Dari dua hadits inilah, dalam faham Ahlussunnah wal Jam'aah (Aswaja), sumber hukum bukan hanya Al-Qur'an dan Hadits saja, tapi juga ada Ijma' dan Qiyas. "Saya diberikan waktu berapa jam Mas?", aku bertanya ke Mas Nadhir yang menemani selama aku menyampaikan materi. "satu jam setengah Gus".
Setelah memaparkan materi selama kurang lebih satu jam tentang Aswaja dan NU, aku memberikan kesempatan kepada teman-teman untuk bertanya. Bertanya apapun.Â
Pertama kali yang bertanya adalah bernama Mas Baihaqi, duduk paling depan dan sejak awal terlihat sangat antusias ketika aku menjelaskan. Aku menjelaskan sambil berdiri dan berusaha komunikatif dengan peserta.Â
Dia bercerita tentang pengalaman hidupnya di Riau dan kondisi umat Islam di sana, khususnya warga NU. Lalu penanya kedua dari Singaraja, Bali, pertanyaannya berbeda namun memiliki benang merah yang sama, betapa sulitnya mengadakan kegiatan organisasi NU di sana, karena Islam minoritas, bahkan yang menghalangi bukan orang Non Muslim, tapi generasi tua yang ngakunya NU.
Aku menjawab dengan cara "Ar-rosul qobla ar-risalah", yang memiliki arti bahwa, orang itu pada awalnya akan melihat kitanya, bukan apa yang kita bawa. Tunjukkan kalau kita adalah berkualitas. Ketika mereka sudah salut dengan kita, maka apapun yang kita bawa, mereka akan mendukungnya.Â
Kanjeng Nabi dulu, sebelum diutus, semua orang Makkah sudah mengenal beliau sebagai pribadi yang luar biasa, bahkan sampai mendapat julukan Al-Amin, orang yang bisa dipercaya.Â
Tunjukkan kualitasmu di hadapan masyarakat terlebih dahulu, barulah berikan ajaran yang engkau bawa kepada mereka. Setidaknya itu yang menjadi jawabanku kepada mereka.
Sekitar jam 09.30 malam, aku menutup materi. Kami foto bersama. Setelah itu panitia memberikan cinderamata berupa sertifikat yang sudah di pigora kepadaku. Teman-teman sepakat bahwa Mas Baihaqi menjadi peserta paling aktif bertanya pada MAKESTA malam ini dan dia berhak mendapatkan hadiah buku "926 Cairo" dariku. Alhamdulillah, aku bisa berbagi.Â
Dulu saat di Pesantren Blokagung, aku pernah dididik menjadi kader IPNU, saat ini waktunya aku mengkader mereka. 10 tahun ke depan, wajah NU berada di pundak mereka semua. Selamat berkarya dan selamat berkhidmah untuk NU. Aku bangga menjadi NU.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI