Mohon tunggu...
el lazuardi daim
el lazuardi daim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis buku SULUH DAMAR

Tulisan lain ada di www.jurnaljasmin.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Evaluasi PON 2024 dan Upaya Mengembalikan Spirit Pelaksanaan PON

21 September 2024   15:51 Diperbarui: 22 September 2024   09:51 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
PON XXI Aceh-Sumut 2024 | Dokumentasi PON2024.id

Penyelenggaraan PON Aceh Sumut 2024 menyisakan sejumlah catatan. Beberapa catatan di antaranya perlu untuk dicermati sebagai bahan evaluasi dan upaya mengembalikan spirit dari pesta olahraga ini yang seolah makin berkurang pengaruhnya.

Seperti banyak diberitakan sebelumnya bahwa PON ke-21 ini tak lepas dari kontroversi. Beberapa kericuhan mewarnai pelaksanaan PON 2024 kali ini. Di antaranya di cabang sepak bola saat keseblasan Aceh bertemu Sulawesi Tengah serta kisruh di final cabang tinju yang mempertemukan petinju Sumut dan Lampung. Terjadinya berbagai kegaduhan ini dinilai telah mencederai semangat yang dibawa PON itu sendiri.

Kericuhan dalam laga sepak bola PON antara Aceh vs Sulawesi Tengah. | Adeng Bustomi/ANTARA via CNN Indonesia
Kericuhan dalam laga sepak bola PON antara Aceh vs Sulawesi Tengah. | Adeng Bustomi/ANTARA via CNN Indonesia

Sebagai sebuah pesta olahraga, PON sejatinya mengusung tiga misi penting:

1. Ajang pertemuan dan sarana mempetkuat persatuan di antara sesama insan olahraga tanah air.

Pekan Olahraga Nasional atau PON mempertemukan para pelaku olahraga dalam negeri. Lewat ajang ini para insan bisa bereuni, berbagi cerita dan pengalaman sekaligus memperkuat persatuan di antara mereka.

2. Ajang pencarian bibit-bibit potensial

Tak sekadar untuk memperebutkan medali, penyelenggaraan PON juga merupakan panggung unjuk gigi bagi atlet-atlet muda dari berbagai daerah. Ya, lewat PON nantinya diharapkan bisa menghasilkan bibit-bibit potensial yang akan mewakili Indonesia di kancah internasional.

3. Ajang evaluasi pembinaan atlet

Sebagai event olahraga terbesar tanah air, penyelenggaraan PON juga bisa dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan pembinaan olahraga di berbagai daerah sekaligus mengevaluasi sejumlah kekurangan yang ditemukan.

Dari keterangan di atas kita bisa melihat bahwa semangat yang dibawa PON sejatinya memberi energi positif sekaligus mendukung kemajuan dunia olahraga tanah air. Namun dalam prakteknya sering terjadi salah kaprah dan kekeliruan dalam memandang keberadaan dari PON itu sendiri. Akibatnya, keberadaan PON melenceng dari tujuan semula.

Ada dua bentuk kekeliruan yang sering terjadi dan dipraktikkan pihak-pihak terkait selama ini.

1. Meraih prestasi dengan cara instan, bukan hasil dari proses panjang sebuah pembinaan.

Keikutsertaan dalam arena PON pada dasarnya adalah sebagai ajang untuk berkompetisi, namun dalam prakteknya tak jarang juga dijadikan ajang pencitraan dan adu gengsi antar daerah. Akibatnya, segelintir peserta menempuh cara instan untuk menujukkan keberhasilan mereka.

Ya, sering kita lihat bagaimana sebuah daerah tak mau repot-repot dalam membina atlet-atlet mereka. Mereka memilih membajak atlet-atlet potensial dari daerah lain dengan iming-iming uang ataupun pekerjaan.

Secara regulasi mungkin praktek semacam ini tidak menyalahi peraturan. Oke oke saja ketika suatu daerah kaya membajak atlet potensial dari daerah lain untuk dijadikan sebagai wakil mereka. 

Namun dalam kaitannya dengan pembinaan jangka panjang, cara seperti ini tentu saja bukanlah sebuah cara yang bijak karena memberi kesan kurangnya semangat dalam berjuang dan menyepelekan arti sebuah kerja keras. Padahal seorang atlet perlu kerja keras dan semangat baja dalam meraih prestasi tertinggi.

Ya, bagaimanapun juga prestasi yang berhasil diraih seorang atlet itu adalah hasil dari pembinaan jangka panjang, bukan dari sebuah kerja instan. Karena itu kurang etis rasanya ketika satu daerah mengklaim keberhasilan mereka dari hasil membajak atlet daerah lain.

Selain dari pada itu, cara seperti ini secara perlahan juga berpotensi mematikan perkembangan atlet-atlet muda. Penyebabnya adalah karena keberadaan mereka terabaikan dan menjadikan mereka kehilangan semangat untuk berkompetisi.

2. Tuntutan meraih prestasi tertinggi bagi tuan rumah tanpa mengukur seberapa besar kekuatan mereka.

Sukses sebagai penyelenggara dan sukses dalam prestasi menjadi tujuan dari setiap tuan rumah, namun perlu diingat bahwa kedua tujuan tersebut belum tentu berjalan beriringan. Maka dari itu setiap tuan rumah perlu memperhatikan keadaan.

Tak ada yang salah sebenarnya ketika tuan rumah berharap meraih pencapaian terbaik pada setiap event PON. Mereka tentu tak mau terlihat lemah di hadapan publiknya sendiri. Tapi juga perlu diingat seberapa besar kekuatan yang mereka miliki. Bila tak kuat, tentunya tak usah memaksakan diri.

Ya, bagi daerah yang memang punya potensi, tak masalah bagi mereka ketika dihadapkan pada tekanan untuk memenangkan medali sebanyak-banyaknya. Namun bagaimana dengan daerah yang kekuatan mereka biasa-biasa saja?

Tentu sulit rasanya mencapai hasil maksimal dengan sumber daya seadanya. Bila terus dipaksakan maka dikhawatirkan nantinya mereka menghalalkan segala cara dengan menempuh cara-cara yang tidak fair.

Ini tentunya menjadi sebuah ironi dan mencoreng semangat dan tujuan dari PON itu sendiri.

Perlu ditekankan bahwa setiap tuan rumah hendaknya lebih mengedepankan sportivitas dan kejujuran dalam bertanding. Tak ada kebanggaan yang patut dipamerkan ketika menang tapi dengan cara curang. Apalah artinya dari sebuah medali bila untuk mendapatkannya harus mendustai hati nurani.

PON 2024 telah berakhir dengan menyisakan beberapa catatan minus. Mari kita jadikan catatan-catatan tersebut sebagai bahan pelajaran dan perbaikan di masa mendatang demi Indonesia yang berkemajuan dalam hal prestasi olahraga.

Bagaimanapun juga spirit pelaksanaan PON harus kita kembalikan ke tempatnya semula.

(EL)
Yogyakarta, 21092024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun