Mohon tunggu...
el lazuardi daim
el lazuardi daim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis buku SULUH DAMAR

Tulisan lain ada di www.jurnaljasmin.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Stop Normalisasi Slut Shaming sebagai Guyonan Terhadap Wanita

20 Desember 2024   09:29 Diperbarui: 20 Desember 2024   09:29 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi slut shaming.(sumber : shutterstock/kompas.com)

" Wanita itu makhluk mulia. Hormatilah dia dengan segenap rasa "

Hidup itu perlu diselingi dengan candaan. Tapi bila candaannya sudah mengarah kepada slut shaming, jangan biarkan ! Stop normalisasi slut shaming sebagai sebuah candaan, khususnya terhadap wanita.

Dalam sebuah tayangan viral belakangan ini, seorang pria public figure dengan santainya berkata kasar pada seorang wanita dewasa dan mengatakan bahwa wanita tersebut bisa saja menjadi wanita jal4ng bila berwajah cantik.

Meskipun berdalih hanya sebatas guyonan, apa yang dilakukan pria tersebut merupakan perbuatan slut shaming. Sebuah bentuk kekerasan verbal yang menyasar kepada aktifitas seksual.

Slut shaming merupakan istilah yang biasa digunakan untuk menggambarkan perbuatan ataupun perkataan yang merendahkan seseorang terkait dengan hal-hal yang bersifat sensual. Dalam hal ini para pelaku sering kali melontarkan candaan sampai ejekan dengan bahasa yang kasar, vulgar, dan mengarah pada pelecehan seksual.

Kaum wanita sering menjadi korban dari slut shaming. Mulai dari bentuk tubuh, cara berpakaian, dan penampilan mereka, hingga perbuatan yang mengarah pada aktifitas seksual,  semuanya dijadikan bahan candaan. Tak hanya itu, dalam beberapa kesempatan kaum wanita bahkan juga sering dikatakan wanita jalang, tak bermoral, atau juga menerima ajakan untuk melakukan aktifitas seksual.

Kenapa wanita sering menjadi korban dari slut shaming ? Ada beberapa penyebabnya.

1. Masih kentalnya budaya patriarki

Dalam budaya patriarki yang sangat mengagungkan kaum laki-laki, wanita selalu ditempatkan satu tingkat lebih rendah dari laki-laki. Dalam hal ini seorang wanita hanyalah dianggap sebagai pelengkap dan pelayan bagi kaum lelaki. Kondisi ini kemudian melahirkan arogansi dimana kaum wanita  sering dijadikan sebagai objek candaan

2. Rendahnya penghargaan terhadap wanita.

Kurangnya kesadaran akan kesetaraan gender melahirkan sikap yang kurang menghargai wanita. Padahal sejatinya antara laki-laki dan wanita sama tingkat dan kedudukannya. Keduanya harus dihormati dan dihargai.

Namun, masyarakat seringkali memberi penilaian berbeda terhadap wanita. Mereka dianggap sebagai makhluk yang lemah, emosional, mudah tersinggung dan atas dasar alasan ini banyak yang menganggap kalau wanita wajar saja menjadi sasaran dari sebuah pelecehan.

2. Menganggap wajar perbuatan kekerasan.

Slut shaming bagaimanapun juga merupakan sebuah pelecehan. Meskipun disamarkan dalam bentuk guyonan. Karena itu menjadi sebuah kekeliruan ketika pelecehan verbal seperti ini dianggap sebagai sesuatu yang normal.

Pada kenyataannya wanita sering dipaksa untuk pasrah dan menerima begitu saja ketika diri mereka direndahkan. Mereka dianggap emosional, baperan, terlalu sensitif bila mencoba protes. Ya, mereka sengaja tak diberi ruang untuk membela diri dan meluruskan kekeliruan yang sedang terjadi.

4. Kurangnya kesadaran terhadap dampak dari slut shaming.

Slut shaming adalah sebuah kekerasan, bukan guyonan. Karena iti pasti akan menimbulkan dampak negatif bagi para korbannya. Ya, para korban biasanya akan merasa malu, jijik, rendah diri, dan tak berharga. Dalam bentuk yang lebih parah bisa menimbulkan depresi dan gangguan kesehatan mental. Karena itu slut shaming sangat tidak boleh untuk dilakukan.

Sayangnya, banyak orang yang abai dengan dampak-dampak tersebut. Mereka tak memiliki empati. Mereka berlindung dibalik kata guyonan yang membuat mereka merasa tak bersalah ketika sudah melakukam kesalaham besar.

Menyadari buruknya pengaruh dari slut shaming, maka perlu ada upaya untuk tak membiarkan hal semacam ini terus terjadi.

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menghindari terjadinya slut shaming di masa mendatang.

1. Membentuk kesadaran kolektif untuk tidak menormalisasi slut shaming.

Slut shaming terhadap wanita terjadi karena banyak orang yang tak memahami bahwa dirinya sedang melakukan slut shaming. Candaan yang berbau sensual sering dianggap sekedar obrolan biasa. Padahal tidak.

Karena itu perlu dibentuk kesadaran kolektif bagi semua orang untuk lebih berhati-hati dalam berkata dan 
sembarang melempar guyonan. Terutama guyonan yang berpotensi menjatuhkan martabat seorang wanita.

Selain itu juga perlu diberi pengertian bagi semua orang, baik laki-laki maupun wanita, akan dampak negatif dari slut shaming ini. Hal ini penting agar mereka tidak abai dan bisa meminimalisir dampak-dampak buruk tersebut tidak terjadi.

2. Memberi dukungan dan mengajak para wanita untuk bersikap tegas dan tidak mentolelir slut shaming.

Para wanita seringkali hanya diam dan tak bereaksi apa-apa ketika dirinya mengalami slut shaming. Mereka seolah takut atau merasa sia-sia saja ketika mencoba protes. Karena itu perlu bagi kita untuk memberi dukungan agar mereka punya keberanian menolak segala ketidakadilan yang mereka hadapi ini.

Ya, tak ada salahnya ketika seorang wanita bersikap tegas, berani menegur para pelaku pelecehan verbal tersebut. Termasuk dengan meminta bantuan pihak berkompeten ketika pelecehan tersebut cukup parah.

3. Membentuk kesadaran akan pentingnya memberi penghargaan bagi seorang wanita.

Slut shaming terjadi karena tak adanya kesadaran akan pentingnya memberi penghargaan pada seorang wanita. Pandangan seperti ini membuat sebagian orang merasa tak masalah ketika melakukan pelecehan terhadap seorang wanita. Padahal sebenarnya dirinya sedang melakukan kesalahan besar.

Karena itu perlu sebuah upaya untuk menyadarkan lebih banyak orang lagi untuk punya pola pikir yang lebih menghargai wanita. Ya, sebagaimana halnya laki-laki, wanita juga barus dihargai dalam kapasitasnya sebagai seorang anak manusia.

Slut shaming adalah sebuah kekerasan verbal. Karena itu perlu ada upaya bersama untuk tak membiarkan hal seperti itu bisa terjadi. Termasuk dengan tidak menormalisasi slut shaming sebagai sebuah candaan.

(EL)
Yogyakarta, 20122024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun