"Boleh saya bawakan satu tasnya mbak?", saya menawarkan diri untuk membawa salah satu tas yang dibawa oleh mereka. Kasihan buat mbak-mbak awardee yang sebagaimana layaknya perempuan, biasanya memang barang yang dibawa banyak sekali, apalagi kami di Jakarta rencananya lebih dari satu minggu. Sampai di lobi hotel Acacia, barang-barang dikumpulkan sesuai kelompoknya masing-masing, dengan diberi tanda pita yang warnanya berbeda-beda sesuai kelompoknya. Untuk kelompok Sultan Agung yang menjadi group saya, pitanya dikasih warna kuning.
Rupanya hari pertama check in masih nanti siang, kami langsung diarahkan ke aula hotel untuk mengikuti acara pembukaan PK, Persiapan Keberangkatan. Tas-tas yang sudah kami kumpulkan di lobi disuruh untuk dipindahkan kembali, "Semuanya dikumpulkan di ruangan depan aula ya", kata Mas Rizki dengan suara lantangnya. Musik menggema ketika kami memasuki aula. Lampunya sangat terang. Kami seakan sedang memasuki gedung bioskop tapi dengan lampu yang terang sekali. Juga seperti menonton konser, dengan musiknya yang sangat nyaring. Maklum saja, ini hotel mahal.
"Selamat Pagi", dua orang presenter maju ke depan. Mereka memperkenalkan diri bernama Mas Mukhlis dan Mas Jufri. "Kalau kami ucapkan Selamat Pagi, kalian jawabnya Pagi. Kalau Semangat Pagi, kalian jawab Pagi Pagi Pagi. Jika kami bilang LDPD, dijawab Jaya. Kalau kami bilang Indonesia, jawabnya Aku Pasti Mengabdi". Dengan penuh semangat kami mengikuti instruksi dari kedua pembawa acara yang sudah seperti MC yang ada di televisi nasional ini.
"Tak kenal maka tak sayang", itu adalah ungkapan yang diutarakan oleh Mas Jufri sambil memegang bunga. Tiba-tiba dia berjalan ke arah satu awardee sambil memberikan bunganya, "Tapi kok saya sudah sayang, padahal belum kenal", terlihat awardee yang diberi bunga itu tersipu malu, dia bernama Hanna. Di WA group PK Santri 144, namanya tertulis Hanna Kembar Tiga. Katanya teman-teman, dia memang memiliki kembaran 3. Semuanya kembar.
Nilai-nilai LPDP yang dipasang dengan banner yang sangat besar yang saya lihat tadi malam, ternyata akan kami baca dan harapannya kami praktekkan dalam kehidupan sehari-hari nanti. Nilai pertama adalah Integritas. "Kalau saya bilang Pemimpin Masa Depan, nanti kalian jawabnya Integritas, sambil berdiri dengan menghentakkan kaki kanannya dan tangan kanan terkenal di arahkan ke dada kiri", kata duo pembawa acara. Mas Mukhlis dan Mas Jufri juga memanggil Gus Fathan dan Mas Rizki untuk memperagakan yel-yel yang diajarkan di awal tadi.
 Setelah pemanasan dirasa cukup. Kedua pembicara memanggil pembicara selanjutnya yang ditunggu-tunggu. Beliau selama ini berada di balik layar dari tugas-tugas yang banyak sekali yang dikirimkan oleh Mbak Ana Yulvia di Group WA PK Santri 144. Beliau jugalah yang beberapa kali mengundang teman-teman kordinator untuk rapat urusan PK di kantor LPDP. Beliau adalah PIC, yang berarti Person in Charge, atau penanggung jawab untuk acara PK ini. Bernama Bapak Shabahul Arafi.
Kami semuanya berdiri. Hentakan irama penuh semangat dibunyikan. Mas Mukhlis dan Mas Jufri secara serentak memanggil nama beliau, "Bapak Shabahul Arafi". Seketika teman-teman semuanya tepuk tangan terus menerus. Pak Rafi, begitu kami memanggilnya, berjalan memasuki aula dengan menelungkupkan tangannya, pertanda memberikan penghormatan kepada semuanya dan salam pertemuan.
"PK Santri ini adalah PK yang berbeda. Baru kali ini LPDP mengadakan PK tanpa ada dari jenis afirmasi lain. PK ini khusus untuk Santri saja dan berasal dari perwakilan seluruh Nusantara, dari mulai Aceh sampai ujung timur ada semua, yang tidak ada hanya dari Papua saja. Keseluruhan PK ini adalah 114 awardee", beliau memberikan informasi dan motivasi buat kami semua.
Beliau melanjutkan pesannya, bahwa kami semua harus mengambil peran sebagai pemimpin di masyarakat nantinya. Sesulit apapun rintangan yang akan dihadapi, kami harus selalu menghadapinya. Karena kami tidak tahu dititik mana, dari perjuangan itu, yang bisa menginspirasi orang lain. Tugas kami adalah berusaha semaksimal mungkin untuk mengambil peran.
Video dari PK-PK sebelumnya beliau putarkan. Banyak kisah yang ada di dalamnya, dari beberapa video itu, ada seorang awardee yang wajahnya sangat tidak asing bagi kami semua, dia adalah Habiburrahman El-Shilrazy, seorang penulis yang karyanya banyak dijadikan film di tanah air. Kang Abik merupakan angkatan PK sebelum kami. "Selama di PK, tinggalkan segala bentuk ketokohan. Semuanya melebur menjadi satu. Sama-sama awardee LPDP", pesan Pak Rafi.