Mohon tunggu...
Bisyri Ichwan
Bisyri Ichwan Mohon Tunggu... Dosen - Simple Man with Big Dream and Action

Santri Pesantren Darussalam Blokagung Banyuwangi dan Alumni Universitas Al-Azhar Mesir. Seorang yang kagum dengan Mesir karena banyak kisah dalam Al Qur'an yang terjadi di negeri ini. Seorang yang mencoba mengais ilmu pengetahuan di ramainya kehidupan. Seorang yang ingin aktif kuliah di Universitas terbuka Kompasiana. Awardee LPDP PK 144. Program Doktor UIN Malang. Ketua Umum MATAN Banyuwangi. Dosen IAIDA Banyuwangi. Dan PP. Minhajut Thullab, Muncar, Banyuwangi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Bareng ILUNI FIB UI

5 Maret 2011   13:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:02 689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1299333168533221158

[caption id="attachment_94479" align="alignnone" width="720" caption="Foto bareng para Alumni Sastra UI, termasuk mbak Linda dan mas Jodhi (Foto : Mariza Syahrial Amir)"][/caption]

Emang asyik kalo tiap hari bisa bertemu dengan orang-orang baru dan bisa belajar dari mereka. Perlu bocoran nich, menurut tes bakat yang dilakukan oleh DMI terhadap diri saya, saya termasuk orang yang adaptif, mudah beradaptasi dengan lingkungan baru. Sehingga ini menjadi kepedean tersendiri jika bisa bertemu dengan siapa saja. Yang penting kita bisa sama-sama saling menerima dan memberi. Itu prinsip saya.

Saya mencoba menelpon kembali Mbak Linda Djalil untuk bisa menshilaturahimi beliau. "bisyri…kita ketemuan di UI saja, kebetulan saya jum'at sore ada di sana, ada acara petang puisi dan dihadiri salah satunya oleh Fadli Zon Gerindra", kata Mbak Linda. "Okee..jam 3 sore udah di UI ya mbak", kata saya.

Sengaja usai shalat Jum'at di Ceger, saya langsung meminta tolong seorang teman satu rumah untuk mengantar ke terminal kampung rambutan yang sebenarnya sangat dekat, cuma saya lihat orang kita emang malas jalan kaki disamping lingkungan yang kurang kondusif untuk berjalan kaki.

"Ente naik 112 aja, bisa langsung Depok", kata hadi teman serumah. Kami langsung menunggu di pintu keluar terminal agar bisa langsung mendapatkan lin tanpa ngetem terlebih dahulu, juga kalo nunggu di dalam terminal pasti lama dan hawa Jakarta yang panas dan lembab emang kurang nyaman jika harus menunggu di dalam kendaraan di terminal.

Jakarta macet, jakarta pengap, jakarta panas. Gak usah saya katakan semua juga udah tau. Saya kira, Cairo sama Jakarta ini emang masih saudara. hehe. Sama ruwetnya. Kalo orang biasa menghadapi ruwetnya kota besar Cairo dan di sini di Jakarta menghadapi ruwet juga, hal itu pasti biasa. Namun, ternyata Jakarta lebih parah. hahaha.

"Kiri bang!", saya turun di depan gedung BSI dekat dengan kampus UI Depok. Tempat baru tanpa ditemani seseorang membuat saya bingung juga. Di depan kampus BSI ada beberapa pemuda yang sedang ngobrol, saya dekati saja mereka. Saya nanya ke salah satu dari mereka di mana pintu paling dekat untuk bisa masuk ke kampus UI.

"Oh..kebetulan mas, bareng saya aja", kata dia. Dia mengatakan bernama Reza ketika pertama kali saya memperkenalkan diri, mahasiswa di jurusan perhotelan di BSI. Kami berjalan bersama, sekitar 50 meter, dia bilang, "mas bisyri nyeberang saja ke sana, di sana ada stasiun kereta api, nanti di sana ada jalan masuk ke kampus dan nanya teman-teman mahasiswa di sana". "Okehh..makasih mas Reza ya", saya mohon pamit dan langsung nyeberang jalan.

Emang benar-benar kawasan kampus. Di mana mata memandang, selalu ada kaum muda sambil nenteng tas dan banyak juga yang berpasangan sambil asyik ngobrol. Benar aja betah jadi mahasiswa. hehehe. Di pojok stasiun ada seorang pemuda yang sedang asyik makan popcorn, saya mendekatinya. "permisi mas, kalo mau ke FIB UI lewat mana ya".

"Ohh..jalan aja mas, sekitar 100 meter nanti di depan sana ke kiri, di sana ada tulisannya kok, kalo naik naik bus kampus lama. jalan aja", katanya. Saya mengucap terimakasih dan jalan kaki melewati 'hutan' UI. Batin saya bilang, "enak sekali kuliah di sini, hutannya luas, hijau. Kalo di arab mah boro-boro hijau. yang ada pasir. haha". Emang harus banyak bersyukur kuliah di negeri ini. Lingkungannya keren.

Sampai di ruang teater FIB UI, saya mencoba menghubungi mbak Linda Djalil. Saya memutuskan untuk menunggu di dekat kantin, sambil main laptop. Di belakang saya ada seorang mahasiswa yang asyik kencan. hihi. Baru saja membuka laptop ada kabar dari Cairo untuk mengirim data perusahaan. Wah, kebetulan sekali, setelah membuka internet, data langsung saya kirim.

Sekitar lima belas menit saya menunggu mbak Linda. "bisyri ada di mana?", mbak Linda menelpon. "Saya melihat mbak Linda nich, saya dekat kantin di luar". Setelah menoleh ke belakang, senyum dari kami mengembang. Saya menyalami beliau dan memutuskan untuk masuk ke dalam kantin. Kebetulan saya juga sedang lapar. hehe.

Kami ngobrol di dalam kantin. Saya nanya-nanya tentang aktifitas mbak Linda yang hari-hari ini sungguh super sibuk karena sedang menggarap tiga buku. Sebenarnya saya sudah menghubungi mbak Linda sejak pertama kali datang ke Jakarta dua minggu lalu, namun baru sekarang bisa bertemu beliau. Alhamdulillah. Di belakang kami ada dua orang yang juga asyik ngobrol.

Mbak Linda tiba-tiba menyapa mereka dan flashback tentang kisah mbak Linda yang dulu juga mahasiswa sastra Indonesia UI. Bahasa Loe Guenya muncul deh. hehe. Dosen yang duduk di belakang kami memperkenalkan diri bernama DR. Lily, seorang dosen sastra Belanda UI. Profil beliau banyak ditemukan di media di Indonesia karena fokus disertasi yang diangkat masih jarang dibahas oleh orang Indonesia. Sampingnya bernama Guswanto, seorang mahasiswa pasca sarjana di Sorbonne University yang kebetulan sedang liburan ke Indonesia.

Wahh. Kebetulan sekali. Mulailah mbak Linda dengan teorti komunikasinya yang emang keren memperkenalkan saya kepada pak Lily dan mas Guswanto. Saya akhirnya memperkenalkan diri dari Cairo dan sedang mencari ilmu di universitas Al-Azhar. Mbak Linda terus asyik ngobrol bareng. Saya juga sedikit mengangkat kisah tentang Cairo ketika saya belum pulang kemarin.

"Mau tutup ya mbak?", seorang penjaga kantin mendekat dan langsung ditanya ama mbak Linda. "iya bu", jawabnya. Kami langsung menuju ke ruang teater FIB UI di gedung IV, acaranya bertajuk "PETANG PUISI" yang dihadiri oleh para alumni sastra UI. Yang hadir adalah Fadli Zon, orang Gerindra tangan kanannya Prabowo. Hadir juga mas Jodhi, yang megang rubrik OASE di Kompas.com.

Di dalam ruangan, ketika mbak Linda maju untuk membaca puisi-puisi karyanya, tiba-tiba beliau memperkenalkan saya kepada seluruh hadirin. Aduh, terus terang saya malu dan beliau menyuruh saya berdiri dan tersenyum kepada semua yang hadir. Alhamdulillah. Semoga ini pembuka shilaturahim dan memperluas jaringan. Emang hebat mbak Linda.

Di samping mbak Linda ada seorang ibu dengan pakaiannya yang elegan, sehabis membacakan puisinya, mbak Linda memperkenalkan saya dengan beliau. "lohh..kita udah temenan lama kan di fb, bisyri", kata ibu Mariza. "Oyaa..kok bu mar langsung tau", tanya saya. "lah..di fb saya yang orang Cairo itu cuma dua, pertama kamu dan satunya saya lupa namanya". Alhamdulillah, batin saya. Mungkin ini salah satu manfaat Facebook.

Acara terus berlangsung. Orang-orang sastra UI memang hebat. Mereka terus beraksi dengan puisi dari hasil karya mereka sendiri. Banyak para alumni yang silih ganti maju dengan karyanya. Fadli Zon yang dulu alumni dari jurusan Sastra Rusia juga maju membacakan puisi yang menjadi karyanya ketika masih belajar di Amerika. Sungguh luar biasa.

Mantan pimpinan anak sastra UI tahun 90an juga ikut maju, dia bernama Syukri, teman-teman manggilnya haji syukri karena udah haji tiga kali. Penampilannya disertai musik, dan sungguh luar biasa. Ada satu puisi yang dilagukan yang membuat semua hadirin tertawa, namun bisa menikmati makna katanya.

Mas Jodhi dari KOMPAS juga menunjukkan aksinya, beliau baru datang dari acara Djarum di Kudus. Sehabis dari bandara Soekarno Hatta langsung menuju ke UI. Mas Jodhi membawakan puisi cinta miliknya WS. Rendra yang dilagukan, satu lagu durasinya 8 menit. Penonton terpukau. Asal tau saja, puisi miliknya Rendra ini dispesialkan buat someone yang kebetulan hadir juga di acara ini. Sungguh memukau.

Acara yang dimulai sejak sekitar pukul 6 sore, baru selesai pukul 12 malam. Semua yang hadir benar-benar bisa menikmati. Kebetulan sekali, saya dipertemukan dengan lulusan UI yang bekerja di tim Arkeologi Jerman dan sudah banyak kali mengelilingi dunia dan kami sempat ngobrol lama di tengah-tengah acara. Beliau memperkenalkan diri bernama Pak Han.

Kami ngobrol tentang pendidikan di Jerman. Kebetulan sekali, saya termasuk orang pertama untuk wilayah jawa timur yang beliau temui ketika sekarang sedang menyambangi Indonesia. Siang ini beliau akan ke Papua untuk memfolow up program beasiswa pendidikan anak-anak Papua yang berprestasi yang akan melanjutkan study ke Jerman.

Saya ditawari untuk membantu beliau jika ada teman-teman jawa timur yang ingin melanjutkan study ke Jerman. Saya dikasih kontak beliau yang nomor Indonesia dan Jerman juga kontak email beliau. Saya langsung bismillah, semoga bisa membantu teman-teman.

Usai acara, kami langsung mencari warung untuk makan. Saya bareng mobilnya mbak Linda Djalil. Beberapa peserta seperti mas Yudi yang menjadi pimpinan sastra UI bareng Fadli Zon dengan mobil Alphardnya. Kami memilih warung pinggir jalan sambil santai. Sambil makan, saya menjadi pendengar setia dari semua pembicaraan antara mbak Linda, mas Fadli, mas Yudi, mas Syukri, mas Yaswin, dan beberapa orang-orang besar yang saya satu bangku dengan mereka.

Pembacaraan yang mereka obrolkan sungguh membuat saya semakin penasaran untuk terus mengerti. Obrolan tentang sisi lain istana Cendana zaman ketika mbak Linda waktu itu masih bekerja untuk TEMPO. Cerita dari Fadli Zon yang selama ini aktif sebagai orang di pihak Oposisi pemerintah.

Belum lagi mas Yaswin yang orang media dan kritis sekali menanggapi cerita-cerita yang diobrolkan. Kalo kumpul dengan orang-orang seperti mereka, saya merasa ingin sekali terus belajar karena sangat merasa bodoh. Namun, alhamdulillah, Allah mempertemukan saya dengan mereka untuk belajar.

Jam satu dinihari lebih beberapa menit, kami memutuskan untuk pulang masing-masing. Saya bareng mobilnya mbak Linda dan turun di satu kawasan yang saya lupa namanya. Di sana saya nyambung untuk naik lin KR yang langsung menuju terminal kampung rambutan. Sampai rumah sekitar jam 2 dinihari. Usai menunaikan shalat jama' qoshor dan tahajud, saya memutuskan untuk istirahat. Alhamdulillah, sungguh luar biasa pengalaman hari ini. Semoga ini menjadi stimulus untuk terus belajar dan belajar.

Salam Kompasiana

Bisyri Ichwan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun