Beliau pernah diundang oleh 40 pendeta Kristen dari perwakilan pendeta di Indonesia. Saat itu beliau sempat heran dan bertanya kepada para pendeta itu, "para ulama yang banyak, kenapa harus saya yang diundang?", jawaban para pendeta itu sederhana, "Prof. Imam kalo dakwah gak marah. Kalo yang lain banyak yang Sukanya marah-marah".Â
Sampai satu kesempatan setelah berbicara dalam forum itu, sekitar 30 menit terakhir sebelum penutupan, tiba-tiba ada satu pendeta yang bertanya secara serius, "Prof. Imam dalam pidatonya seperti tidak menyalahkan agama kami. Lalu kenapa Prof. Imam tidak masuk Kristen saja seperti kami?."
Dengan tersenyum, beliau menjawab, "Secara hirarki, saya sebagai umat Islam mengakui agama-agama Ibrahimy. Saya  mengakui agama Yahudi yang secara ajaran dulu dibawa oleh Nabi Musa As. Selanjutnya saya mengakui agama Kristen atau Nasrani yang dulu dibawa oleh Nabi Isa As.Â
Termasuk agama-agama lain yang dibawa oleh para Nabi. Analoginya adalah saya mengakui kepemimpian presiden Soekarno dulu, saya juga mengakui kepemimpian Pak Harto, Pak Habibi, Ibu Megawati, Pak SBY, sampai sekarang Pak Jokowi.Â
Seluruh kepemimpinan dulu sudah digantikan oleh era setelahnya sampai sekarang. Karena sekarang eranya Pak Jokowi, makanya saya ikut Pak Jokowi. Begitu juga dengan agama.Â
Semua agama sebelumnya, saya mengakuinya, karena sekarang eranya Nabi terakhir yakni Nabi Muhammad, makanya saya ikut agamanya Nabi Muhammad yakni agama Islam. Kalau bapak-bapak pendeta masih ikut eranya Pak SBY yang silakan. Saya tidak memaksa. Hehe."
Jawaban sederhana, tetapi tidak membuat para pendeta marah. Itulah sedikit gaya dakwah yang diajarkan oleh Prof. Imam Suprayogo ketika hampir setiap bulan beliau selalu ada jadwal untuk menjadi pembicara-pembicara di forum Internasional.Â
Lagi dan lagi, suasana perkuliyahan di ruang kerja beliau terasa sangat singkat. Masing-masing kami bertanya banyak hal tentang pengalaman beliau selama ini.Â
Catatan ini hanya sekelumit ilmu yang beliau sampaikan hari rabo kemarin. Kesimpulannya adalah era sekarang, perlu digalakkan menyampaikan ajaran Islam yang ramah, bukan Islam yang marah.
Banyuwangi, 7 Oktober 2019 Pukul 10.19 WIB
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H