Mohon tunggu...
Bisma Ridho Pambudi
Bisma Ridho Pambudi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa di Institut Teknologi Bandung

Senang menulis tentang pendidikan, sosial, budaya, sains dan teknologi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Memaknai Kembali "Indonesia"

16 Desember 2024   03:38 Diperbarui: 16 Desember 2024   03:43 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peta Indonesia (Sumber: Wikipedia)

Foto Soejatmoko (Sumber: Wikipedia)
Foto Soejatmoko (Sumber: Wikipedia)

Menurutnya, kualitas sumber daya manusia yang memiliki daya cipta dan daya kreasi adalah barang paling langka dan paling berharga menjadi penopang pertumbuhan ekonomi. Dengan sumber daya manusia yang unggu maka penguasaan ilmu pengetahuan dan pemanfaatan teknologi dapat digunakan sebaik-baiknya untuk kepentingan Bangsa. Selanjutnya, bangsa yang tidak pernah melupakan budaya bangsa nya adalah bangsa yang akan mampu menjadi bangsa yang kuat. Budaya bangsa ini akan menjadi modal penting untuk menyelenggarakan aktivitas bernegara yang sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia. Maka, pada tahun 1961, Soejatmoko memprediksi bahwa di masa depan, India dan China akan mampu menjadi bangsa yang hebat dan besar.

Hampir 65 tahun berlalu dan rasa-rasanya prediksi Soejatmoko sangat tepat. Hari ini, China dan India menjadi dua negara yang diperhitungkan oleh dunia, dihormati oleh berbagai negara serta menjadi pusat peradaban. Padahal, di masa lampau mereka harus datang ke Sriwijaya untuk dianggap menjadi bangsa terdidik. Maka berdasarkan tulisan dari Soejatmoko, tidak ada negara yang hari ini menjadi negara maju tanpa memiliki pijakan budaya yang kuat

Kita harus kembali mengingat bahwa Bangsa Indonesia memiliki kekayaan budaya, bukan tidak mungkin kita menjadi pusat laboratorium plurarisme dan kemajemukan dunia. Negara ini memiliki kekayaan alam yang sangat tinggi, bukan tidak mungkin kita bisa menjadi negara dengan keanekaragaman hayati yang tinggi dan menjelma sebagai rujukan dunia. Wilayah laut Indonesia sangat luas, bukankah kita seharusnya mampu menjadi rujukan dunia untuk pengetahuan mengenai negara maritim yang bukan hanya mampu memanfaatkan laut sebagai sumber pemenuhan kebutuhan hidup, tetapi juga sebagai filosopi pertahanan suatu negara?

Kondisi bangsa hari ini seakan-akan mengamini perkataan Hatta yang mengutip penyair Jerman, Friedrich Von Schiller, "Suatu saat akan ada sebuah zaman yang besar yang dilahirkan oleh suatu abad. Tetapi, zaman yang besar itu hanya melahirkan manusia-manusia kerdil". Manusia kerdil yang dimaksud adalah manusia-manusia yang ketika suatu masa mendapatkan tanggung jawab yang besar untuk menjalankan amanah rakyat, ia mengkhianatinya dengan membungkam hak-hak rakyat dan memikirkan kepentingan kelompoknya saja. Perilaku ini akan menyebabkan lahirnya kesenjangan sosial serta kesenjangan spiritual yang akan menghambat kemajuan suatu bangsa. Jika kondisi ini sudah terjadi, maka manusia-manusia Indonesia sudah harus mampu untuk menyelesaikannya dengan sebaik-baiknya.

Kemudian, akan lahir pertanyaan baru "Bagimana caranya agar kita dapat kembali merebut kehormatan bangsa Indonesia?"

Yang pertama, kemampuan kita untuk menggali sejarah bangsa yang besar ini. Menggali sejarah berarti menggali kekayaan potensi bangsa, mempelajari kesalahan-kesalahan yang sudah terjadi sehingga tidak masuk ke dalam lubang yang sama. 

Bangsa itu bukanlah kumpulan komunitas yang bersifat fisik, bangsa adalah imagine community atau dengan kata lain bangsa adalah komunitas imajinatif yang mengimajinasikan suatu harapan dan cita-cita yang sama untuk masa depan. Ajaklah sebanyak mungkin manusia indonesia untuk mengimajinasikan harapannya tentang Indonesia dengan berpijak pada kekayaan potensi bangsa itu. 

Maka, setelah bangsa Indonesia mampu menggali sejarah bangsa, harus dilakukan suatu proses imajinasi untuk menentukan arah, tujuan dan reputasi bangsa Indonesia di masa depan. Setelah itu semua mampu dilakukan, Bangsa Indonesia harus mampu menarasikan imajinasi tersebut di depan masyarakat global sehingga mampu merebut kembali reputasinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun