Mohon tunggu...
Bisma Setiawan
Bisma Setiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Berpikir positif, tidak peduli seberapa keras kehidupanmu

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Etika Bisnis Berbasis Kearifan Lokal

2 April 2023   03:09 Diperbarui: 2 April 2023   05:13 1541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ungkapan "alon-alon" yang berakar pada lelucon mungkin merupakan salah satu yang paling banyak digunakan dan merupakan produk sampingan dari kearifan lokal dalam budaya Jawa. Ungkapan ini sering disalahartikan untuk menyiratkan bahwa ada sesuatu yang lambat berubah atau tidak responsif terhadap perubahan itu. Meski begitu, Anda ingin menanamkan nilai kearifan lokal pada masyarakat Jawa, khususnya dalam pengambilan keputusan, yang merupakan salah satu aspek terpenting dalam kepemimpinan perusahaan. Nilai-nilai ini termasuk meluangkan waktu Anda sebelum membuat pilihan, sangat berhati-hati, teliti dan berhati-hati, dan meneliti pilihan Anda secara menyeluruh.

Kepemimpinan dalam budaya Jawa juga dipengaruhi oleh ideologi Tut Wuri Handayani, Ing Madya Mangun Karsa, dan Ing Ngarsa Sung Tuladha. Seorang pemimpin harus mampu memberi contoh positif, mendorong inisiatif, ide, dan kemauan, serta menginspirasi atau memotivasi pengikut. Dalam kajiannya tentang pengembangan ketahanan pangan berbasis pisang di Kabupaten Lumajang, Malang, dan Blitar melalui revitalisasi nilai kearifan lokal, Budiyanto (2010: 172) menegaskan bahwa terdapat beberapa nilai kearifan lokal yang sangat mendukung pengembangan ketahanan pangan berbasis pisang. bisnis pisang di daerah tersebut. Misalnya, pisang biasa digunakan pada perayaan budaya dan adat seperti pernikahan, khitanan, acara nyadran, serta perayaan adat lainnya seperti tumbuh kembangnya.

Aksi bisnis yang dilakukan dengan semangat gotong-royong juga terlihat menunjukkan nilai-nilai kerjasama, salah satu nilai kunci dalam organisasi bisnis. Sebagian masyarakat Indonesia percaya bahwa keyakinan agama sangat mempengaruhi kearifan lokal dalam praktik bisnis. Karena populasi Muslim yang cukup besar di negara itu, praktik bisnis lokal cukup dipengaruhi oleh prinsip-prinsip Islam.

Misalnya, keyakinan tentang riba, jual beli timbangan, hidup sederhana, tidak melanggar batas, tidak merusak lingkungan, menunaikan kewajiban zakat dan sedekah, dan bekerja sama dalam bisnis. 

Sementara itu, Setiyadi (2012: 81) meneliti cita-cita masyarakat Jawa tentang pengetahuan tradisional yang terdapat dalam tembang Macapat. Klasifikasi permohonan dan klasifikasi larangan merupakan dua kategori yang memisahkan sejumlah nilai kearifan lokal yang terdapat dalam tembang Macapat yang berkaitan dengan praktik bisnis Indonesia. Permintaan antara lain menjaga profesionalisme, bekerja keras untuk mencapai tujuan, teliti dan rajin, sabar, berhati-hati dan hati-hati, berkonsultasi tentang masalah besar atau kecil, tidak egois, senang belajar.

Suku Madura, bersama Minang dan Bugis, merupakan salah satu suku bangsa di Indonesia yang terkenal dengan keuletannya dalam berdagang. Mirip dengan orang Minang, orang Madura melakukan perdagangan di hampir setiap kota di Indonesia. 

Pengetahuan lokal masyarakat Madura yang menjadi landasan etos kerja mereka ditelaah oleh Djakfar (2011:2). Kajiannya mengungkapkan bahwa ungkapan "abantal omba'asapo' angin" berlaku bagi masyarakat Madura. (dilapisi ombak dan diselimuti angin). Ungkapan ini menunjukkan bahwa orang Madura tidak pernah menyerah dan siap bekerja sepanjang waktu. Etos kerja para pengusaha Madura perantauan didasarkan pada peribahasa ini. Atonggul to'ot (memeluk lutut) dan nampa cangkem (menopang) adalah dua peribahasa tambahan yang diterima.

Bisnis juga menetapkan nilai-nilai, termasuk PROFESIONALISME (acca/macca) dan INTEGRITAS (getteng), yang harus dijunjung tinggi dan ditingkatkan. (Makkulau, 2012). Ada ungkapan yang digunakan dalam praktik bisnis masyarakat Bali yang kaya akan kemegahan seni dan budaya, yaitu "bani meli bani ngadep". Ungkapan "berani membeli, berani menjual" digunakan di sini. 

Kalimat singkat ini menyampaikan gagasan yang mendalam: harga produk dan jasa harus adil dan tidak saling kontraproduktif. Baik pembeli maupun penjual tidak boleh menderita karena harga. Harus ada banyak perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan berbagai disiplin ilmu untuk menentukan harga satuan. (Gobyah dalam Balipost, 17 September 2003). Salah satu dari banyak permata seni dan budaya Indonesia.

Banyak di antaranya berkaitan dengan tatanan sosiokultural yang dibangun oleh masyarakat. Meskipun kearifan lokal memiliki banyak manfaat bagi praktik bisnis, namun sebagian besar studi hingga saat ini berkonsentrasi pada bagaimana kearifan lokal dapat digunakan untuk melestarikan sumber daya alam dan mengatasi berbagai masalah sosial budaya. 

Berbeda dengan kearifan lokal dalam bidang sosial, budaya, dan konservasi sumber daya, menurut penulis masih banyak nilai kearifan lokal yang signifikan bagi praktik bisnis namun hanya sedikit yang dapat ditemukan dari literatur yang ada. Kearifan lokal ini secara bertahap menghilang di beberapa bagian Indonesia dan digantikan oleh prinsip-prinsip universal. Meskipun keadaan masyarakat Indonesia tidak selalu selaras dengan nilai-nilai global, ternyata di kalangan anak muda nilai-nilai tersebut tidak sesuai

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun