Berdasarkan kisah nyata.
Kamu pernah taaruf? Suatu proses pranikah yang di dalamnya ada tahap-tahap yang harus dilalui sebelum kamu dan dia sah menjadi pasangan suami istri atau memutuskan untuk tidak berlanjut lagi.
Aku menamakan tulisan ini dengan judul "Berkaca dari Proses Taaruf" karena melihat banyak fenomena tak biasa yang mengubah kehidupan seseorang. Minimal usahanya dalam memahami proses tersebut.Â
Banyak orang mengira bahwa proses taaruf justru lebih terasa di hati daripada harus berpacaran. Dan memang seperti itulah kenyataannya. Seseorang yang tak pernah kita kenal sebelumnya, memutuskan untuk berproses dengan kita, dengan tujuan untuk ikhtiar mencari jodoh. Dia akan tahu kehidupan kita termasuk keluarga, kebiasaan, segala hal yang kita lakukan sehari-hari tanpa harus terikat oleh hubungan bernama pacaran.
Seru? Awalnya sih.
Lama-lama kamu akan merasa bosan bahkan muak ketika waktu terus berjalan tetapi kamu masih berada di tahap yang sama dan berulang dengan orang yang berbeda.Â
Tentu kita berharap taaruf pertama kita menjadi taaruf terakhir. Kalau mau gagal, maksimal 2 kali saja karena selanjutnya hanya akan membuat kelelahan yang sama kembali berulang.
Banyak hal yang bisa kita dapatkan dari berbagai orang yang pernah berproses dengan kita, entah itu berhasil atau gagal.
Kamu bisa melihat bahwa kecerdasan, kedewasaan, dan pengalaman akan dinomorduakan dari fisik.
Kamu bisa melihat bahwa agama kadang tidak dipilih sebagai pilihan terbaik.
Kamu juga bisa melihat bahwa masa lalumu yang kadang tak ingin kau harapkan ada dalam hidupmu, menjadi pengganjal utama dalam proses.
Bahkan, ketika kamu sudah bisa menerima setiap orang yang berproses denganmu sebagai individu yang juga punya kelemahan dan kamu menerima itu, semuanya tidaklah cukup.
Banyak hal tak terduga yang akan kamu hadapi. Sebagiannya menguras emosi dan tidak sedikit yang berakhir dengan kata "menyerah".
Kadang kita melihat atau mendengar cerita keberhasilan taaruf yang berbuah manis  Namun, keberhasilan itu tidak pernah dibarengi dengan cerita tentang banyak kegagalan proses taaruf yang akhirnya mengubah sedikit atau sebagian besar pribadi kita.
Mungkin kita yang pernah proses dan gagal akan menerawang jauh, mencoba mengingat proses taaruf yang mana yang membuat kita merasa ada sesuatu yang berubah dalam diri.
Mungkin kita jadi lebih tak acuh,
Mungkin kita berusaha bangkit untuk membuktikan bahwa kita pantas mendapat yang terbaik,
Mungkin kita akan diam dan pergi karena rasa sakit yang hanya bisa dipendam.
Apapun itu, berkacalah, karena proses taaruf selalu mencoba mewakili antara hati kita, dia, dan kuasa Tuhan dalam rangkaian bait-bait doa, yang semoga dalam prosesnya, kita berharap jawaban terbaik. Minimal dia yang kita harapkan, adalah jodoh kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H