa sedang menyanyikan lagu Ya Lal Wathon, Mars Ansor dan Banser. Aku turun dari mobil, terlihat ada yang tersenyum dari kejauhan, ketika semakin mendekat, ternyata dia adalah Gus Fathan yang menjadi bendahara Ansor, bahkan bendahara dibanyak organisasi NU, termasuk MATAN Banyuwangi. Aku datang dan memeluknya.

Sambutan pertama diberikan kepada Gus Makki. Beliau bercerita awal mula sejarah kenapa dinamakan Sekrupisasi. Ibaratnya, sekrupisasi adalah alat yang digunakan untuk menskrup semangat para sahabat Ansor, Banser dan Pagar Nusa. Ketika ada semangat yang kendor, harus diskrup lagi, biar bisa kencang lagi dan akhirnya bergerak maju bersama. Beberapa kali Gus Makki menggaris bawahi, bahwa Ansor dan Pagar Nusa adalah organisasi yang terpimpin dan terkomando. Tidak boleh berjalan sendiri-sendiri. Ranting harus taat kepada PAC dan PAC harus taat kepada PC. Satkorkel harus taat kepada Satkoryon, dan Satkoryon harus taat kepada Satkorcab, begitu seterusnya. Karena Ansor dan Banser Terpimpin dan Terkomando.

Selanjutnya waktu diberikan kepada H. Ikhwan Arief sebagai Ketua PC GP Ansor kabupaten Banyuwangi. Beliau menjelaskan kembali visi misinya, mengutarakan hasil rapat kerja yang dilaksanakan pada hari kamis satu minggu yang lalu di Tamansari. Aku yang awalnya duduk di samping kanan pentas dan sedang santai, dipanggil oleh Mas Badawi, yang menjadi Waka bidang Hukum di PC GP Ansor Banyuwangi, "Gus, disuruh Gus Makki mendekat di samping ketua". "Siap Mas". Duduk di samping kiri H. Ikhwan adalah Gus Awi, Cak As'adi, Gus Fathan, Mas Badawi, di belakangnya ada Mas Herwin, Mas Huda, aku dan Mas Heri.

Satu persatu H. Ikhwan juga memperkenalkan jajaran kepengurusan PC Ansor yang hadir. Seperti tebakanku, karena aku ditempatkan di Waka Deradikalisasi, selalu saja branding "Eks HTI" selalu diulang-ulang oleh H. Ikhwan. Ya tidak masalah, itulah kenyataannya. Haha. Masa lalu yang tidak bisa dirubah dan aku merasa beruntung pernah merasakan bagaimana bisa berada di beberapa organisasi sayap kanan dan sayap kiri dan pada akhirnya bisa kembali ke pangkuan rumah besar Nahdlatul Ulama' lewat Ansor dan Matan. Bagiku, NU adalah organisasi yang paling menarik dan paling nyaman.

"Habis ini Pagar Nusa dulu", Gus Makki memberikan arahan setelah H. Ikhwan selesai presentasi, giliran pihak Pagar Nusa yang sambutan. Gus Syifa maju mewakili ketua Pagar Nusa; Mas Angga. Beliau memaparkan banyak program Pagar Nusa selama satu tahun ke depan, termasuk hampir semua PAC sudah mendapatkan SK. Setelah dirasa cukup. Gus Awi melanjutkan presentasi tentang program masing-masing Wakil ketua dengan agak mendetail.

Aku ke belakang. Bersantai bersama Cak As'adi. Rasa kantuk sudah tidak bisa aku tahun. Sambil tiduran, aku menyimak pemaparan dari Gus Awi. Tiba-tiba dengan nada agak tinggi, Gus Makki memanggil kami, "Kalau tidak siap jadi Ansor, apa saya saja yang jadi Ansor?!", kata beliau. Dengan sigap, aku, Cak As'adi, Gus Fathan yang juga ada di sampingku berlari mengambil formasi siap di dekat Gus Awi dan H. Ikhwan yang berada di samping Gus Makki. Kami khusyuk mendengarkan pemaparan visi misi Ansor dan Pagar Nusa hingga acara berakhir.

Sebelum memimpin doa penutup, Gus Hadi Solihan diberikan waktu untuk sambutan. Mendengar sambutan yang diberikan, seakan aku sedang mendengar KH. Marzuki Mustamar. Persis seperti foto copinya. Gaya beliau menyampaikan, materi yang disampaikan, hingga ketegasan beliau, menjadi kepanjangan tangan KH. Marzuki Mustamar. Pantas saja, beliau diberikan izin untuk memberikan nama pesantren yang sama yang diasuh oleh KH. Marzuki, bernama PP. Sabilur Rosyad dan beliau juga menjadi komandan dari Densus 1926 di Banyuwangi yang diinisiasi oleh KH. Marzuki.

"Siapa kita?", "NU", dengan kompak seluruh hadirin menjawabnya. Bahkan, sebelum berdoa, kami semua secara bersama dengan mengacungkan satu jari menirukan kata-kata dari Gus Hadi yang intinya adalah kami siap berkhidmah untuk NU sampai kapanpun dan dalam kondisi apapun. Ikut organisasinya para ulama. Ingin mendapat berkahnya para ulama'. Kami ini ibarat buah timun yang pahit dan tidak lurus. Ia tidak akan laku ketika dijual sendiri. Tapi ketika dijual bersamaan dengan timun yang manis dan bagus, maka yang terjadi adalah "yuji yubeh" yang berarti "payu siji payu kabeh", laku satu, maka laku semua. Berkah dari para ulama'.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun