Politik pencitraan adalah politik yang dibuat untuk menggambarkan seseorang, pejabat, partai, ormas, dll adalah baik atau buruk. Politik pencitraan positif digunakan untuk mengangkat elektibilitas diri dan golongannya sedangkan pencitraan negatif untuk menjatuhkan musuh/lawannya.
Di tiap negara polotik pencitraan ini biasa digunakan/dimanfaatkan untuk memunculkan tokoh yang diinginkan suatu golongan ataupun untuk mengangkat derajat dan kepangkatan dalam militer maupun dalam jabatan sipil.
Karena ini namanya politik, tidak jarang dilakukan dengan jalan yang sangat radikal sehingga harus mengorbankan darah warga negaranya sendiri.
Alkisah di negeri antah berantah, ada seorang kolonel yang dirancang dalam 4 tahun naik pangkat menjadi Jenderal bintang 4. Maka dibentuklah sebuah tim sukses lengkap dengan biaya yang sangat besar bahkan dibiayai oleh asing. Bergeraklah tim ini merancang sebuah kerusuhan di tingkat masyarakat tertentu dan terciptalah kerusuhan besar itu. Si kolonel dirancang menyelesaikan kerusuhan besar itu dan bereslah dengan cepat. Penghargaan pertama kolonel naik pangkat menjadi jenderal bintang 1, begitu diciptakan hal lain sehingga si bintang satu segera naik jadi bintang dua dan seterusnya hingga tercapailah target menjadi bintang 4 dalam 4 tahun.
Dikisah lain, saat proses politik pencitraan ada gagalnya karena persaingan proses pencitraan oleh kelompok lain sehingga bertabrakan. Hancurlah semua rencana bahkan hilang semua harapan masa depan karena harus dipecat dari kesatuan.
Banyak cara politik ini dijalankan, ada yang namanya citra terdzalimi, citra suci, citra penjahat, dll.
Demikian mudah-mudahan bermanfaat untuk semua pembaca.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H