Kebetulan sekali, bertepatan pada bulan ini, saya juga sedang menerbitkan 3 buku sekaligus dari kumpulan artikel catatan saya pada saat kuliyah di Universitas Al-Azhar Mesir. Di group Muharrik MATAN Banyuwangi, teman-teman sedang ramai membicarakan untuk menggalang dana buat membeli peralatan yang dibutuhkan setiap kali acara ngofi MATAN Banyuwangi, diantaranya kebutuhan sound system portable, darbuka, dan alat-alat untuk sholawatan.
"Bagaimana kalau kita menginformasikan kepada anggota group MATAN Banyuwangi untuk patungan shodaqoh buat kebutuhan MATAN ini?", Gus Naim memberikan masukan. Beberapa ada yang setuju, namun lebih banyak yang diam. Saat saya membaca pesan ini, dalam hati terinspirasi untuk menjadikannya sebagai sarana untuk bersedekah dari hasil penjualan 3 buku yang sebentar lagi sudah terbit.
"Saya sedang menerbitkan 3 buku serial Mesir Gus. MATAN Banyuwangi bisa kerja sama. Saya punya niat, laba royalty penjualan buku ini, 50 % saya sedekahkan ke MATAN Banyuwangi. Semoga nantinya MATAN Banyuwangi bisa mendapatkan cukup dana buat kebutuhan yang sedang ada", saya ucapkan seperti ini di dalam group. Alhmadulillah teman-teman merespon dengan baik.
Meme ngofi dikirimkan oleh Gus In'am langsung ke group MATAN Banyuwangi, sebelumnya saya sudah menginformasikan bahwa ngofi ke 21 ini dibarengkan dengan launcing 3 buku serial Mesir yang berjudul "926 Cairo", "Cairo Oh Cairo" dan "Umroh Koboy". Gus Rizki juga membuat meme ngofi dengan desain yang berbeda, namun isinya sama, memberikan informasi ngofi, mulai dari tema, pembicara, imam tahlil, hari dan tempat pelaksanaan, juga informasi launcing 3 buku serial Mesir.
Banner dan umbul-umbul MATAN Banyuwangi sudah saya ambil di rumahnya Gus Afton beberapa hari yang lalu ketika saya bershilaturahim di rumahnya orang tua yang ada di Parijatah Kulon. Jalur yang saya lalui dari Sumberberas, Muncar adalah melewati Srono dan lewat di depan Pesantren Nahdlatut Thullab; rumahnya Gus Afton, jadi sekalian saja saya mampir, shilaturahim dan mengambil banner dan umbul-umbul MATAN Banyuwangi yang masih ada di sana. Bahkan pada saat saya datang, ada satu umbul-umbul masih terpasang di pinggir jalan raya, belum dicopot oleh Gus Afton.
"Sengaja belum saya copot Gus, satu umbul-umbul MATAN yang ada di pinggir jalan raya. Biar MATAN makin dikenal masyarakat", kata Gus Afton memberikan alasan kepada saya. Saya mengobrol bersama Gus Afton dan ibunya. Saya datang bersama istri dan anak saya, Khilni. Rupanya, ibunya istri, Ibu Malikhah dulu sebelum wafat, merupakan teman akrab dari ibunya Gus Afton. Kami mengobrol lumayan lama.
"Nanti malam ada acara beb?", saya mengirimkan pesan WA kepada Aziz yang ada di Blokagung. Aziz merupakan orang yang berada di balik desain 3 buku yang saya terbitkan. "Kosong Gus", jawabnya. Akhirnya saya mengajaknya untuk lembur membuat beberapa desain sampul untuk beberapa buku yang hendak saya terbitkan, serta membuat desain media promosi yang akan saya sebarkan di media sosial.
Kesempatan inilah yang saya gunakan juga untuk membawa sekalian banner dan umbul-umbul ke Blokagung dan memberikannya kepada Pak Aris. Saat di Blokagung dan menggarap beberapa desain buku serial Mesir bersama Aziz, tiba-tiba Pak Aris datang ke kantor, padahal saya tidak menghubunginya dan tidak janjian dengannya. "Kebetulan sekali Pak, saya membawa banner dan umbul-umbul MATAN. Anda bawa sekalian ya?!", pinta saya kepada Pak Aris. "Siap Gus".
Saat yang ditunggu tiba. Sabtu siang menjelang acara ngofi, Pak Aris menghubungi saya kembali. "Bisa minta tolong agar teman-teman MATAN Banyuwangi nanti berangkat lebih awal ya Gus. Biar bisa menemani masyarakat acara maulidan dulu". "Saya usahakan Pak. Akan saya informasikan ke teman-teman di group WA MATAN Banyuwangi", jawab saya. Namun, saya tetap memberikan catatan, datang atau belum datang teman-teman MATAN Banyuwangi, setelah sholat isya', masyarakat bisa langsung memulai acara maulidnya, biar acara ngofinya tidak terlalu malam selesainya. Pak Aris menyetujuinya.
"Mohon maaf Gus, malam ini saya belum bisa berangkat. Mengantarkan istri berobat", Pak Mukhtar mengirimkan pesan WA ke hp saya. "Tidak apa-apa Pak, semoga istrinya lekas sembuh, Aamin". Saya informasikan kembali acara ngofi ini di teman-teman yang ada di wilayah Sumberberas, Muncar, namun semuanya berhalangan hadir. Akhirnya saya berangkat dari Muncar sendirian.
Pada saat hendak mengeluarkan motor dari tempat parkir rumah, hp berbunyi. Ada telepon dari Komandan Novel, "saya belum tau tempatnya Pak Bis, kita berangkat bareng ya", katanya. "Siap Ndan. Kita ketemuan di Benculuk, ini saya hendak berangkat", "Siap". Dengan melaju agak santai, saya berjalan sendirian melewati Patok 11, melewati Plampang, hingga sampai di Benculuk. Saya melihat motor N-Max berhenti di pertigaan. "Pakai satu motor saja Ndan, biar enak", pinta saya setelah salam dan menyapa Komandan Novel.