Mohon tunggu...
Bisyri Ichwan
Bisyri Ichwan Mohon Tunggu... Dosen - Simple Man with Big Dream and Action

Santri Pesantren Darussalam Blokagung Banyuwangi dan Alumni Universitas Al-Azhar Mesir. Seorang yang kagum dengan Mesir karena banyak kisah dalam Al Qur'an yang terjadi di negeri ini. Seorang yang mencoba mengais ilmu pengetahuan di ramainya kehidupan. Seorang yang ingin aktif kuliah di Universitas terbuka Kompasiana. Awardee LPDP PK 144. Program Doktor UIN Malang. Ketua Umum MATAN Banyuwangi. Dosen IAIDA Banyuwangi. Dan PP. Minhajut Thullab, Muncar, Banyuwangi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Masa Kesetiaan

28 Desember 2020   21:40 Diperbarui: 28 Desember 2020   21:48 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
MAKESTA. Masa Kesetiaan Anggota IPNU IPPNU (Foto : Tim IPNU Kedunggebang)

"NU berpijak pada ajaran Ahlussunnah wal Jama'ah karena secara akidah mengikuti Imam Abu Hasan Al-Asy'ari dan Imam Abu Mansur Al-Maturidi, secara fiqih mengikuti salah satu dari empat madzhab, yakni Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi'i dan Imam Hambali. 

Sedangkan secara Tasawwuf mengikuti Imam Junaid Al-Baghdadi dan Imam Ghozali", aku memperkenalkan lebih jauh tentang NU dan Aswaja kepada calon rekan IPNU dan calon rekanita IPPNU pada acara MAKESTA (Masa Kesetiaan Anggota) pada Jum'at malam Sabtu yang lalu di Kedunggebang, Tegaldlimo, Banyuwangi.

Tidak seperti biasanya, Gus Rizki menelpon kepadaku. Biasanya kami saling komunikasi lewat pesan Whatsapp saja. Biasanya dalam kondisi seperti ini, berarti ada sesuatu yang penting. "Sehat Gus?", aku langsung mengawali bertanya kabar dan Gus Rizki menjawabnya dengan alhamdulillah dan to the point menyampaikan maksud dari menghubungiku.

 "Mohon maaf Gus, saya sedang di Bojonegoro. Teman-teman IPNU meminta tolong anda untuk mengisi Ke-NU-an dan Aswaja sebagai ganti dari saya yang tidak bisa hadir. Mohon maaf merepotkan", ungkapnya.

"Kapan waktunya Gus?", sebelum mengiyakan, aku bertanya balik untuk memastikan jadwal yang aku punya dan berharap tidak bebarengan dengan rutinan pengajian yang aku lakukan bersama para santri di pesantren dan beberapa organisasi yang aku ikuti. "Jum'at malam sabtu besok Gus", jawab Gus Rizki. 

Saat Gus Rizki menelponku, adalah malam jum'at dan aku sedang berada di Melik, Parijatah Kulon untuk shilaturahim di rumah orang tua. Artinya aku hanya punya kesempatan tidak lebih dari 24 jam untuk mempersiapkan materi yang hendak disampaikan saat acara MAKESTA nantinya.

"Berarti besok malam Gus?", tanyaku memastikan kepada Gus Rizki. "Iya Gus", jawabnya sambil tertawa. "Sepertinya anda punya PPT yang berkaitan dengan Aswaja Gus, yang dulu pernah disampaikan pada saat acara PCNU Banyuwangi", aku merayu Gus Rizki untuk bisa memberikan file PPT sebagai tambahan materi yang nantinya bisa aku sampaikan. 

"Masih acak-acakan materinya Gus, kalo berkenan, bisa saya kirimkan filenya", jawabnya. "Boleh, silahkan, saya tunggu Gus", jawabku. Benar saja, Gus Rizki akhirnya mau mengirimkan file tentang Ke-NU-an yang pernah dia sampaikan pada saat acara Santri Camp di Songgon.

Aku membacanya. Mempelajarinya. Setidaknya bisa menambah pengetahuan untukku tentang NU dan Aswaja selama ini. "Tolong panitia anda kasih nomor saya Gus", aku menghubungi Gus Rizki kembali. "Siap Gus". Beberapa saat kemudian, ada WA masuk. Dia memperkenalkan diri bernama Nadhir, ketua IPNU Kedunggebang. 

Panitia dari acara MAKESTA besok. Memastikan bahwa aku sudah siap untuk mengisi acara besok. Rupanya, ada yang tidak Gus Rizki sampaikan. Aku tidak hanya menggantikan posisi Gus Rizki saja, tapi juga menggantikan posisi Gus Fikri yang mantan ketua IPNU Banyuwangi, karena keduanya berhalangan hadir saat acara, aku diberikan amanat untuk menggantikan keduanya. Dua materi sekaligus.

Saat dibutuhkan dan aku punya waktu luang, serta aku merasa mampu untuk menyampaikan hal itu, pantang buatku untuk berkata tidak. Sebagaimana artikel yang aku tulis sebelumnya yang berjudul "Dunia Media Dakwah", di ceritanya Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husen, bahwa butuhnya orang lain terhadap kita adalah anugerah kenikmatan yang Allah berikan ke kita, maka jangan pernah disia-siakan, jika tidak ingin anugerah itu menjadi musibah. Aku mengiyakan permintaan dari Gus Rizki dan Mas Nadhir. Aku niatkan untuk Khidmah, melayani organisasi NU.

Pertama kali aku berkecimpung di IPNU, saat mondok di Pesantren Darussalam Blokagung dulu, saat aku pernah diberikan amanat untuk menjadi ketua OSIS SMK Darussalam periode 2003-2004 dan menjadi Ketua OSIS Madrasah Diniyyah Al-Amiriyah Darussalam yang saat ini berubah nama menjadi ITMAM pada periode 2005-2006.

Aku ikut MAKESTA di Tegalsari. Dulu, aku juga sempat aktif di PMII saat masih kuliyah di IAIDA Blokagung sebelum melanjutkan studi di Universitas Al-Azhar Mesir. Aku pernah sekali mengisi materi Aswaja saat MAKESTA yang diadakan oleh IPNU kecamatan Muncar dan diadakan di Pondok Pesantren Al-Azhar Muncar pada tahun 2018. Setelah itu, baru kali ini aku bersinggungan lagi dengan MAKESTA.

Tahun 2019, saat IPNU Banyuwangi masih dipimpin oleh Gus Fikri dari Cluring, kami beberapa kali sempat bertemu dan rapat bersama. Aku mewakili MATAN Banyuwangi dan beliau mewakili IPNU, ada juga Mbak Bara yang waktu itu menjadi ketua IPPNU Banyuwangi. 

Kami ngobrol seputar perkembangan anak muda Banyuwangi ke depan dan organisasi yang kami pimpin bagaimana bisa mengambil peran dalam mengkader para pemuda untuk ikut bergabung ke dalam wadah organisasi NU, sehingga tidak diambil oleh organisasi radikal yang secara massif sedang viral pergerakannya.

Sebelum pandemic Covid 19, terakhir kalinya aku bersinggungan dengan IPNU dan IPPNU Banyuwangi saat diberikan kesempatan untuk mengisi seminar tentang beasiswa pendidikan untuk rekan rekanita IPNU IPPNU yang ingin melanjutkan studinya di jenjang S1, S2, bahkan S3, acaranya bertempat di IAI Ibrahimy Genteng, bahkan setelah acara, bersama para pengurus IPPNU Banyuwangi, kami diajak oleh Rektor Ibrahimy untuk ngobrol santai sembari merasakan nikmatnya ayam pedas di sebuah warung yang legendaris di kota Genteng.

Jum'at malam Sabtu, usai shalat maghrib, aku menghubungi Mas Nadhir kembali, untuk meminta share lokasi yang akan menjadi tempat acara MAKESTA. "Dengan pesantrennya Gus Rozi mananya Mas?', tanyaku di WA. 

"Sebelum Gus Rozi, ada perempatan Gus, anda belok kiri, ada MI. Di situ tempatnya", jawab Mas Nadhir. Saat adzan isya', tepat jam 7, aku mengajak istri shalat berjam'ah di rumah, sehingga setelah shalat bisa langsung berangkat. 

Kondisi di Sumberberas sedang hujan rintik-rintik, sehingga aku berangkat menggunakan mobil. GPS google maps aku hidupkan ketika sudah dekat dengan pesantren Gus Rozi Kedunggebang.

Aku lewat jalur Tegalpare yang ada di selatan pesantren Minhajut Thullab. Ketika sampai di masjid pesantren Gus Rozi, aku bingung dengan yang diarahkan GPS. Aku putar balik. 

Mas Nadhir memberikan arahan, lokasi berada di sebelum pesantren ini. Aku kembali dan GPS semakin menjauh. Aku putar balik lagi dan masuk ke arah kanan setelah pesantren. 

Ada keramaian dan bangunan MI, rupanya ini tempatnya. Mobil aku parkir di dalam sekolahan dan sudah banyak rekan rekanita yang memakai seragam IPNU IPPNU yang sedang khidmah acara MAKESTA, di tengah lapangan sekolah, juga ada banner besar yang terpasang, menjelaskan kalau sedang ada acara MAKESTA IPNU IPPNU.

"Assalamu'alaikum, mana Mas Nadhir?", aku mengucapkan salam kepada mereka yang sedang asyik duduk di depan kelas. Tidak satupun dari wajah mereka yang aku kenal. 

Setelah bersalaman, ada satu orang yang datang, "Saya Nadhir Gus, yang menghubungi via WA". Mas Nadhir mengajakku beramah tamah terlebih dahulu di dalam kelas. 

"Mohon maaf Gus, merepotkan anda. Mas Rizki dan Gus Fikri tidak bisa mengisi malam ini. Jadi anda yang mengisi materinya. Dua materi sekaligus yakni NU dan Aswaja", Mas Nadhir menjelaskan lagi kepadaku seperti penjelasannya di WA. "Siap Mas", jawabku.

Aku membawa satu buku yang aku persiapkan untuk hadiah buat satu peserta yang nantinya menjadi teraktif saat sesi materi. Buku yang aku bawa adalah "926 Cairo" yang menjadi buku pertama yang aku tulis dan terbitkan. Mas Nadhir mengajak kepadaku untuk masuk ke ruangan yang sudah disediakan dan siap untuk mengisi materi kepada peserta MAKESTA. 

Aku mengucap salam saat masuk ruangan. Ada sekitar 25 peserta yang mengikuti acara ini. "Ini MAKESTA yang ke berapa Mas?", aku bertanya ke Mas Nadhir. "Baru pertama Gus", jawabnya sambil tersenyum. Mas Nadhir bercerita bagaimana dia dan Gus Rizki berjuang bersama pemuda Kedunggebang untuk menghidupkan beberapa organisasi kepemudaan, inilah salah satu hasilnya. IPNU IPPNU Kedunggebang mencari kader baru di acara MAKESTA ini.

Mas Nadhir membaca CV (Curikulum Vitae) yang aku tulis tangan. S1 di Mesir, S2 di Jember, S3 di Malang. Secara organisasi, aku diberikan amanat untuk berkhidmah sebagai Ketua Umum MATAN Banyuwangi, Sekretaris Jendral JATMAN Banyuwangi, Wakil Ketua bidang Deradikalisasi di PC. GP Ansor Banyuwangi. 

Aku juga memberikan penjelasan kepada teman-teman di awal, "Silahkan nanti setelah saya menjelaskan materi NU dan Aswaja untuk bertanya apapun. Apapun boleh ditanyakan". Agar memberikan motivasi buat mereka untuk sama-sama belajar dan ingin tau. "Yang paling aktif, nanti saya kasih buku 926 Cairo", sambil aku menunjukkan bukunya yang sudah aku tanda tangani.

Di dalam materi, aku menyebutkan dua hadits, hadits pertama adalah hadits yang sangat populer, yang menjelaskan bahwa umat Yahudi akan terpecah belah menjadi 71 golongan, umat Nasrani akan terpecah menjadi 72 golongan dan umat Islam akan terpecah menjadi 73 golongan. Semuanya akan masuk neraka. 

Kata Kanjeng Nabi, sebagaimana dalam kutipan hadits yang aku pelajari, "yang selamat adalah orang yang mengikutiku dan mengikuti para sahabatku". Hadits inilah yang akhirnya memberikan banyak pemahaman bahwa golongan yang selamat adalah golongan yang mengikuti Rasulullah dan Para sahabat yang sering dikaitkan dengan nama Aswaja yang berarti Ahlus Sunnah wal Jama'ah.

Aku juga menjelaskan tentang hadits yang redaksinya memiliki arti bahwa "Sahabatku seperti halnya bintang di langit, ke mana saja kamu mengikuti mereka, maka kamu akan mendapatkan petunjuk". Makna hadits ini melengkapi hadits yang pertama tadi. 

Dari dua hadits inilah, dalam faham Ahlussunnah wal Jam'aah (Aswaja), sumber hukum bukan hanya Al-Qur'an dan Hadits saja, tapi juga ada Ijma' dan Qiyas. "Saya diberikan waktu berapa jam Mas?", aku bertanya ke Mas Nadhir yang menemani selama aku menyampaikan materi. "satu jam setengah Gus".

Setelah memaparkan materi selama kurang lebih satu jam tentang Aswaja dan NU, aku memberikan kesempatan kepada teman-teman untuk bertanya. Bertanya apapun. 

Pertama kali yang bertanya adalah bernama Mas Baihaqi, duduk paling depan dan sejak awal terlihat sangat antusias ketika aku menjelaskan. Aku menjelaskan sambil berdiri dan berusaha komunikatif dengan peserta. 

Dia bercerita tentang pengalaman hidupnya di Riau dan kondisi umat Islam di sana, khususnya warga NU. Lalu penanya kedua dari Singaraja, Bali, pertanyaannya berbeda namun memiliki benang merah yang sama, betapa sulitnya mengadakan kegiatan organisasi NU di sana, karena Islam minoritas, bahkan yang menghalangi bukan orang Non Muslim, tapi generasi tua yang ngakunya NU.

Aku menjawab dengan cara "Ar-rosul qobla ar-risalah", yang memiliki arti bahwa, orang itu pada awalnya akan melihat kitanya, bukan apa yang kita bawa. Tunjukkan kalau kita adalah berkualitas. Ketika mereka sudah salut dengan kita, maka apapun yang kita bawa, mereka akan mendukungnya. 

Kanjeng Nabi dulu, sebelum diutus, semua orang Makkah sudah mengenal beliau sebagai pribadi yang luar biasa, bahkan sampai mendapat julukan Al-Amin, orang yang bisa dipercaya. 

Tunjukkan kualitasmu di hadapan masyarakat terlebih dahulu, barulah berikan ajaran yang engkau bawa kepada mereka. Setidaknya itu yang menjadi jawabanku kepada mereka.

Sekitar jam 09.30 malam, aku menutup materi. Kami foto bersama. Setelah itu panitia memberikan cinderamata berupa sertifikat yang sudah di pigora kepadaku. Teman-teman sepakat bahwa Mas Baihaqi menjadi peserta paling aktif bertanya pada MAKESTA malam ini dan dia berhak mendapatkan hadiah buku "926 Cairo" dariku. Alhamdulillah, aku bisa berbagi. 

Dulu saat di Pesantren Blokagung, aku pernah dididik menjadi kader IPNU, saat ini waktunya aku mengkader mereka. 10 tahun ke depan, wajah NU berada di pundak mereka semua. Selamat berkarya dan selamat berkhidmah untuk NU. Aku bangga menjadi NU.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun