Mohon tunggu...
el lazuardi daim
el lazuardi daim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis buku SULUH DAMAR

Tulisan lain ada di www.jurnaljasmin.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Seberkah Cahaya yang Menerangi Dunia Gelap Wage

31 Mei 2024   05:34 Diperbarui: 31 Mei 2024   05:45 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


"Hidup adalah perjuangan menggapai seberkas cahaya yang telah dijanjikan Tuhan"

Kegelapan itu bukanlah sesuatu yang abadi. Karena Tuhan juga menciptakan cahaya. Ya, berkat cahaya, dunia yang semula gelap pun berubah menjadi terang, seperti halnya kisah Wage dalam film pendek berjudul "Seberkah Cahaya".

Wage, demikian nama pemuda itu. Seorang pemuda yang menjalani hari-harinya sebagai pengangguran di kota Yogyakarta.

Bagi Wage, dunia ini tak lebih dari sebuah kegelapan. Dengan segala keterbatasan yang dimilikinya, karena tak sekolah dan tak punya pengalaman kerja, dirinya harus menerima nasib sebagai seorang pengangguran dan  hidup menggelandang di jalanan.

Ya, hidup Wage seperti tak punya arah tujuan dan hanya berharap belas kasihan orang-orang.

Namun Tuhan maha penyayang kepada hambanya. Wage kemudian dipertemukannya dengan Bu Tinuk dan Laras. Dua orang baik yang berperan besar merubah jalan hidupnya.

Sore itu menjelang datangnya waktu berbuka puasa di bulan Ramadan, Wage memberanikan diri datang ke warung Bu Tinuk untuk meminta sesuap nasi. Bu Tinuk, sang pemilik kedai Sejoli yang terkenal galak namun baik hati itu, dengan senang hati mempersilakan Wage untuk makan di warungnya. Dan seporsi nasi dengan lauk ayam goreng, tahu dan perkedel pun dihidangkan Laras, karyawan kesayangan Bu Tinuk, untuk Wage.

Wage pun makan dengan lahapnya dan tak lupa mengucapkan terima kasih pada Bu Tinuk. Namun bagi Bu Tinuk, ucapan terima kasih saja tidak cukup. Bu Tinuk meminta Wage mencuci piring makannya dan piring kotor lainnya di dapur. Dan Wage pun menyanggupinya meski merasa sedikit terpaksa.

Skenario Tuhan sejatinya tak pernah salah. Hanya, manusia sering tak memahaminya. Seperti halnya juga Wage yang tak paham bahwa perjumpaannya dengan Bu Tinuk hari itu merupakan cara Tuhan membukakan jalan baginya menuju cahaya terang.

Ya, Tuhan telah mengirimkan Bu Tinuk untuk menuntun Wage melewati jalan menuju kebaikan. Jalan yang akan merubah nasib Wage agar tak hidup menggelandang lagi. Namun Wage tak kunjung menyadarinya.

Suara keras Bu Tinuk yang memarahinya karena datang terlambat keesokan harinya serta perintah mengambil barang belanjaan menimbulkan perasaan kurang nyaman bagi Wage. Padahal dirinya dijanjikan bakal makan gratis sebagai imbalan.

"Mongan mangan, mongan mangan. Kerjo dhisik lagi mangan," ujar Bu Tinuk pada Wage dengan nada suara tinggi yang membuat Wage kecil hati.

Satu kalimat yang terlontar dari mulut Bu Tinuk itu cukup menyentak, namun sebenarnya penuh makna. Yakni mengajarkan tentang arti dan perjuangan hidup. Tapi sayang, Wage tak berhasil menangkap esensi yang terkandung di dalamnya.

Kegagalan memahami pelajaran hidup yang dikatakan Bu Tinuk membuat Wage sedikit tersesat. Wage pun kemudian menempuh jalan gelap dengan tidak menjalankan tugas mengambil barang belanjaan dan kembali menadahkan tangan demi sesuap nasi di tempat lain.

Takdir Tuhan kemudian mempertemukan Wage kembali dengan Laras. Ya, Laras yang tempo hari menghidangkan nasi untuknya. Mereka berpapasan di jalan saat Laras menjemput barang belanjaan. Dan Laras pun saat itu mengajak Wage kembali ke jalan yang benar, kembali ke warung Bu Tinuk.

Bukan tanpa alasan tentunya Laras mengajak Wage bergabung bersama dirinya di warung Bu Tinuk. Sebagai seseorang yang pernah dibantu dan diangkat derjatnya oleh Bosnya itu, Laras merasakan betapa berharganya Bu Tinuk bagi dirinya.

Sama seperti Wage, Laras dahulunya juga hidup menggelandang. Hidup pasrah tanpa arah dan tujuan hidup.
Beruntung, dirinya bertemu dengan Bu Tinuk, sosok yang kemudian mengajarinya banyak hal dan memperbaiki nasib hidupnya. Dari seorang gadis gelandangan menjadi karyawan kepercayaan Bu Tinuk seperti saat ini.

"Bu Tinuk tak hanya memberi makanan dan uang. Tapi juga memberi pekerjaan, kesempatan untuk belajar, belajar bagaimana seharusnya hidup dan bermanfaat bagi sesama," demikian ujar Laras pada Wage.

"Bu Tinuk juga mengajarkan bahwa siapa yang ikhlas dan bersungguh-sungguh dalam hidup  akan mendapatkan belas kasih Tuhan," ujar Laras menambahkan.

Wage merasa tertegun dengan cerita Laras dan mulai menyadari kesalahannya. Dan tanpa pikir panjang lagi, Wage pun mengikuti saran Laras, kembali ke warung dan belajar banyak hal pada Bu Tinuk demi masa depan yang lebih cerah.

Satu tahun berlalu. Seorang pemuda berbaju merah tampak tersenyum penuh bahagia di kedai Sejoli. Dan pemuda itu adalah Wage. Pemuda yang dahulunya adalah seorang gelandangan, kini telah menjadi seorang karyawan Bu Tinuk.

Ada dua pelajaran penting yang bisa kita petik dari film ini.

1. Jangan lelah berjuang dalam hidup, karena tak ada kesuksesan yang instan.

Manusia diciptakan untuk berjuang. Berjuang demi kesuksesan dan kebahagiaan hidup. Karena kesuksesan itu baru akan datang setelah diperjuangkan.

"Kerja dulu, baru makan!".

Satu kalimat yang diucapkan Bu Tinuk pada Wage dalam film Seberkah Cahaya ini menjadi pengingat bahwa setiap orang perlu bekerja keras guna menggapai cita-citanya. Tanpa itu, kesuksesan yang diimpikan hanya angan-angan belaka.

2. Pentingnya berbuat baik untuk membuat dunia menjadi lebih baik.

Dalam hidup, manusia diperintahkan untuk sering berbuat baik. Tujuannya, untuk menciptakan dunia yang lebih baik.

Kebaikan hati Bu Tinuk pada Laras dan Wage yang dengan senang hati memberi bantuan makanan, uang serta lapangan kerja telah berhasil menyelamatkan nasib kedua anak muda tersebut. Mereka yang sebelumnya hidup luntang lantung menggelandang di jalanan, kini hidup mereka sudah terarah setelah bekerja pada Bu Tinuk.

Film Seberkah Cahaya ini dibuat dengan nuansa Yogyakarta. Film spesial Ramadan ini mengambil setting kota Yogyakarta dimana kita bisa melihat fragmen-fragmen kecil Yogyakarta dalam berbagai adegannya. Sementara bahasa pengantar yang dipakai menggunakan bahasa Indonesia dan Jawa.

Anda tertarik untuk menontonnya? 

Silakan kunjungi chanel youtube Paniradya Kaistimewan.

#ulasfilmpendek #seberkahcahaya

(EL)
Yogyakarta, 31052024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun